“Ke suatu tempat!” Berry mengucapkan sambil menatap Echa dengan penuh nafsu. “Dan kamu nggak perlu bertanya di mana tempatnya. Karena ini adalah surprise dariku untukmu. Aku menjamin kamu pasti menyukainya.”Echa tidak pandai menebak-nebak, akan tetapi dilihat dari ekspresi Berry sudah menjelaskan bahwa tempat itu adalah tempat yang akan digunakan untuk mengambil kehormatannya sebagai seorang wanita.Melihat wanita itu tak merespon, Berry mendecakkan lidahnya, “Anak buahku sudah mengintai orang tuamu. Mereka cuma menunggu perintah dariku.”Echa membulatkan matanya lebar-lebar. Jelas-jelas itu adalah sinyal bahaya untuknya dan orang tuanya.Melihat Echa ketakutan hanya karena dengan gertakan kecilnya, Berry merasa semakin berada di atas angin, “Jadi gimana, sayang? Mau ikut atau nggak?” Karena tak punya pilihan lain, Echa terpaksa mengangguk, “Tolong jangan sakiti orang tuaku. Aku akan ikut denganmu.”Berry tersenyum penuh kemenangan, “Tenang, Echa. Aku justru akan membebaskanmu dari
Kedua petugas itu menatap curiga kepada Niko. Pakaian yang dikenakannya dari atas sampai bawah terkesan sangat sederhana. Sementara, brand-brand besar, bahkan dirancang khusus oleh desainer ternama, sudah bertengger nyaman di tubuh orang lain yang keluar masuk club.Terlebih lagi Niko sudah melukai dua orang hingga tak berdaya, membuat kedua petugas itu semakin yakin bahwa Niko hanyalah orang biasa yang datang berbuat onar di Nextar Club.“Istriku dibawa orang jahat ke dalam. Tolong bukakan pintunya!” Niko memohon.“Maaf, orang yang diperbolehkan masuk ke dalam hanya orang yang memiliki kartu member club!” Petugas itu tetap bersikap profesional. “Aku bukan member club. Tapi biarkan aku masuk. Istriku dalam bahaya,” ucap Niko terlihat tidak tenang.“Tidak bisa! Peraturan tetaplah peraturan! Silahkan anda pergi dari sini!”Niko marah bukan kepalang, akan tetapi dia sadar jika memakai cara kekerasan justru permasalahannya semakin panjang, dan dia tidak bisa menyelamatkan istrinya. Dia t
“Niko?” Berry dan Echa menunjukkan ekspresi yang berbeda saat lelaki itu berhasil mendobrak masuk.Niko bernapas lega melihat Echa masih terselamatkan.“Apa kamu baik-baik saja?” tanya Niko memastikan.Echa tidak membalas pertanyaan Niko. Saat ini entah apa perasaannya. Dalam hati kecilnya dia bersyukur Niko datang menyelamatkan dirinya. Namun, di sisi lain dia juga panik, kedatangan suaminya bisa membuat Berry murka dan berubah pikiran untuk menyakiti orang tuanya.Juga, Echa merasa serba salah. Dia sadar diri sebagai wanita yang bersuami, seharusnya dia tidak boleh berduaan di kamar dengan lelaki lain. Namun, mengingat orang tuanya berada dalam ancaman besar, dia tidak punya pilihan lain selain melakukan ini.Sementara, Berry tercengang melihat lelaki miskin seperti Niko bisa masuk ke dalam Nextar Club. Namun, ekspresi kaget itu dengan cepat berubah menjadi kekesalan.“Hei, Babu! Aku sedang ada urusan dengan Echa. Apa kamu nggak pernah diajarkan kalau menerobos masuk ke kamar orang
Yang terkena lemparan gelas itu tak lain adalah pemilik Nextar Club. Akibatnya wajahnya dipenuhi luka berdarah.“Pak Arsen?!” pekik Berry, tetapi dia tidak merasa bersalah sedikit pun. Berry malah mengkambinghitamkan Niko, “Lihat! Kamu memang pembawa sial! Gara-gara kamu, pemilik club ini terluka!”Dia kemudian menoleh ke arah Arsen yang masih mengerang kesakitan, “Lebih baik anda cepat-cepat obati luka di wajah anda. Si curut ini biarkan aku yang urus. Dari tadi aku sebenarnya juga heran kenapa lelaki busuk ini bisa masuk dan lolos dari penjaga keamanan di sini.” Echa hanya diam membisu. Dia tidak mungkin membela Niko, meskipun yang melempar gelas itu adalah Berry. Terlebih lagi dia baru menyadari kesalahan besar suaminya yang menerobos masuk ke club. Sudah pasti pemilik Club ini lebih berpihak kepada Berry.Namun, di luar dugaan. Arsen mulai berjalan ke arah Berry dan menendang perutnya.Seusai memukul lelaki itu, dia berkata penuh lantang, “Pak Berry, member anda di Nextar Club d
Echa yang sudah tak punya energi, dan kembali mendengar hal itu, kepalanya terasa lebih berputar-putar dan langsung tak sadarkan diri di gendongan suami.Tentu Niko murka sejadi-jadinya. Dia menatap Berry dengan mata menyala-nyala, “Kamu harus membayar semua ini, bajingan!”Berry yang ketakutan, lantas dia segera berjalan ke arah mobilnya, tetapi baru saja melangkah, beberapa orang bertubuh besar sudah berdiri di depannya.Berry tersenyum miring, mengira bahwa orang-orang itu mencari Niko. Kali ini dia yakin mereka tak akan salah sasaran seperti kemarin malam.“Kalian datang tepat waktu. Orang yang kalian cari ada di sini,” ucapnya sambil menunjuk ke arah Niko berdiri.Namun beberapa orang itu justru melangkah ke arahnya dengan tatapan bringas. Tentu Berry spontan melangkah mundur sambil menelan ludahnya.“Aku Berry, bukan Niko yang….” BUGH! BUGH!Ucapan Berry terpotong oleh pukulan pukulan bertubi. Belum juga lukanya mengering, tubuhnya kembali menjadi sasaran empuk.Seperti biasa,
Yang bersuara di seberang sana tak lain adalah Berry, “Aku kasih waktu tambahan 30 menit untukmu. Temui aku dan redamlah kemarahanku sebelum semuanya terlambat!”Tangan Echa gemetar ketakutan, tetapi setelah mengingat kedatangan Danang, barulah dia berani berbicara, “Aku nggak takut!”“Oh kamu pikir aku bercanda?!”“Aku nggak takut!” Echa mengulangi kalimatnya dengan suara begitu tegas. “Pak Danang, direktur WARA Corp akan melindungiku!”“Pak Danang? Apa hubungannya dengan kamu?”“Aku karyawannya,” jawab Echa dan langsung mematikan telepon sepihak.Echa sebenarnya merasa ketar-ketir, ‘Oh Tuhan, lindungi keluargaku.’Hesti yang samar-samar mendengar percakapan itu, keluar dan menghampiri Echa, “Ada apa? Siapa yang menelponmu?”“Bukan siapa-siapa, Ma. Cuma orang gila yang iseng menelponku,” kilah Echa.“Oh.” Hesti percaya. Tapi matanya mendadak melotot saat melihat kedatangan Niko. “Ngapain kamu ke sini?!”Sambil berjalan mendekat, dengan santainya Niko menjawab, “Aku mau menjenguk Papa
“Kami akan mengambilnya,” ucap Niko. “Tolong ambilkan untuk istriku.”Echa dan pelayan itu tercengang. Sandal heels yang seharga 900 ribu saja tidak mampu dibelinya, apalagi yang seharga 25 juta. Mungkin pendengaran Niko bermasalah!“Harganya 25 juta!” Pelayan itu mempertebal kalimatnya agar terdengar lebih jelas di telinga Niko.“Niko, harganya 25 juta. Itu terlalu mahal, kita nggak punya uang sebanyak 25 juta.” Echa mempertegas. Niko mengangguk dan tersenyum lebar.“Ini hadiah pernikahan kita,” ucap Niko begitu enteng. Nada bicaranya terdengar datar, seakan-akan jumlah sebanyak itu tidak ada apa-apanya.“Niko, tolong jangan bikin aku malu!” Echa terpaksa menatap tajam pada Niko, berharap sang suami sadar diri akan kemampuannya. “Ayo keluar!”Untuk meyakinkan istrinya, Niko merogoh ponsel dan berjalan mendekat ke arah meja kasir yang di atasnya terdapat akrilik holder yang berisi kertas barcode, “Aku bayar pakai Qris.”Pelayan itu terdiam, antara percaya dan tidak percaya.Echa ce
“Mulai hari ini dan seterusnya jangan datang ke sini lagi! Kalian dipecat!” seru Niko. Suaranya lantang menggema di ruangan tersebut.Semua orang, baik nasabah dan teller terkejut. Sesaat suasana menjadi hening, sebelum akhirnya tawa keras menggema.Mereka menertawakan Niko yang berlagak seperti Bos yang hendak memecat karyawannya. Sepertinya lelaki itu adalah orang dengan gangguan jiwa.“Aduh orang mana dia sih? Kok sampai lepas dari pengawasan keluarganya?” kata salah satu teller sambil menahan tawanya.“Kasian. Mentalnya udah kenak. Mana masih mudah lagi.” seorang nasabah ikut nimbrung mengejek Niko. “mungkin cita-citanya jadi Bos gak kesampaian, makanya gila kayak gini.”“Lihat tuh ekspresinya, mendalami peran jadi manajer bank!”Tawa semua orang semakin keras. Mata mereka memandang Niko dengan tatapan mengejek.Satu sudut bibir Niko terangkat, “Perbaiki sikap kalian, atau aku akan buat kalian dipecat dari sini!” tantangnya. Bukan hanya mengultimatum para teller, Niko juga menata
Echa merasakan ketegangan di dalam rumah. Setelah menerima pesan-pesan dari Tessa, pikirannya berkecamuk. Dia berusaha bertindak normal di depan Niko, meskipun hatinya bergetar.Niko, yang baru saja keluar dari kamar, menyadari ada yang tidak beres. “Echa, kamu baik-baik saja?” tanyanya, memperhatikan ekspresi wajah istrinya.Echa mengangguk, tapi suaranya bergetar, “Iya, Mas. Cuma sedikit lelah.”Niko mendekat, meraih tangan Echa. “Kamu tidak terlihat baik. Ada yang ingin kamu bicarakan?”Echa menarik napas dalam-dalam. Dia harus memberanikan diri, “Mas, ada yang ingin aku tanya. Apa kamu... ada yang ingin kamu katakan padaku?”Niko terkejut. Dia merasakan ada sesuatu yang tidak beres, “Apa maksudmu?” Echa menatapnya tajam, berusaha mencari keberanian, “Tessa menghubungiku. Dia bilang... dia tahu semuanya tentang kita.”Niko terdiam sejenak, “Echa, biarkan aku menjelaskan—”“Jelaskan apa, Niko? Tentang semua foto dan video itu? Tentang perselingkuhanmu?” suara Echa meninggi, air mata
Tak berselang lama ada pesan susulan, [Kalau kamu ingin aku menjaga rahasiamu, temui aku nanti malam. Tessa.]Melihat suaminya tampak begitu serius menatap layar ponsel, Echa pun bertanya, “Ada apa, Mas?”“Hanya urusan kecil,” jawab Niko sambil bangkit dari tempat duduknya. “aku mau ke kamar dulu.”Niko tidak terlihat panik dengan ancaman Tessa, tahu cepat atau lambat dia harus memberitahukan identitasnya kepada sang istri.“Iya, Mas.” Echa sama sekali tidak curiga.Sambil berjalan menuju kamarnya, Niko mengirim pesan itu Ke Nita, dan setelahnya dia langsung menghubungi adik angkatnya itu.“Hallo.”“Ya, Kak?”“Kamu sudah membaca pesanku?”“Iya, Kak. Sudah. Menurutku sih Kak, mendingan kasih tahu aja kebenarannya sama Kak Echa biar nggak salah paham. Kecuali Kakak masih ragu.”Niko mengerti ucapan Nita, “Tidak. Aku tidak ragu sama sekali. Aku sudah mengenal bertahun-tahun istriku.”Niko sudah memutuskan bahwa hari ini waktu yang sangat tepat untuk memberitahukan identitasnya kepada Ech
“Aku akan menceraikanmu!” seru Fikram.Bagai disambar petir. Hesti terhenyak mendengar perkataan Fikram. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja suaminya ingin menceraikan dirinya.“Mas … Mas sadar dengan apa yang mas katakan?” tanya Hesti tak percaya. “jangan dibuat main-main loh, Mas.”“Aku sadar dan tidak main-main! Aku mau menceraikanmu, Hesti!” Fikram berkata dengan tegas tanpa keraguan. “Mas, apa salahku?! Jangan ngaco kamu, Mas!” Suara Hesti lebih tinggi dari suaminya. “Sembuh-sembuhnya kamu malah kayak gini!”Fikram menatap istrinya dengan dingin, “Kamu masih bertanya di mana salahmu? Di rumah ini banyak kaca, ‘kan? Pergi dan introspeksi dirimu.”“Aku nggak salah apa-apa! Mas yang nggak waras!” pekik Hesti, lalu menoleh pada Niko dengan wajah merah padam. “pasti kamu ‘kan yang meracuni suamiku? Pasti kamu sering mengunjungi suamiku cuma untuk menjelek-jelekkanku. Bajingan! Dendam banget kamu sama aku sampai mau merusak rumah tanggaku!”“Ini tidak ada hubungannya denga
Tessa memasuki sebuah mall. Ketika dia menaiki lantai 3 mall, tatapannya tertuju pada seseorang lelaki dan wanita yang tampak bersenda gurau.“Niko? Dan wanita itu?” keningnya berkerut melihat kebersamaan mereka. “bukankah dia adalah seorang pelayan toko baju di mall sebelah?”Perlahan sudut bibir Tessa terangkat, “Sekarang kamu ketahuan, Niko. Rupanya wanita itu memang selingkuhanmu.”Tak ingin melewati kesempatan ini, Tessa merogoh ponsel di dalam tas kecilnya dan segera mengabadikan momen kebersamaan Niko dengan wanita itu. Kali ini dia sangat yakin bisa mengobrak-abrik rumah tangga Niko dan Echa.Yang sedang diperhatikan tengah membahas ulang tahun sang Kakek.“Kak, kurang dua minggu lagi ulang tahun Kakek. Kita harus ngasih surprise,” ucap Nita sambil memakan es krim.Niko hanya tersenyum. Ini kesekian kalinya Nita mengingatkannya.“Menurut Kakak kita harus ngasih surprise apa?” tanya Nita.Niko mengedikkan bahu, “Aku tidak pandai dalam hal ini. Aku serahkan semuanya sama kamu. M
“Nita?” gumam Echa. “Nita siapa, Mas?” tanyanya kemudian.Niko sama sekali tidak terlihat panik.“Ehmm Nita adalah seorang ahli IT … seorang hacker yang membantuku mengurus permasalahan yang sedang dihadapi WARA Corp,” jawab Niko sambil mengambil ponsel miliknya.Echa mengangguk-angguk percaya.Dalam hal ini Niko berkata jujur, tapi masih belum bisa memberitahu keseluruhannya.Niko segera mengangkat telepon itu dan sengaja mengecilkan suara volume telepon agar Echa tidak mendengar suara lawan bicaranya.“Ada temuan baru lagi?”“Nggak, Kak. Aku–”“Baiklah. Besok pagi kita rapatkan bersama dengan petinggi WARA Corp,” potong Niko dan memutus sambungan setelahnya.Di seberang sana, Nita kesal suaranya dipotong dan teleponnya diputus sepihak. Padahal dia ingin menyampaikan kalau satu bulan lagi adalah hari ulang tahun sang Kakek yang ke 71 tahun. Tapi Nita mengerti, mungkin malam ini Niko sedang bersama istrinya. Lantas dia pun mengirim sebuah pesan.[Sebulan lagi adalah hari ulang tahun
“Terima kasih pengertiannya. Kalau gitu kalian pulang sekarang,” sahut Niko tiba-tiba, membuat Hesti dan Sarah kesal.Harapan Hesti adalah mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Jika dia tidak bisa mendepak Niko dari kehidupan Echa, setidaknya lelaki itu bisa dia manfaatkan.Saat ini Sarah dilema. Tindakan anaknya yang berusaha mengambil hati Niko bisa merugikan keluarganya sendiri. Di sisi lain dia harus segera membujuk Niko untuk menyelamatkan bisnis keluarganya.“A–” Baru Hesti membuka mulutnya, suara Niko terdengar terlebih dahulu.“Mama juga pulang.” Mata Hesti seketika melotot, “Kamu juga mengusirku?! Aku ini Mama kandungnya Echa.”Niko cukup menjawabnya dengan merogoh ponsel di saku celananya. Dia menghubungi petugas keamanan perumahan.“Pak, tolong ke sini.”Hesti dan Sarah menatap Niko. Sikap tegas lelaki itu membuat mereka sedikit takut.“Aku nggak mau pulang. Aku masih ada perlunya sama anakku,” tolak Hesti geram.“Echa sudah mengirim uang 5 juta ke rekening Mama. Jadi ngg
Lagi, sudut bibir Hesti terangkat. Ini adalah kesempatan emas untuk memeras Sarah.“Cuma satu miliar?” Ekspresi Hesti mengisyaratkan kalau nilai yang ditawarkan masih terlalu kecil.Sekilas Sarah mengepalkan kedua tangannya.“Baiklah aku tambahin 100 juta,” ucap Sarah.Hesti memalingkan muka sambil mendengus, menandakan dia masih belum puas.“Berapa yang kamu mau, Hesti?” tanya Sarah.Hesti menatap Sarah dengan senyuman miring dan berkata, “Tiga miliar. Aku mau tiga miliar. Dan perjanjian ini harus ditandangani di atas materai.”Hesti tidak bodoh. Dia tahu bagaimana caranya menghadapi Sarah yang sama-sama liciknya dengannya.Sementara, Echa yang berdiam diri berulangkali melihat Tessa sedang menatap Niko dengan tatapan seperti orang yang sedang jatuh cinta. “Hesti, kamu mau memerasku? Jangan gila kamu, Hesti.” Sarah tampak begitu geram.“Tante jangan keterlaluan. Jumlah yang diminta Tante nggak masuk akal,” sahut Tessa. Nada bicaranya terdengar santun.Hesti menanggapinya dengan begi
“Aku kasihan sama Niko. Dia menjadi korbanmu.” Tessa semakin bersemangat menyerang psikis Echa. “laki-laki baik seperti Niko seharusnya mendapatkan istri yang baik, bukan istri macam kamu.”Begitu juga dengan Sarah. Dia mulai ikut menekan Echa.“Kamu tuh lebih jahat dari seorang pelakor. Kamu–” kalimat Sarah terpotong oleh suara bariton milik Niko.“Bisakah kalian diam?”Karena tidak sesuai rencana, Niko keluar dan berjalan melindungi istrinya. Melihat kedatangan lelaki itu, seketika Tessa bersikap manis, “Hai, Niko. Aku cuma ingin menyampaikan fakta bahwa–”“Kalau Echa tidak mencintaiku, Echa tidak akan hamil anakku,” potong Niko sambil mendekati Echa dan memegang perutnya.Sontak Tessa dan Sarah tercengang.“Echa hamil?” Tessa tidak percaya.Kehamilan Echa adalah bencana bagi Tessa yang berusaha memisahkan pasangan suami-istri itu. Kehamilan sepupunya itu akan menjadi batu sandungannya untuk merebut Niko.Dengan bangga Echa mengakui, “Iya, aku sedang hamil anaknya Mas Niko.”Dia jug
Kekehan kecil terdengar dari mulut Echa. Dia tahu suaminya hanya bercanda. Dia meyakini ada masalah yang memberatkan Herman sehingga WARA Corp tak kunjung mengirimkan produk-produknya kembali.“Dipikir-pikir kasihan juga ya, Mas. Kira-kira sampai kapan, ya?” tanya Echa.“Sampai mereka mohon-mohon sama kamu. Ini juga momen yang pas untuk balas dendam, ‘kan?” jawab Niko sambil terkekeh.“Hishh.” Echa masih menganggap Niko sedang bercanda. “nggak boleh ngomong gitu.”Sementara di depan kantor ….Sarah tampak begitu kesal. Hingga siang hari tidak ada kejelasan dari Niko. Ini membuatnya semakin yakin kalau lelaki itu sedang mempermainkan dirinya.“Sialan! Mana si Niko ini?” Sarah mondar-mandir di tempat. Sarah berjanji akan membuat perhitungan kepada Niko kelak. Ini pertama kali dalam hidupnya ada dalam situasi seperti ini. Harga dirinya merasa diinjak-injak oleh bekas seorang pembantu.“Apa kita pulang dulu ya, Ma?” Tessa pun tidak sabar menunggu.“Mama yakin dia nggak bakalan menemui ki