KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 30"Ini Mbak Tuti, yang bekerja di rumah Ibu lebih dari sepuluh tahun, Ibu memercayai Mbak Tuti untuk bekerja di rumah kalian sekarang," ungkap Kak Linda, memperkenalkan wanita yang bernama Tuti itu padaku.Sebelumnya aku sudah menolak untuk tidak mempekerjakan Art di rumah ini, ternyata penolakanku hanya dianggap angin lalu saja."Tapi, Kak, Anggita tidak mencari Art untuk bekerja di rumah ini, apa lagi, Art-nya belum menikah, dan itu tidak baik kalau tinggal satu rumah dengan Anggita," ucapku."Anggita, kamu cemburu? Ya ampun, ha-ha adik iparku cemburu," sambut Kak Titin dengan tertawa geli melihat ke arahku. Apa yang lucu?"Sayang, Mbak Tuti ini sudah menikah, itu suaminya," ucap Mas Ilham seraya menunjuk ke arah mobil, yang berdiri Pak Udin di sampingnya."Ini perintah dari boss kita Bu Belinda," lanjut Kak Linda."Seharusnya, Ibu tidak perlu repot-repot begini, Kak. Anggita bisa kok mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri," "Ya, kamu
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 31"Kalau kamu mau tetap di sini ya, terserah, Ibu mau ikut sama Anggita!" ucap Ibu tegas.Mbak Gina yang berdiri tepat di hadapanku langsung mendelik tidak percaya mendengar ucapan Ibu barusan. Bukan hanya Mbak Gina yang tidak percaya, aku dan Mas Ilham juga seakan tidak percaya mendengarnya. Aku pikir, Ibu akan marah dan mengomel. "Ibu sangat menyebalkan sekali, mentang-mentang Anggita sudah kaya, Ibu malah berubah haluan dengan memihak kepada Anggita, seharusnya Ibu bilang kepada Anggita supaya membawaku untuk ikut tinggal bersama mereka juga!" gerutu Mbak Gina."Bukan seperti itu, Gina. Ibu baru menyadarinya sekarang, tentang kesalahan Ibu selama ini, Ibu sudah salah membeda-bedakan anak dan menantu, Ibu sadar sekarang, Ibu membutuhkan kalian semua, untuk apa Ibu memikirkan harta dunia, Ibu sudah tua dan membutuhkan anak-anak Ibu di kala sakit seperti ini," ucap Ibu.Apakah Ibu berubah saat Ibu mertuaku pernah menasehatinya waktu itu? Ya,
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 32PoV Author."Arini, apa benar kata Anggita kalau kamu hanya pura-pura mengandung?" tanya Bu Dira pada Arini yang baru datang dari arah dapur dengan sekotak jus buah di tangan kanannya."Iya, dan jangan dibahas lagi, Bu. Itu sudah berlalu dan aku tidak akan melakukan kebohongan itu lagi," sahut Arini, yang langsung duduk di meja makan dan mengambil makanan penutup tanpa memandang ke arah ibunya berbicara."Parah banget kamu! Kemarin kamu ngatain Mbak mandul, ternyata kamu hanya pura-pura hamil, gila kamu Arini!" gerutu Gina, dia mengepalkan tangan karena sangat geram melihat Arini yang sudah berbohong dan menyebutnya mandul."Sudah, aku bilang jangan dibahas lagi! Lagian betul 'kan kalau Mbak itu mandul?" ucap Arini ketus."Enak saja! Mbak itu sudah memakai ini hampir sebelas tahun." Gina menunjuk lengan kirinya yang sudah dipasang implan penunda kehamilan. "Dan tahun ini mau bongkar dan pasang lagi, Mbak mana mau repot punya anak, childfree
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 33PoV Author."Alhamdulillah, untung kamu tidak kenapa-kenapa, Anggita. Kami sangat panik sekaligus takut terjadi apa-apa sama kamu dan calon keponakan kita," ucap Titin. "Iya, Mbak. Padahal, aku sama sekali tidak kerja apa-apa, semuanya dihandle sama Mbak Tuti, entah kenapa pas subuh tiba-tiba perut bagian bawah terasa kram dan sakit," jelas Anggita. Sambil menepuk-nepuk punggung tangan kakak iparnya yang tampak khawatir dengan keadaannya."Jangan-jangan ...," ucapan Titin menggantung sembari menoleh ke arah adiknya, Ilham. Bu Belinda dan Linda juga ikut melihat ke arah Ilham."Kenapa Ibu dan Kakak melihatku seperti itu? Apa yang salah denganku?" tanya Ilham. Sorot matanya terlihat kebingungan melihat Ibu dan kedua kakak perempuannya, yang sedang menatapnya dengan tatapan menyelidik."Ini pasti gara-gara Ilham, dia pasti sering jengukin calon keponakan kita," ucap Linda. Ilham mengernyitkan dahi mendengarnya."Kalau Anggita lagi hamil, jan
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 34PoV Author."Jadi anak kok durhaka banget! Kamu kan tahu, kalau Ibu kamu lagi sakit kakinya, kamu jemput dong ke dalam!" ucap Titin. Yang geram melihat Gina tidak memedulikan keadaan ibunya sendiri."Suka-suka aku lah, kamu jangan ikut campur dan diam!" bentak Gina. Titin memutar bola mata malas mendengarnya, Titin kembali fokus melihat ponsel karena sedang melakukan panggilan video dengan anaknya."Biar saya yang bawa kopernya ke depan." Bu Belinda menawarkan diri untuk membawa koper Bu Dira, dan Bu Dira berjalan pelan menuju pintu utama."Ilham yang sebagai menantu saja tidak pernah membiarkan Bu Dira begitu," bisik Mbak Tuti kepada Pak Udin."Biar saja, jangan ikut campur," sahut Pak Udin, mereka berdua melihat kepergian Bu Dira dari jendela rumah.Setelah Bu Dira pergi dari rumah Ilham, Bu Belinda dan kedua kakak Ilham pergi ke rumah sakit diantar oleh Pak Udin. Tidak sampai dua puluh menit mereka pun sudah sampai di rumah sakit.Bu Bel
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 35Setelah dua bulan aku pulang dari rumah sakit dan dirawat di rumah. Tidak sekali pun Ibu, Kak Arini dan Mbak Gina datang ke rumahku. Pernah sekali Mbak Gina datang sendiri untuk meminta uang sewa rumah, setelah itu, bayangannya tidak lagi kulihat.Mungkin, karena Ibu mertuaku ada di sini, dan membuat mereka sungkan untuk datang. Kedua kakak iparku sudah pulang sehari setelah aku pulang dari rumah sakit."Mas, Ibu kok belum ada datang ke sini ya? Aku khawatir sama Ibu, Mas." ucapku, aku yang selalu dipantau untuk istirahat total di rumah, tidak bisa pergi ke mana pun apa lagi pergi ke rumah sewaan yang Ibu tempati.Suamiku juga sibuk menjaga toko setelah melayaniku. Bukan aku yang minta dilayani bak seorang ratu, dialah yang mau sendiri melayaniku, dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, setelah itu barulah dia pergi ke toko."Sudah coba telpon Mbak Gina dan Kak Arini?" tanya Mas Ilham sambil mendinginkan bubur ayam buatannya menggunaka
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 36"Anggita, ini uang untukmu, rumah itu adalah bagianmu dan ini uangmu." Ibu menyerahkan uang berjumlah seratus juta padaku, rumah itu dibeli Ibu mertua dengan nominal yang sudah disepakati Ibuku."Simpan saja untuk Ibu," kataku, seraya meletakkan kembali uangnya ke tangan Ibu. Ibu menatapku sendu."Apa kamu masih marah pada ibumu ini? Sampai-sampai kamu tidak mau menerima uang ini," ucap Ibu sambil memalingkan wajahnya ke arah jendela kamar yang terbuka. "Atau, uang ini terlalu sedikit dan kamu tidak mau menerimanya," ucap Ibu lagi, yang mulai meracau."Bu, baiklah, ini uangnya Anggita terima, jangan marah atau pun sedih lagi ya? Anggita cuma tidak enak sama Kak Arini, Mbak Gina dan Bang Usman, apa kata mereka kalau Ibu memberikan uang hasil jual rumah pada Anggita? Ini pasti akan membuat mereka membenci Anggita, Bu. Anggita ingin hidup tenang tanpa permusuhan." Aku berkata jujur.Karena aku tahu betul bagaimana sifat saudara-saudaraku. Mere
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGSelamat membaca ya teman-teman semua, 🥰😍BAB 37"Usman, kamu tidak mau cari kerja? Ibu malu kalau kamu ikut tinggal di sini, dan hanya makan minum dan tidur saja, belum lagi rokok dan sebagainya minta sama Ilham." ucap Ibu pada Bang Usman yang berbaring diatas sofa. Aku yang tengah memijit kaki Ibu memandang juga ke arah Bang Usman."Usman sudah mengantar surat lamaran kerja di mana-mana, Bu. Sampai sekarang belum ada satu pun yang menelpon Usman," sahut Bang Usman. Dia duduk sambil menyugar rambutnya yang sudah mulai panjang sebahu. Tidak terurus dan kusam sekali."Minta tolong sama Ilham, biar dia mencarikan pekerjaan untukmu," usul Ibu."Sebelum Ibu meminta, Usman sudah berbicara padanya, masa iya? Usman yang awalnya kerja kantoran disuruh bekerja nyadap karet? Malu lah, Bu." "Kenapa harus malu? Kerjaan itu halal kok," timpalku cepat."Gengsi lah! Kamu tahu apa?" sungut Bang Usman, dia tidak suka mendengar ucapanku barusan."Kebanyakan gengs
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 60"Dek, ini Kak Arini." Mas Ilham menyerahkan ponselnya padaku."Gimana, apa sudah selesai? Kamu baik-baik saja 'kan, Kak? Sekarang ada di mana?" tanyaku yang langsung beruntun, sembari menatap saudaraku di layar ponsel.Akhirnya. Kak Arini menelpon lewat panggilan video. Setelah berjam-jam aku gelisah menunggu kabar. "Jangan cemas, aku sudah punya pengalaman dua kali melahirkan, semuanya baik-baik saja, keponakanmu juga sehat dan gemoy," imbuhnya, dan memperlihatkan bayinya yang tampak tidur di sampingnya. "Kakak lahiran normal di rumah," lanjutnya."Alhamdulillah, Kak. Aku sangat cemas, sampai-sampai tidak bisa makan karena memikirkanmu," kataku jujur. Memang itu adanya."Sekarang kamu makanlah, rasa khawatirmu sangat berlebihan, sana makan." ucapnya memberikan perintah."Besok jadi pulang 'kan?" Terdengar suara Ibu bertanya, lalu kamera ponsel Kak Arini mengarahkan pada Ibu yang duduk di sampingnya."Insyaallah jadi, Bu. Ibu sehat 'kan?"
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 59"Mas, siapa mereka semua?" tanyaku, sembari mengeluarkan putraku dari dalam mobil.Setelah itu, mataku tertuju kepada laki-laki dan dua perempuan yang berjalan semakin mendekat ke arah kami."Itu ayahnya Ilham. Ayah mertuamu." Ibu mertua berkata dengan suara yang sangat pelan."Ilham, apa kabar, Nak?""Alhamdulillah, Ilham baik. Ayah sendiri apa kabarnya?""Ayah baik. Kamu sudah menikah, tapi tidak memberitahu Ayah sama sekali, apa ini anakmu? Apa ini cucu Ayah?" Binar mata dan senyum bahagia terpancar jelas di wajah Ayah mertua. "Iya, ini anakku, cucu Ayah." sahut Mas Ilham, singkat."Ayah," panggilku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Ayah mertua menyambutnya dengan baik, lalu aku beralih menyalami dua perempuan di sampingnya.Mas Ilham pernah bilang, kalau sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Tapi, kenapa saat berhadapan langsung sikap mereka tampak biasa-biasa saja? Maksudku, tidak ada sama sekali adegan peluk-memeluk unt
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 58PoV Ilham."Ilham, kamu sama Malik tunggu di dalam sana saja. Pesan makanan apa saja. Biar Ibu sama Anggita ke sana sebentar, Ibu dan Anggita mau cari sesuatu." Ibu berbicara padaku sambil menunjuk ke arah toko pakaian wanita. Sudah jelas sesuatu yang sangat pribadi yang akan mereka cari."Pergilah, Ilham juga capek dari pagi keliling mal," sahutku sambil membawa langkah masuk ke dalam restoran cepat saji.Aku memesan makanan untuk kami makan siang. Sambil menunggu pesanan datang dan menunggu Ibu dan Anggita kembali. Kusempatkan untuk membawa putraku bermain perosotan yang tersedia di dalam restoran ini."Ilham," panggil seseorang dari belakangku.Aku membalikan badan melihat ke belakang, saat seseorang itu mendekat, aku langsung memberikan jarak. Wanita di depanku ini ingin meraih tanganku, namun kutepis dengan cepat.Ya. Siapa lagi kalau bukan Jasmin. Entah kenapa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku sampai ke sini? Sungguh, tidak tahu ma
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNG BAB 57Author PoV."Kenapa, Ilham? Apa yang membuatmu ingin pulang secepat ini? Bukannya kamu mau satu Minggu di sini?" tanya Bu Belinda dengan menatap Anggita dan Ilham bergantian. Bu Belinda terkejut dan heran, karena mendengar anak bungsunya yang tiba-tiba ingin pulang secepat itu."Mungkin, Ilham tidak suka kalau aku tetap berhubungan baik dengan kalian semua, Bu. Aku tidak ada bermaksud apa-apa, sungguh, aku hanya tidak bisa melupakan kalian semua, karena kita sudah seperti keluarga, kita bersama bertahun-tahun, mulai dari aku dan Ilham sekolah dan sampai saat kami hampir mau menikah, kenapa kamu tidak suka padaku, Ilham? Apa kamu masih sakit hati karena tidak jadi menikah denganku?" imbuh Jasmin dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca. Sekilas dia menatap ke arah Anggita.Jasmin sengaja ingin membuat Anggita cemburu, dia pikir, dengan membuat Anggita mendengar ucapannya mengenai masa lalunya dengan Ilham, akan membuat Anggita marah karena
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 56"Kak, kenapa wanita itu ada di sini?" Kak Irna menoleh ke arahku, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit."Dia memang akrab dengan kedua kakak iparmu itu. Tapi, kamu tenang saja, kata Kak Titin. Jasmin sudah menikah. Dan aman dari plakor. Sudah, kamu jangan mikirin apa-apa ya?" bisik Kak Irna. "Kakak ini, kok bisa tahu sih kalau aku takut suamiku diambil pelakor? Syukur kalau Jasmin sudah menikah, aku pikir bakalan ada drama tentang ... hmm, sudahlah.""Jangan takut, adikku orangnya bisa menjaga mata dan hati. Insyaallah," kata Kak Irna sambil mengusap bahuku."Aamiin. Yang penting Jasmin sudah menikah. Oya, terimakasih atas kado yang Kak Irna beri padaku, aku suka." Aku memeluk Kak Irna sebentar, namun wanita yang kupeluk itu justru membalas memelukku lebih erat dan lama."Alhamdulillah kalau kamu suka. Sekarang, ayo kita ke depan." Kak Irna mengurai pelukan, dan beralih mengambil nampan yang sudah berisi gelas minuman dingin."Lain kali leb
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 55"Bu, besok aku dan Mas Ilham mau ke Bandung, apa Ibu mau ikut?" tanya Anggita pada Bu Dira yang tengah mencuci tangannya di wastafel.Setelah dua bulan akhirnya Anggita dan Ilham memutuskan untuk pergi ke Bandung besok pagi, rencana yang pernah tertunda karena sebuah musibah yang tidak terduga menimpa keluarganya."Kalian saja yang pergi, Ibu di sini saja, nanti minta kakakmu untuk menemani Ibu di sini," jawab Bu Dira sambil duduk di kursi yang ada di pintu dapur, dan melihat Anggita menyendokkan nasi dan lauk ke dalam piring."Baik lah, Bu. Nanti aku akan memberitahu Kak Arini agar datang ke sini, tapi, ibu yakin tidak mau ikut? Sekali-kali keluar rumah gitu," tanya Anggita sekali lagi. Berharap ibunya mau ikut pergi ke rumah Ibu mertuanya."Ibu yakin, Ibu titip salam saja sama Ibu mertuamu, bilang ke Ibu mertuamu. Ibu tidak bisa duduk terlalu lama di dalam mobil, nanti hanya menyusahkan saja kalau Ibu ikut, kamu tidak lama 'kan, di sana?
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 54Author PoV."Baru bangun kamu? Kamu pasti pura-pura pingsan, kan? Supaya digendong sama mantan suamimu itu!" Arini sedikit kaget sekaligus bingung. Sebab, melihat suaminya alih-alih marah tanpa menanyakan keadaannya."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Arini, dengan raut wajah kebingungan yang sangat jelas terlihat. Arini memijit pelipisnya seraya bangkit dari tempat tidur."Kalau mau balikan sama Jaya bilang sama aku. Jangan kayak gini caranya, ini sama saja kamu ingin menjatuhkan harga diriku sebagai seorang suami, aku cemburu saat tahu kamu diangkat oleh Jaya ke dalam kamar." Arini mendongak menatap Angga."Kamu tidak mengerti apa yang aku rasakan, Mas. Kamu tidak mengerti gimana rasanya diabaikan oleh anak-anak, simpan cemburumu itu," lirih Arini sambil bergerak turun dari ranjang. "Aku benar-benar tidak tahu kenapa aku bisa pingsan? Aku memang menyesali semuanya, tapi tidak untuk kembali kepada Mas Jaya, dan bercerai darimu." lanjut Arini."
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 53Ayam sudah selesai dipotong, kami beralih ke penjual ikan. Karena belanjaannya banyak, aku meminta jasa kuli panggul untuk membantu membawakan belanjaan kami."Bang, ikan yang ini lima kilo ya?" pinta Kak Irna dan meminta penjualnya untuk sekalian membersihkan ikan itu.Kak Irna melihatku sejenak, lalu wanita yang mempunyai tahi lalat diatas bibir itu mengukir senyum."Kamu kepikiran tentang nama Jasmin yang disebutkan Una tadi?" tanyanya sambil mengeluarkan uang dari dalam dompetnya, dan menyerahkan kepada abang-abang penjual ikan itu."Memangnya benar ya, Kak? Kalau Mas Ilham pernah hampir menikah?" "Semua orang punya kenangan masa lalu, jadi, jangan pernah mempertanyakan masa lalu mantan suamimu, ya? Sekarang, Ilham sudah menikah denganmu, dan sudah punya buah hati dari cinta kalian berdua. Masa lalu harus dibuang jauh-jauh, agar hidup akan terasa lebih bahagia dan sejahtera. Mengerti?" ucap Kak Irna."Mengerti, Kak." sahutku seraya men
KETIKA IBU MERTUAKU DATANG BERKUNJUNGBAB 52"Siapa dia, Anggita?" tanya Kak Arini yang keluar kamar, dan melihat seorang wanita yang tidak kukenal itu lekat."Aku tidak tahu, Kak. Datang-datang langsung rebahan di sofa," jawabku. "Malahan tanpa mengucapkan salam," lanjutku dan melihat ke arah pintu utama."Anggita.""Alhamdulillah, Ibu. Akhirnya sampai juga, kenapa lama sekali sampainya, Bu?" Kuhampiri Ibu mertua dan langsung memeluknya erat, lalu membalas mencium kedua pipinya dengan sayang, perlakuanku sama seperti yang ibu mertua lakukan kepada menantunya ini setiap kali bertemu."Hujan lebat sekali tadi, jadi kami memilih untuk menepi sampai hujan reda," jelas Ibu mertua. "Di mana ibumu?" tanyanya, dan celingukan mencari keberadaan ibuku."Di kamar, Bu. Masuk aja," jawabku. Ibu mertua meninggalkan kami semua dan masuk ke dalam kamar ibuku."Anggita, Kak Irna turut berduka atas meninggalnya saudaramu, maaf ya? Kami tidak sempat untuk datang tepat waktu, kami sampai setelah-" "Tid