"Ngapain lo ke sini?" tanya Azlan pada Fero. Fero menghampiri Azlan, ia ingin memperingati Azlan tentang perselingkuhannya. Tadi ia tak sengaja melihat mobil Azlan saat ia melintas di depan kontrakan. Fero merasa penasaran dengan tingkah bahagia Azlan, ia membututi Azlan hingga ke apartemen Jenifer. Bahkan Fero mengambil video Azlan saat memasuki aparteman Jenifer. Bukan hanya itu, Fero pun mengambil gambar saat Jenifer menyambut kedatangan Azlan di depan pintu, serta pelukan dan kecupan mesra yang Azlan berikan pada Jenifer. "Gue harap lo berhenti mempermainkan Nauma, gue tahu lo dan Jenifer ada hubungan. Gue punya bukti dan gue harap Nauma mau meninggalkan pria bejat kayak lo." balas Fero sambil menunjukkan ponselnya pada Azlan. Azlan merasa geram, ia ingin merebut ponsel Fero, hingga perkelahian tak terelakan. Pukulan demi pukulan mereka layangkan satu sama lain, tak ada yang mau mengalah. Fero sengaja menghentikan mobil Azlan di jalan sepi untuk memperingatinya. Tak ada orang y
"Aku meminumnya, honey. Aku juga tak tahu mengapa bisa hamil. Aku mohon jangan gugurkan anak ini," pinta Jenifer. Jenifer berbohong pada Azlan. Ketamakan sudah mengalir dalam dirinya, ia ingin memiliki Azlan seutuhnya tanpa berbagi dengan wanita mana pun. Ia sengaja tak meminum pil itu agar cepat hamil dan Azlan mempertanggung jawabkannya. Bukan itu saja, Jenifer pun sudah mengantisipasi penolakan Azlan, ia sudah membuat rekaman percintaan mereka untuk dikirim kepada Nauma. "Aku bilang gugurkan, ya gugurkan!" bentak Azlan. "Tidak, honey! Aku tak mau, aku kan mempertahankan bayi ini," balas Jenifer tak mau kalah. Azlan meninju cermin yang ada di sampingnya, tangannya terluka akibat pecahan cermin. Begitu pun dengan Jeinfer, ia terkejut dengan sikap spontan Azlan. Ia ketakutan, menutup telinga dan memejamkan mata. "Aku mohon gugurkan bayi itu, aku tak mau pernikahanku hancur karena bayi sialan itu!" pinta Azlan lagi. Jenifer terkejut, bayi sialan yang dikatakan Azlan adalah anaknya
"Nauma! Sadar Nauma!" Mr. Jhon panik melihat Nauma pingsan. Begitu pun dengan dokter yang ada di hadapannya. Mr. Jhon penasaran dengan isi pesan yang ada di ponsel Nauma. Ia mengambil ponsel di lantai lalu melihat isi pesan yang mampu membuat Nauma pingsan. Mr. Jhon meremas ponsel itu, merasa marah dengan apa yang diperbuat Jenifer dan Azlan. Nomor asing mengirim vidoe percintaan Azlan dan juga Jenifer. Mereka bercinta layaknya pasangan suami istri. Mr. Jhon menggelengkan kepalan tak percaya dengan yang ia lihat. Selama ini Mr. Jhon membebaskan adiknya, bahkan ia kesulitan mencari bukti perselingkuhan mereka. Entah siapa yang mengirim Video itu ke ponsel Nauma. "Tenang, Tuan. Lebih baik Tuan tunggu di depan saja," pinta dokter wanita yang ada di hadapannya. Dengan langkah kesal Mr. Jhon keluar, ia berusaha menelpon Jenifer tapi tak mendapat jawaban. Ia pun beralih menelpon Azlan, lama tak diangkat hingga panggilan ke tiga Azlan menjawabnya. "Apa yang kau lakukan dengan adikku?!" t
"Apakah kau tahu mereka pergi ke mana?" tanya Azlan. Azlan kembali lagi dengan berlari menghampiri petugas keamanan. Ia sungguh mengkhawatirkan keadaan Nauma. "Aku tak tahu Tuan, mereka pergi dengan tergesa-gesa." "Baiklah. Terima kasih." Azlan pergi meninggalkan gedung Jhon Company. Ia melajukan mobil menuju kediaman Mr. Jhon, sepanjang perjalanan ia pun menelpon Mr. Jhon. Pikiran buruk sudah memenuhi otaknya. Berkali-kali penggilannya tak juga diangkat oleh Mr. Jhon, bahkan Mr. Jhon mematikan panggilan itu. "Berengsek! Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Semoga pria sialan itu tak melukai Nauma," gerutunya kesal sambil memukul kemudi. Azlan melempar ponsel ke sembarang arah, ia menginjak pedal gas dengan kecepatan penuh. Lengang jalan membuatnya terbebas melajukaN mobil, tak ada pengendara lain karena masih pagi buta. Azlan menuju kediaman Mr. Jhon, ia berharap Nauma ada di sana dalam keadaan baik-baik saja. Begitu sampai, Azlan langsung dihalangi para petugas keamanan yang be
"Sudah aku bilang kalau aku tak ingin memiliki hubungan denganmu, kau sendiri yang menyetujuinya," balas Azlan. "Tapi itu dulu honey, sebelum anak ini ada," ucap Jenifer lagi. "Maka hilangkan anak itu!" bentak Azlan. "Anak siapa yang ingin kau hilangkan?!" bentak pria yang baru saja datang. Pria yang dihubungi Jenifer sebelum keluar dari aparteman. Pria yang akan membuatnya menjadi istri Azlan. Pria itu tak lain adalah kakaknya, Mr. Jhon. Azlan terkejut melihat sosok pria di hadapannya, Mr. Jhon datang tak sendiri, ia membawa beberapa pengawal di belakangnya. "Bawa dia!" perintah Mr. Jhon. Mr. Jhon memerintahkan anak buahnya untuk membawa Azlan, sedangkan dirinya merangkul tubuh Jenifer dan membawanya ke mobil. "Kenapa kau bodoh sekali bisa mencintainya?" tanya Mr. Jhon. "Kau juga bodoh sudah mencintai wanita itu!" balas Jenifer sambil melihat Azlan yang masih memberontak dari para pengawal Mr. Jhon. "Setidaknya aku tak segila kau," ucap Mr. Jhon. Mereka pulang ke kediaman Jh
"Jangan bermimpi!" Azlan pergi meninggalkan Jenifer sendiri, ia keluar rumah setelah melihat Mr. Jhon pergi. Azlan melangkahkan kaki menuju kontrakannya, ia tak mau tinggal satu atap dengan Jenifer, istri barunya. Tapi langkahnya terhenti saat Jenifer menahan lengannya. Jenifer tak membiarkan Azlan keluar dari rumahnya. Ia memerintahkan pengawalnya untuk menahan pergerakan Azlan dan membawanya ke kamar mereka. "Lepaskan! Aku sudah menikahimu, lalu apa maumu?!" bentak Azlan pada Jenifer. "Aku hanya ingin kau tinggal di sini. Aku tahu kalau kau ingin pulang ke kontrakan kumuhmu itu," balas Jenifer. "Jika kau menghargaiku sebagai suami, maka kau harus ikut ke mana pun aku tinggal," ucap Azlan lagi. "Tidak honey, aku tak mau tinggal di sana, kita akan lebih nyaman tinggal di sini. Di sini kebutuhan kita terjamin tak perlu berdesakan." Jenifer tetap kukuh pada pendiriannya, ia hanya ingin tinggal di tempat yang layak, tak seperti kontrakan yang selama ini mereka tempati. Sedangkan di
"Aku ingin keluar melihat keindahan kota ini, apakah kau mau menemaniku Tuan?" Nauma sudah menganggap Mr. Jhon sebagai teman sekaligus penyelamatnya. Ia tak segan meminta apapun pada Mr. Jhon karena Mr. Jhon selalu menuruti permintaannya, meski hal sekecil apapun. Mr. Jhon tersenyum senang. " Tentu saja aku mau, sudah dari lama aku ingin mengajakmu melihat keindahan kota Paris," balas Mr. Jhon persemangat. "Kalau begitu aku tunggu kau di bawah." Nauma turun menggunakan lift, Mr. Jhon tak mengizinkan Nauma menggunakan tangga mengingat kondisinya yang sedang hamil. Mr. Jhon merasa senang, Nauma periang yang dulu ia kenal sudah kembali. Ia bergegas mengganti pakaian yang lebih kasual. Saat ini Mr, Jhon sudah mengenakan setelan jas dan siap berangkat ke kantor seperti biasanya. Tapi semua itu ia batalkan saat melihat semangat dalam diri wanita yang sangat ia cintai. Bukan hanya itu saja, meeting penting pun ia batalkan demi menemani Nauma melihat keindahan kota tempatnya tinggal. Seny
"Jenifer!...." Azlan berteriak memanggil nama istrinya. "Kemana wanita itu?! Biasanya pagi-pagi seperti ini masih menempel di tubuh gue," gumamnya lagi. Terdengar gemericik air di dalam kamar mandi, Azlan melangkahkan kaki melihat apakah Jenifer ada di kamar mandi? Azlan terus mengetuk, memanggil Jenifer dengan sangat keras, tapi tak ada jawaban dari dalam. Azlan masuk melihat ke dalam, ia terkejut saat melihat Jenifer terduduk sambil memegangi perutnya. "Honey ... T-tolong aku ...." rintih Jenifer dengan suara tanpa tenaga. Terdapat darah mengalir dari paha Jenifer. Azlan terdiam di tempat melihat penderitaan Jenifer. Ia tersenyum, tapi seketika hatinya tersentuh melihat penderitaan di wajah Jenifer. Ia pun teringat dengan anak yang dikandung Jenifer. "Kenapa kau diam saja honey?... cepat bantu aku...." Azlan langsung berlari menggendong tubuh Jenifer, ada rasa panik yang mengejutkan dirinya. 'Kenapa gue malah nolongin dia? Harusnya biar aja dia mati. Kenapa gue jadi panik gini?
"Kenapa saat hatiku sudah memilihmu jusrtu kau yang menghilang?" gumam Nauma sambil berjalan mencari taksi.Rumah Azlan yang ia datangi ternyata sudah dijual, tapi ia tak putus asa. Nauma mengunjungi Strar Entertaint, agensi tempat Azlan bekerja. Nauma pikir Azlan masih menjadi artis dan bekerja dengan Agnes."K-kamu Nauma?" tanya Fero yang tak sengaja melihat Nauma memasuki lobi kantornya."Ya, ini aku. Sudah lama kita tak bertemu," balas Nauma."Kau sudah berubah sekali, semakin cantik dan mempesona. Oh ya, untuk apa kau ke sini?" tanya Fero."Apakah Azlan ada di sini? Aku mencari ke rumahnya tapi ia tak tinggal di sana lagi, nomor ponselnya pun sudah tak aktif lagi," tanya Nauma.Fero mengembuskan napas saat mendengar pertanyaan Nauma. "Dia sudah tak bekerja di sini lagi, sekarang dia tak memiliki pekerjaan, semua harta yang diberikan Mr. Jhon pun sudah diambil dan dia sudah tak memiliki apapun. Tapi untuk apa kau mencarinya, bukankah kau sudah menikah dengan Mr. Jhon?" tanya Fero
"Kenapa Azlan, Nak?" tanya Ibu Tomi sambil berlari karena mendengar teriakan anaknya."Kak Azlan tak sadarkan diri, Bu. Lebih baik kita bawa ke rumah sakit sekarang," balas Tomi cemas.Tomi dan ibunya membawa Azlan ke rumah sakit terdekat, sepanjang perjalanan ia merasa cemas karena keadaan Azlan. Wajahnya sudah terlalu pucat, mata menghitam dan terlihat lebih kurus dari biasanya.Ia melajukan mobil dengan kecepatan penuh tanpa memperdulikan makian pengguna jalan lainnya. Ibu Tomi pun merasa cemas karena tak biasa berada di jalan raya dengan kecepatan seperti ini."Hati-hati, Nak," ucap Ibu Tomi memperingati anaknya.Begitu sampai di rumah sakit mereka langsung melarikan Azlan ke ruang UGD. Dalam perjalanan menuju UGD mereka bertemu dengan Fero yang kebetulan sedang syuting di rumah sakit untuk film terbarunya. Fero pun membantu Tomi mendorong brangkar pasien."Apa yang terjadi? Mengapa ia jadi seperti ini?" tanya Fero."Nanti aku ceritakan, yang penting kondisi Kak Azlan membaik dulu
"Maaf Nyonya. Semua biaya atas nama Axcel sudah dilunasi," ucap petugas administrasi saat Nauma ingin membayar tagihan rumah sakit."Siapa yang telah membayarnya?" tanya Nauma penasaran."Pria yang mendonorkan mata untuk anak anda."Nauma terkejut dengan apa yang ia dengar. Azlan menjalankan peran sebagai Orangtua yang sesungguhnya dengan menjaga Axcel tanpa sepengetahuannya. Bahkan biaya operasi yang terbilang mahal pun Azlan lakukan. "Baiklah kalau begitu, terima kasih."Nauma pergi dengan tatapan kosong, ia masih memikirkan Azlan di hatinya. Nauma pun merogoh tas kecil yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Ia mencari nomor Azlan hendak menelpon dan mengucapkan rasa terima kasihnya."Kenapa nomornya tidak aktif?" gumam Nauma.Nauma kembali menelpon Azlan dengan nomor yang dulu Azlan gunakan sebagai Mr. A, tapi tetap saja nomor itu tak aktif sama sepeti nomor sebleumnya. "Kenapa nomor ini juga tak aktif? Apakah ia mengganti nomornya?" gumam Nauma."Ada apa?" tanya Mr. Jhon menghamp
"Mengapa kau ada di sini?" tanya Nauma begitu seorang pria keluar dari kamar mandi.Azlan terkejut saat melihat kehadiran Nauma di ruang rawatnya, ia tak bisa menjawab pertanyaan Nauma. Nauma pun terlihat menahan kesedihannya sambil memandang wajah Azlan yang terdapat perban di bagian mata. "Apakah kau yang mendonorkan mata untuk Axcel?" tanya Nauma lagi.Azlan masih terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa, rasanya percuma ia menyembunyikan identitasnya saat Nauma mengetahui apa yang ia lakukan.Azlan mengambil ponsel Nauma di lantai dan memberikannya. Ia pun tersenyum dan berkata. "Tenang saja, aku akan pulang begitu pengobatan ini selesai, aku pun janji akan menghilang dari hidup kalian," ucap Azlan menahan sesak di hati.Nauma tak menerima ponsel yang Azlan berikan, ia masih terpaku pada wajah Azlan yang berbalut perban. Tanpa ia sadari air mata sudah jatuh begitu saja membasahi pipi. Azlan pun panik dengan kesedihan yang Nauma tampakkan. Ingin sekali rasanya memeluk wanita yang
"Tentu saja bisa, tapi kau harus melewati serangkaian tes terlebih dulu untuk melihat kecocokan mata kalian," ucap sang dokter."Baiklah, aku akan melakukan tes itu sekarang juga," balas Azlan.Azlan menjalani pemerikasaan dan ia bersyukur karena matanya cook untuk didonorkan. Tomi merasa cemas dengan keputusan yang diambil Azlan. Sedangkan Azlan memantapkan hati untuk kesempurnaan anaknya. Ia tak akan tega melihat Axcel hidup dengan kekurangan."Apakah kau serius dengan keputusanmu, Kak?" tanya Tomi."Tentu saja, kau tenanglah, bukan hal buruk hidup dengan satu mata," balas Azlan.Dokter memberikan jadwal operasi pada Azlan, serangkaian tindakan pun telah Azlan lakukan. Hari demi hari ia tinggal di rumah sakit, dan mendapati kabar bahwa operasinya telah berhasil. Rasa syukur selalu ia ucapkan.Azlan pun melihat keadaan Axcel saat malam tiba, tentunya hanya dari luar jendela. Ia tak ingin Nauma mengetahui apa yang ia lakukan untuk anaknya."Syukurlah kalau kau sudah bisa melihat denga
"Tapi mobil itu adalah mobil kesayangamu, Kak," balas Tomi."Tak ada yang lebih penting dari keselamatan anakku, aku harus segera menemuinya. Hati ini tak akan tenang jika belum melihat keadaannya dengan mata kepalaku sendiri. Sekarang juga kau temani aku ke dealer mobil," ucap Azlan.Azlan berlari menuju kamarnya mengambil kunci mobil serta berkas yang dibutuhkan, kemudian ia dan Tomi langsung menuju dealer mobil tempatnya membeli dulu. Pekatnya malam membuat jalanan semakin lengang, hingga Tomi berpikir dealer yang mereka tuju pasti sudah tidak beroperasi."Sepertinya Dealer mobil sudah tutup di jam segini, Kak. Lebih baik besok saja kita ke sana," ucap Tomi."Semoga saja belum." Azlan mengemudikan mobil dengan kecepatan penuh, hingga Tomi berpegangan pada tali pengaman yang ada di tubuhnya.Harapan Azlan tak menjadi kenyataan, dealer mobil yang mereka tuju sudah tutup, tapi Azlan tak patah semangat. Ia mencari dealer mobil lainnya yang masih buka. Keberuntungan tak berpihak padanya
Nauma : Entahlah, aku pun tak tahu apa yang aku rasakan. Benar apa yang kau katakan, masih ada cinta untuknya. Tapi saat mengingat pengkhianatannya aku merasakan sesak yang sangat menyakitkan. Terlebih kemarin ada seorang pria yang melamarku, pria itu yang selama ini menjagaku dan anakku.Azlan tak langsung membalas pesan itu, ia sadar jika kesalahannya tak mungkin bisa dimaafkan begitu saja. Azlan pun yakin, pria yang dimaksud Nauma adalah Mr. Jhon. Senyum pahit terukir di wajahnya, merasa tak memiliki harapan sama sekali.Azlan : Ikutilah apa yang hatimu katakan, aku doakan kebahagiaan untukmu. Semoga kau mendapatkan cinta yang tulus dan tak tersakiti lagi.Nauma : Terima kasih kau sudah mau mendengarkanku, padahal kita tak pernah saling mengenal, tapi entah mengapa rasanya nyaman sekali berbicara denganmu.Azlan : Jangan berterima kasih karena aku tak melakukan apapun. Jika kau membutuhkan teman bercerita kau bisa menghubungiku. "Ya, lebih baik kau bersama dengan Mr. Jhon, pria it
"Kau yang siapa? Mengapa pintu rumahku tak bisa dibuka seperti ini?" tanya Azlan ksal."Ini adalah rumahku, sudah dua tahun aku membeli rumah ini dari Jenifer," balas pria paruh baya yang ada di hadapan Azlan."Kakak dan adik itu membuat hidupku menderita saja, seenaknya menjual rumahku," gumam Azlan."Aku tak pernah menjual rumah ini, dan aku tak pernah menandatangani surat jual beli rumah ini," ucap Azlan pada pemilik rumahnya."Tapi aku membelinya dengan resmi, apakah kau Tuan Azlan?""Ya, benar aku Azlan.""Masuklah Tuan, aku akan tunjukkan berkas pembelianku dulu, tanda tanganmu pun ada di berkas itu."Azlan memasuki rumah dan menunggu di ruang tamu, sudah banyak perubahan di rumah ini. Bahkan barang-barang yang dulu sudah di ganti oleh pemilik barunya. Azlan menaruh kesal di hati saat mengetahui rumahnya telah dijual oleh Jenifer."Sebelumnya perkenalkan, aku Ryan," ucap pemilik rumah memperkanalkan diri."Mana berkasnya?" tanya Azlan tak sabar.Ryan mengeluarkan surat perjanjia
Azlan : Aku berasal dari Indonesia.Nauma : Kebetulan, aku juga berasal dari Indonesia, senang berkenalan denganmu.Pesan demi pesan mereka balas hingga menjelang malam. Ketenangan hadir di hati saat bisa bertukar pesan dengan wanita yang dicintainya. Azlan tidur dengan nyenyak sambil memeluk ponselnya. Berbulan-bulan sudah ia tinggal di negara orang.Berkali-kali pula ia mencoba mendekati Nauma dan Axcel, tapi hanya penolakan yang ia terima. Tabungannya pun sudah hampir habis, pekerjaan di Jakarta pun sedang menunggunya. Azlan memutuskan untuk menemui Nauma dan Axcel, ia ingin sekali lagi memperjuangkan perasaannya."Ya, ini adalah yang terkahir, jika mereka masih menolakku, maka aku akan pulang ke Indonesia," gumamnya sambil mengenakan jaket.Azlan menuju apartemen Nauma menggunakan bus, sepanjang perjalanan ia berdoa agar Nauma mau menerimanya lagi. Hanya sekedar harapan dengan kemungkinan kecil, ia tak begitu yakin jika Nauma mau menerimanya lagi. Terlebih penolakan-penolakan yang