Beranda / Pernikahan / Suami Tak Sempurna / Episode 1. Pembullian

Share

Suami Tak Sempurna
Suami Tak Sempurna
Penulis: Sun Shine

Episode 1. Pembullian

Penulis: Sun Shine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"To..long aku.." Seorang pemuda berusia 21 tahun itu berupaya mengeluarkan suaranya yang serak bercampur lelah. Tubuhnya terkulai di lantai lapangan basket yang berdebu. Wajah tampannya sudah dipenuhi keringat dan pakaian sekolah yang ia kenakan sudah lusuh dan kotor. Dari wajahnya, terlihat ekspresi ketakutan bercampur pasrah terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang bisa ia harapkan hanyalah keajaiban untuk dapat lolos dari situasi yang sedang ia hadapi saat ini.

"Gara-gara kamu, kami kena hukuman lagi. Berani sekali ya, kau mengadu? Ini akibatnya kalau kamu mencoba melawan pada kami." Salah seorang siswa laki-laki menarik kasar kerah kemeja pemuda itu, lalu kembali melayangkan tinjunya.

Buagghh! Buggh! Brakk! Dua pukulan menghantam kepalanya.

"Ukh...!" Pemuda malang itu mengerang kesakitan. Dia merasakan kepalanya berdentam dan matanya mulai berkunang-kunang. Tubuhnya menggeliat tak berdaya. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya dan tiga orang siswa lainnya yang tengah membullynya.

Suara tawa keras menggema. "Dasar tidak berguna. Usia sudah 21 tahun tapi masih anak SMA. Kenapa nggak mati aja, sih? Sudah penyakitan gitu, masih aja nggak tahu diri." Dengan cepat siswa lelaki itu mengeluarkan pisau dari kantong celana seragamnya. Tetapi salah seorang temannya dengan segera menahan tangannya

"Hei, kamu mau ngapain? Nanti dia beneran mati lho. Kita kan cuma mau kasih dia pelajaran. Jangan terlalu berlebihan!"

"Tenang, aku cuma mau buat tanda di mukanya aja kok." Seringai siswa lelaki itu membuat bulu kuduk berdiri. Sepertinya dia memang memiliki jiwa psikopat. Dia tidak berpikir, apa resikonya jika ia sampai berbuat seperti itu. 

"Kamu itu memang paling brengsek. Cuma tampang yang dia punya, itupun mau kau hancurkan juga. Ckckck." Temannya itu menggelengkan kepala.

Alasan siswa lelaki itu ingin mencoret wajah pemuda malang tersebut tidak lain karena faktor iri dan dengki. Pemuda malang itu bernama Green Williams. Ia sangat tampan dan wajahnya tidak seperti umumnya wajah Asia. Hal itu membuat kebanyakan siswa lelaki di sekolah itu menjadi jengkel padanya.

Green merasakan napasnya sesak dan pandangannya semakin memburam. Apa penyakitnya akan kumat? Tidak, tidak boleh! Tuhan, jangan biarkan penyakitnya kambuh, mereka akan semakin menggila untuk menghajarnya nanti. Green memaksakan diri untuk tetap membuka mata. Sungguh ia takut sekali jika penyakitnya kumat di tempat itu, karena jika dia kambuh, dia semakin tidak bisa melindungi dirinya sendiri. Setidaknya jika dalam keadaan sadar, Green masih bisa melindungi organ vitalnya.

"Sudah deh, kalian berdua ini jangan bikin masalah besar. Dia sudah sekarat begitu. Lebih baik kita balik. Aku bosan di sini terus." Seorang temannya yang lain ikut membuka suara. Sedari tadi kedua temannya sibuk menghajar Green, sementara dia hanya asyik menonton.

"Tunggu sebentar. Aku mau coret pipinya! Wajahnya itu membuatku muak! Gara-gara dia, Ghania malah jauhi aku!" Siswa lelaki itu mendekat pada Green dan mencengkeram rahangnya kuat. Memaksa Green mendongak padanya. Lalu ia pun mengarahkan pisaunya pada pipi lelaki malang itu. Baru saja ia hendak akan menekan pipi Green dengan mata pisau, suara langkah kaki terdengar. Mereka bertiga seketika menoleh ke sumber suara.

"Ada yang datang. Ayo kita pergi dari sini!"

"Ayo, cepat. Ngapain lagi kau?" Salah satu dari mereka menarik lelaki yang memegang pisau.

"Biarkan aku melakukannya sebentar!" pekiknya geram dan langsung dibekap oleh salah satu temannya, sementara tubuhnya sudah diseret paksa oleh mereka.

"Kau mau dipecat dari sekolah ini? Kalau ketahuan bisa gawat. Jangan jadi orang gila!" Seru temannya marah dengan suara pelan. Mereka pun berlari melalui jalur pintu lain dari ruang basket tersebut.

Green mengatur napas. Rasanya tubuhnya sulit sekali untuk digerakkan. Maka dari itu dia memilih diam sejenak. "Hah.. Hah.. Hah.." Green bernafas perlahan. Berupaya menenangkan diri. Mudah-mudahan penyakitnya tidak kumat di saat seperti ini.

Baru beberapa detik, suara langkah kaki itu semakin jelas, ternyata di sana ada dua orang gadis yang masih berpakaian olahraga sedang berjalan melewati ruang lapangan basket tersebut.

"Lihat itu!" Suara seorang gadis terdengar samar-samar di telinga Green.

"Itu, itu bukannya Green? Jangan-jangan penyakitnya lagi kambuh?" sahut seorang gadis lainnya. Green sedikit bergerak begitu mendengar suara gadis yang kedua. Gadis yang kedua adalah gadis yang benar-benar disukai Green di sekolah itu. Namanya Ghania Winata. Itu sebabnya walau pendengarannya samar-samar saat ini, tetapi begitu perempuan itu yang bersuara, dia langsung cepat mengenali suara itu.

"Ghania.. Ghania," gumamnya pelan.

"Eh? Dia memanggilmu. Bagaimana ini? Aku takut." Temannya Ghania tampak panik. Ghania bingung harus berbuat apa. Apa dia harus mendekat saja dan menolongnya? Bagaimana kalau temannya itu bercerita pada yang lain? Dia tentu akan mendapat ejekan karena bersikap peduli pada Green.

"Aku.." Ghania merasa ragu.

"Sudahlah. Aku jijik lihat dia. Kita pergi aja, yuk," ucap temannya Ghania.

"Kita pergi?" tanya Ghania tak percaya.

"Iya. Memangnya kamu nggak jijik?" tanya temannya dengan mata melotot.

"Eh, um.. Jujur aja, iya. Aku jijik banget," jawab Ghania terpaksa.

Deg..!

Jijik? Begitukah? Green memejamkan matanya. Seluruh tubuhnya memang sakit tetapi hatinya jauh lebih sakit saat ini. Suara Ghania terdengar begitu lantang, sehingga Green mampu mendengarnya dengan baik. Sementara Ghania sendiri sedang merinding karena membayangkan kejadian yang lalu-lalu sewaktu penyakit Green kumat. Di satu sisi Ghania kasihan, tetapi di sisi lain dia takut menolong karena sewaktu penyakit Green kumat, itu tampak mengerikan menurutnya. Belum lagi dia akan mendapat ejekan dari teman-teman sekelasnya.

"Hmmm. Terus bagaimana? Kita pergi aja, ya. Repot banget kalau panggil guru lagi," ucap teman Ghania. Suasana memang sudah sore, dan mungkin hanya tersisa beberapa guru. Mereka biasanya berada di ruang kantor saat ini. Ruang tersebut memang cukup jauh dari lokasi itu. Mereka harus naik beberapa lantai lalu masih harus melewati koridor yang panjang.

Ghania diam beberapa saat lalu akhirnya membuka suara, "Ya sudah. Ayo kita pergi sekarang. Jangan sampai ada yang melihat kita."

Drap drap drap.. Mereka pun berlari meninggalkan Green yang sudah tak berdaya.

Selama beberapa bulan bergabung di sekolah itu, walaupun bisa dikatakan tidak dekat, tetapi Ghanialah yang selalu bersikap ramah kepada Green. Sementara siswa-siswa lain selalu menghindarinya. Bahkan kebanyakan suka sekali membullynya. Itulah sebabnya, Green jatuh hati pada gadis itu. Ghania tampak berbeda dari yang lain. Tetapi, apa yang didengarnya saat ini, sudah membuktikan bahwa Ghania ternyata sama saja dengan siswa-siswi lainnya.

Saat ini, Green lagi-lagi merasa tidak berguna. Dia berpikir, kenapa dia tidak mati saja? Bahkan seharusnya dia tidak perlu dilahirkan ke dunia ini.

***

Namaku Green. Margaku...maaf, aku cukup enggan menyebutkan margaku. Orang tuaku sudah membuangku sejak aku berusia lima tahun. Waktu itu mereka menyuruh pelayan yang merupakan pengasuhku, sejak aku bayi, agar membawaku jauh dari mereka. Dan sekarang di sinilah aku tinggal. Di salah satu kota di negeri ini. Aku tak perlu menyebutkannya di kota mana, karena kami sering berpindah tempat.

Saat orang-orang pertama kali memandangku, mereka akan terpesona dan menilaiku sempurna. Aku tidak melebihkan. Aku memang sangat tampan. Ya, begitulah kata mereka. Tetapi aku mengidap penyakit yang menjengkelkan. Dan karena penyakitku ini, tidak ada satu orang pun yang mau mendekatiku.

Apa kamu merasa kasihan padaku? Kalau memang iya, aku rasa kamu cukup baik. Di sekolahku, tidak ada siswa yang merasa kasihan padaku. Aku selalu ditindas. Jujur aku benar-benar sudah tidak tahan akan penindasan ini. Aku ingin segera mengakhirinya.

Kadang aku bermimpi penyakitku telah sembuh. Sering sekali aku bermimpi seperti itu. Rasanya bahagia sekali. Sayang, itu cuma mimpi. Dan setelah bangun, rasanya itu sangat menyesakkan di dada karena kutahu aku tak akan mungkin bisa sembuh.

Sepertinya, kamu ingin tahu aku sakit apa sebenarnya? Penyakitku ini umum diketahui hampir semua orang. Tetapi aku cukup malu mengatakan langsung padamu tentang penyakitku. Walaupun demikian, bersabarlah sedikit waktu, karena sebentar lagi kamu juga akan tahu.

Komen (9)
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
penyakit Green apa yah??apa penyakit ayan atau epilepsi??
goodnovel comment avatar
Bella
cerita menarik ...️...️
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Baru mulai kok udah ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suami Tak Sempurna   Episode 2. Hati Yang Tersakiti

    "Untuk sementara tinggallah di rumah. Jangan ke mana-mana." Seorang lelaki paruh baya memperhatikan baik-baik keseluruhan tubuh Green yang sudah diobati. Dia adalah suami dari Mirna Wati, bibi pengasuh Green. Namanya, Budianto Assa. Mereka memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun bernama Rafa Assa. "Terima kasih, Paman," ucap Green. Dia mencoba berbaring perlahan. Seluruh tubuhnya sakit sekali karena kejadian tadi sore. Beruntung setelah hampir lima belas menit tertidur di lantai lapangan basket di sekolah itu, Green akhirnya memiliki tenaga untuk beranjak dari sana dan berjalan pulang. "Rafa, tetaplah di sini temani kakakmu. Kalau ada sesuatu segera telepon Ayah. Ayah harus berangkat kerja sekarang untuk shift malam. Ibumu akan pulang satu jam lagi." "Iya, aku akan menemani Kak Green. Ayah tenang saja." Budianto Assa pun pergi berangkat bekerja menuju bengkel mobil tempat dia bekerja

  • Suami Tak Sempurna   Episode 3. Keinginan untuk Mati

    Menjelang siang, Green berjalan perlahan memasuki gang menuju rumah. Suasana hatinya semakin memburuk karena kejadian di sekolah yang barusan dia alami. Dia hendak membuka pintu memasuki rumah, tetapi dia terhenti karena mendengar paman dan bibinya sedang berbicara dan tampaknya serius. "Sekolah khusus bagaimana maksudmu? Apa Green siap sekolah di situ?" tanya Budianto seolah tak setuju. "Harus siap. Ini demi masa depannya. Aku tak ingin dia dibully lagi. Kasihan dia," jelas Mirna Wati pada suaminya. "Bagaimana dengan biaya?" tanya suaminya. Suasana hening beberapa saat setelah Budianto menanyakannya. Sementara Green yang berada di luar ruangan, sedikit mengerutkan dahi. "Tuan Williams jarang mengirim uang. Dan bahkan sudah lewat setahun ini, dia tidak pernah mengirim uang lagi, kan? Kita tak akan sanggup menyekolahkan Green di sekolah khusus," ucap Budianto kemu

  • Suami Tak Sempurna   Episode 4. Williams Global Corporation

    Hai, apa kabarmu? Kuharap sehat-sehat saja. Saat ini aku sudah berada di Ibukota. Kamu sudah tahu kan alasanku jauh-jauh datang kemari? Iya benar, itulah tujuanku. Apa kamu kecewa akan keputusanku? Sudah kuduga, kamu orang yang baik. Harusnya kamu tidak perlu memedulikan orang sepertiku. Sayang sekali, sepertinya kamu orang yang penuh rasa simpati, sehingga sulit untuk tidak peduli. Untuk mengurangi rasa bersalahku padamu, aku akan menjelaskanmu akan beberapa hal yang ada dalam pikiranku. Yang pertama, jika aku bertahan hidup, aku hanya akan menjadi beban seumur hidup bagi Paman, Bibi dan juga Rafa. Dan yang kedua, saat aku mati, aku terbebas dari segala penderitaan. Dunia ini kejam, sama sekali tidak ada tempat untuk orang lemah sepertiku. Maka dari itu, aku akan pergi untuk selamanya. *** Green melangkah perlahan. Ternyata tidak sulit mencari jembatan layang di ibukota. Lokas

  • Suami Tak Sempurna   Episode 5. Menyambut Kematian

    Sebuah mobil bewarna hitam melaju kencang. Di mobil itu bunyi ponsel sedari tadi terus berdering membuat sang empunya merasa kesal. Si pengemudi mencari tempat untuk menghentikan mobilnya. Begitu berhenti, ia melihat siapa yang menelepon. "Papa?" gumamnya, lalu mengangkat telepon. "Halo, Pa," sapa Hana. "Hana, kenapa kamu malah membawa mobil Papa? Kan kamu bisa diantar sama supir," ucap Anton, ayah dari Hana. "Iya, Pa. Tadi aku buru-buru," jawab Hana sambil melirik ke kursi belakang, di sana ada kue dan minuman. "Apa kamu sudah sampai di tempat acara?" tanya Anton Winata memastikan. Hari ini akan ada acara peluncuran film oleh Williams Entertainment, salah satu perusahaan milik Williams Global Corporation. Dan Hana akan menjadi pasangan Marcell Williams di sana. Ini adalah kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu oleh keluarga Winata, karena Marcell Williams adalah cucu kandung dari Reyhans Williams, pemilik Williams Global Corporation.

  • Suami Tak Sempurna   Episode 6. Impulsif

    Green menutup matanya. Siap-siap untuk meloncat ke bawah. "Selamat tinggal Paman, Bibi, Rafa.""Hei! Jangan!" teriak seorang gadis. Seketika Green menoleh ke sumber suara. Otaknya belum bisa mencerna akan apa yang terjadi di sekitarnya.Green melihat seorang gadis berlari kencang ke arah tiang pembatas. Deg.. Mata Green melebar melihat gadis itu melesat dengan cepat pada tiang. Gadis itu melepas sepatunya lalu memanjat tiang itu."Jangan!" teriaknya lagi membuat Green sedikit membuka mulut tanpa kata. Green terperangah melihat gadis itu yang mulai memanjat.Krek, tap, krek, tap.."Tunggu. Jangan lompat! Dengarkan aku dulu!" teriak gadis itu dengan nyaring sambil masih tetap memanjat. Green segera melangkah lalu menunduk melihat gadis yang masih memanjat itu.Krek, tap, krek, tap.."Kamu jangan kemari! Jangan memanjat lagi. Aku tidak apa-a

  • Suami Tak Sempurna   Episode 7. Sampai Tuntas

    Seluruh tubuh Hana bertumpu sepenuhnya pada Green yang memeluknya erat. Rasa takut yang berlebihan memang bisa membuat seseorang menjadi hilang tenaga apalagi jika rasa takut itu berlangsung agak lama. Bahkan ada orang yang sampai terkena serangan panik dan sampai mengalami pingsan karena rasa takut yang berlebihan. Masih di posisi yang sama, Hana mencoba perlahan berdiri dengan benar, mengatur keseimbangannya di dalam pelukan Green. Deg, deg... Jantung Green sedikit berdetak lebih kencang. Di usianya yang sudah 21 tahun, inilah pertama kalinya Green memeluk tubuh seorang gadis. Itu pun tidak sengaja. Dan rasanya... rasanya sampai membuat mata Green melebar cukup lama. • • Setelah mampu menyeimbangkan diri, gadis itu mendongak menatap wajah Green dengan kedua tangannya masih memegang kedua bahu Green. Green sedikit melonggarkan pelukannya, dan menunduk menatap wajah gadis itu. Green mengerjapkan kedua matan

  • Suami Tak Sempurna   Episode 8. Berjanji

    Hana sedikit berjalan lebih cepat sambil menarik tangan Green, sementara Green terlihat seperti anak kecil yang dituntun oleh mamanya, dia hanya mengikuti gerak langkah Hana ke mana pun gadis itu berjalan. Tetapi kemudian Hana berhenti. Dia menatap Green."Ada apa?" tanya Green penasaran.Hana menghela nafas. "Sepatuku ketinggalan di bawah tiang itu," ucap Hana sedikit mendengus. Green langsung melihat kaki Hana yang telanjang lalu menoleh ke belakang. Ternyata mereka sudah berjalan sedikit jauh dari tiang itu."Aku akan mengambilnya. Tunggulah di sini." Green melepas tangan Hana."Tidak." Hana kembali menggenggam tangan Green. "Kita sama-sama saja. Ayo."Hana menarik kembali tangan Green. Green mengernyitkan kening, sepertinya dia mulai sadar akan interaksi mereka yang cukup aneh. Pikiran Green yang tadinya sempat kacau balau, sepertinya mulai terjalin.Sesa

  • Suami Tak Sempurna   Episode 9. Sandiwara

    "A-Apa yang kau lakukan?" Wajah Green memerah. Green tidak pernah bersentuhan dengan perempuan. Jadi, apa yang dilakukan gadis itu terasa intim baginya. Berbeda dengan pelukan yang tidak disengaja sewaktu di bawah tiang tadi. Saat ini, Hana memeluknya dengan sengaja. Tangan Green bergerak cepat memegang lengan Hana, ingin segera melepas pelukan gadis itu dari lehernya. Tetapi tubuh gadis itu tiba-tiba bergetar, membuat Green berhenti bergerak. Gadis itu melonggarkan pelukannya tetapi masih melingkarkan tangannya di leher lelaki itu dan kembali mendongak menatap Green. Green membalas tatapannya dan terkejut mendapati gadis itu mengeluarkan air mata. Dia menangis? "Kamu kenapa?" tanya Green bingung, rasa keterkejutan cukup terkesan dari warna suaranya. Hana melepas pelukannya dari Green. Ia kembali duduk secara normal dan menunduk. Hana mulai sedikit terisak, membuat Green semakin bingung. &nbs

Bab terbaru

  • Suami Tak Sempurna   Terima Kasih ^^ ❤️

    Halo, novel Suami Tak Sempurna sudah tamat.Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua Readers. Terima kasih karena Readers sekalian selalu mendukung novel ini dengan memberikan Vote, komentar dan ulasan bintang 5. Dukungan Readers membuat saya bersemangat untuk menulis.Untuk kelanjutan Green dan Hana, apakah ada kelanjutan lagi, Itu saya masih belum bisa memutuskannya. Saya harap Readers sekalian yang berharap buku baru untuk lanjutan, tidak merasa kecewa. Alasannya karena saya masih mau berfokus untuk menulis novel "Terlambat Mencintai Lisa." Dan novel baru lagi yang berjudul Kematian Tagis Sang Putri (yang ini novel fantasi, masih lama lagi dirilis karena outline belum saya buat).Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih. Semoga Readers sekalian sehat selalu. ^^ ❤️

  • Suami Tak Sempurna   Episode 240. TAMAT

    "Rafa, lihat pengantin sudah tiba!" seru Sartika dengan riang.Sartika memeluk Hana. "Kamu cantik sekali, Hana.""Terima kasih, Sartika. Kamu juga cantik hari ini," balas Hana tersenyum hangat."Waw! Kak Green sudah persis seperti pangeran!" seru Rafa dengan tatapan takjub. Green tersenyum lebar mendengarnya."Kamu bisa saja, Rafa!" ucap Green sambil mengusap pelan rambut Rafa. Karena rambut Rafa sangat rapi hari ini."Kak Hana juga seperti tuan putri!" seru Rafa ketika matanya beralih pada Hana."Rafa kamu juga sangat tampan memakai tuxedo itu!" puji Hana.Rafa tersenyum malu saat giliran dirinya yang dipuji."Rafa, kamu pasti akan menjadi pemuda yang tampan ketika besar nanti," ucap Reyhans memuji dengan tulus."Terima kasih, Kek. Kakek juga sellau tampan!" ucap Rafa tersenyum manis sambil mengacungkan jempol. Reyhans, Anton, Jihan, kedua orang tua Rafa, dan juga Sartika, terkekeh melihat tingkah lucu Rafa."Rafa adalah anak yang baik!" ucap Anton. Budi dan Mirna tersenyum manis men

  • Suami Tak Sempurna   Episode 239. Sungguh Terharu

    Setelah peristiwa pembelian PT. Andalan Winata lalu disusul di mana perusahaan itu dengan mudahnya kembali stabil, keluarga besar Winata selalu mencoba berbagai cara untuk bisa berkomunikasi dengan Green dan Hana. Mereka sungguh penasaran pada Green!Saat Anton memberi tahu mereka siapa Green sebenarnya, jantung mereka seolah meletup mendengarnya. Mereka semakin menggebu-gebu dan tak sabar ingin bertemu dengan Green dan Hana, tetapi mereka sulit melakukannya. Mereka mencoba mendesak Anton dan Jihan berulang kali tetapi hasilnya nihil. Anton dan Jihan sama sekali tidak mau bekerja sama dengan mereka.Pernah sekali peristiwa Shila mencoba datang ke kampus Williams, tetapi tidak menemukan mereka. Itu karena Green dan Hana memang sengaja menghindarinya. Begitu pula dengan Ryan, saat patah tulangnya baru sembuh, ia langsung mencoba mendekati mereka di kampus, tetapi sekali lagi mereka dengan mudahnya menghilang dari pandangannya. Itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Jack agar keluarga besa

  • Suami Tak Sempurna   Episode 238. Baby! Ini Papa!

    "Kamu menjengukku lagi?" ucap Marcell pada Green. Dia tidak menyangka Green menjenguknya lagi."Kenapa? Apa kamu bosan melihat wajah kakakmu ini?" tanya Green tersenyum menggoda."Iya, aku bosan," jawab Marcell berbohong. Dia malah memakan kue kesukaannya yang baru saja dibawa oleh Green. Green terkekeh pelan.Mereka lalu bercengkerama dan akhirnya menyingung soal Reyhans, kakek mereka berdua."Apa kamu pernah melihat Kakek semarah waktu itu? Kamu pasti tahu sendiri bahwa Kakek biasanya selalu mampu menjaga emosinya. Dia selalu bersikap tenang dan berwibawa. Tetapi melihat keadaanmu seperti ini, Kakek lebih menunjukkan emosinya. Tahu kenapa? Itu karena kakek menyayangimu, Marcell.""Aku tidak percaya," jawab Marcell."Ini hanya pendapatku saja," balas Green. "Apa kamu tahu? Di hari kamu kecelakaan, Kakek sampai di Singapura saat sore hari. Tetapi begitu mendengar kamu kecelakaan, dia langsung kembali ke sini malam itu juga untuk melihat keadaanmu di rumah sakit. Kakek kita sudah tua,

  • Suami Tak Sempurna   Episode 237. Cinta Sejati

    Hana : Veronika, apa kamu tahu Marcell kecelakaan kemarin malam? Dia dirawat di Williams Hospital.Veronika : Aku tahu. Tapi apa benar dokter memvonis Marcell akan lumpuh seumur hidup?Hana : Iya, itu benar. 🥺 Tapi di dunia selalu ada keajaiban. Maksudku, tidak ada yang mustahil, bukan? Apa kamu berniat menjenguk Marcell besok?Veronika tampak ragu menjawabnya. Besok adalah hari Minggu, itu adalah waktu yang cocok untuk mengunjungi Marcell.Veronika : Aku akan mengunjunginya besok.Hana : Baguslah. Jam berapa kamu akan datang?Veronika tidak membalasnya lagi.***"Kamu sendirian?" tanya Green ketika dia dan istrinya masuk ke ruang rawat Marcell. Marcell yang sedang melamun agak terkejut melihat mereka."Ada perawat," jawab Marcell datar. Sally baru saja keluar untuk membawa pakaian ganti dari rumah. Sementara Albert sibuk mengurus mini market barunya."Kami membawa makanan kesukaanmu," ucap Green sambil membuka isi makanan yang ia bawa."Dari mana kamu tahu aku suka itu?" tanya Marcel

  • Suami Tak Sempurna   Episode 236. Keras Kepala

    Begitu melihat Reyhans, Marcell segera memalingkan wajahnya. Reyhans mendesah melihat tingkah cucu bungsunya itu."Marcell, kamu mau makan, Sayang?" tanya Sally dengan suara lembut."Tidak," ucapnya tegas.Reyhans membuka suara. "Marcell, karena kamu terbiasa berbalapan mobil, akibatnya kamu menjadi sepele dalam berkendara. Benar-benar hobi yang konyol. Lihat sekarang keadaanmu. Kepalamu dijahit dan kakimu lumpuh. Teruslah kamu menjadi cucu pemberontak. Mana tahu nasibmu menjadi lebih bagus," sarkas Reyhans. Green dan Hana saling memandang. Menurut Hana, ini bukanlah waktu yang tepat untuk memarahi Marcell. Marcell saat ini butuh dihibur. Tetapi Kakek Reyhans sudah tidak bisa membendung rasa kecewanya.Marcell mengeraskan rahangnya dengan tangan mengepal. Dia benci mendengar ucapan kakeknya. Dia benci hobi yang sangat dia cintai, diejek dan dicerca seperti itu."Kakek," ucap Green sambil menghampiri kakeknya. "Kecelakaan Marcell itu karena dia mabuk. Ini sebenarnya tidak berhubungan de

  • Suami Tak Sempurna   Episode 235. Vonis

    Mata Sally melebar mendengarnya. Apa yang dikatakan Albert benar adanya. Sally lalu berkata, "Sebelumnya Robert tidak tahu akan keadaan kita. Itu sebabnya dia masih bermain judi dan terlibat hutang lagi. Sekarang dia sudah benar-benar tahu keadaan kita, dia berjanji tidak akan lagi berbuat seperti itu. Ini akan menjadi terakhir kalinya. Dia sangat terkejut, bahkan bersimpati akan keadaaan kita. Aku belum pernah mendengar Robert berbicara begitu dewasa seperti itu. Aku yakin kali ini dia bersungguh-sungguh.""Hahahaha..!" Albert tergelak mendengarnya. "Keluarga intimu adalah aku dan Marcell, bukan Robert! Kita kritis sekarang. Kau malah ingin memberikannya uang lagi. Di mana otakmu!" bentak Albert."Tapi dia adalah kakak kandungku! Dia dalam keadaan berbahaya sekarang. Bisa-bisa dia dibunuh kalau tidak membayar hutang dengan segera. Aku yang salah, harusnya aku memberi tahunya tentang keadaan kita.""Dia berbohong! Tanpa kau beri tahu pun dia pasti sudah tahu. Berita keluarga Williams b

  • Suami Tak Sempurna   Episode 234. Menjauh?

    "Benarkah itu?" tanya Alex dengan wajah terkejut serasa tak percaya atas apa yang baru saja ia dengar dari putrinya. Evelyn juga bereaksi yang sama dengan suaminya."Iya, jadi Green adalah cucu sulung Tuan Besar Reyhans Williams," ucap Veronika menandaskan. "Saat aku menyimak pembicaraan mereka berdua, kudengar tampaknya Tuan Besar Williams sudah memutuskan untuk memberikan seluruh hartanya pada Green, Pa.""Apa kamu yakin? Sepertinya Tuan Besar Williams belum membuat pengumuman terkini tentang siapa yang akan menjadi ahli waris selanjutnya di muka umum," ucap Alex."Ya, itu kan bisa belakangan, Pah," sahut Evelyn. Alex mengangguk pelan."Kalau memang Green yang akan menjadi ahli waris, maka Keluarga Winata benar-benar sangat mujur!" Alex tampak merasa cemburu. "Hmmm, pantas saja PT. Andalan Winata yang jelas-jelas sudah bangkrut, tiba-tiba dalam sekejap sudah kembali berjaya." Alex mendengkus tak senang.Veronika mengangguk. "Iya, Papa benar. Tapi Papa jangan iri begitu. Tidak baik,

  • Suami Tak Sempurna   Episode 233. Apa Kamu Membenciku?

    "Hana, apa kamu serius ingin menjodohkan mereka?" tanya Green begitu mereka memasuki kamar peraduan mereka."Kenapa? Apa kamu keberatan?" tanya Hana curiga."Sama sekali tidak. Biasa saja," jawab Green apa adanya."Aku pikir kamu sedih, karena jika mereka jadian, Julia tidak mungkin bersikap manja padamu lagi," ketus Hana, membuat Green mengangkat alisnya sedikit heran."Sedih? Justru aku senang jika dia berhenti bersikap seperti itu," tanggap Green langsung."Masa? Kalau begitu kenapa kamu tidak mengingatkannya waktu dia terus bersikap seperti itu?" ucap Hana dengan mata melotot. Green agak terkejut melihatnya."Apa kamu marah karena dia seperti itu?" tanya Green curiga. Green sempat berpikir bahwa Hana tidak pernah marah karena pada akhirnya Hana mungkin sudah menganggap tingkah Julia sebagai hal biasa yang ternyata tidak perlu dihiraukan."Tentu saja aku marah. Kamu sendiri saja marah tadi saat aku memuji Jack. Apa kamu pikir aku tidak marah melihat Julia yang selama berhari-hari be

DMCA.com Protection Status