“Baiklah, Pak. Terima kasih. Nantinya kalau ada hal baru yang Anda temukan, tolong segera beri tahu saya. Nomor saya selalu aktif.”Armand mematikan sambungan telepon tersebut, lantas segera beranjak mendekati Sean yang tengah menduduki dirinya di salah satu sofa yang berada di ruang tengah griya tawang. Sementara Bi Nurul berdiri tepat di depannya dengan kepala menunduk karena ketakutan.Jadi setelah William pergi, Sean pun segera menyuruh Bi Nurul masuk untuk menanyai beliau apa yang telah dikatakan kepada William. Lantas kemudian Armand datang bergabung selang beberapa menit saja setelahnya. Sean menyuruh Armand mengambil rekaman dari kamera interkom, lalu dikirimkan pada seorang kenalan yang ahli menelaah bahasa isyarat untuk mengetahui percakapan antara Bi Nurul dan William tadi. Kini mereka menunggu kabar itu.“Menurut ahli tersebut… beliau memang tidak mengatakan apapun yang berhubungan dengan Nona Anggun, Tuan. Bi Nurul menyapanya selayaknya basa-basi sebelumnya. Walaupun….” A
Setelah mereka selesai mengisi perut, mereka sempat berpencar. Sean pamit menuju kamarnya untuk mengecek kerja anak buahnya, sementara Anggun kembali ke ruang tamu untuk kembali melihat buket-buket bunga yang tadi.Hatinya bergetar sebenarnya saat mencium kembali aroma khas yang sudah lama tak dihirupnya ini. Aroma parfum khusus untuk semakin memperkuat aroma bunga-bunganya. Hal yang sama juga terasa saat melihat kembali setiap kuntum demi kuntum yang kini bertebaran itu.Merah, merah muda, merah membara, merah muda hambar.Semua itulah warna yang terlihat di depannya kini. Karena memang merah adalah warna yang paling melambangkan soal perasaan cinta terhadap seseorang. Perasaan yang selama beberapa hari ini secara tiba-tiba sering dibisikkan oleh Sean ke telinganya.‘Aku tak tahu….’Anggun bergumam pelan sambil memegangi dadanya.Sejujurnya aku tak mau mempercayai ucapan Sean tentang perasaannya padaku. Tapi… mengenai perasaanku sendiri aku tak tahu karena aku merasa aneh. Aku merasa
Tentu saja Sean telah memprediksi hal itu akan dikeluarkan oleh Anggun. Dia juga ingin hal tersebut dilakukan untuk menghapus segala kecurigaan tentang adanya penculikan dari hilangnya jejak gadis itu sekarang. Agar dia bisa cuci tangan dari kejahatannya.Namun, dia hanya akan melakukan itu setelah berhasil mencuci otak Anggun. Setelah memastikan perempuan itu tidak akan lepas darinya walaupun tidak lagi dikurung di rumah ini. Sebab hanya dengan begitu kejahatannya akan menjadi sempurna, serta… dia bisa lanjut memanfaatkan Anggun untuk kepentingan lainnya.“Aku tahu.” Ia memasang wajah sedih lagi sambil semakin menggenggam tangan Anggun. “Tapi… sejujurnya aku sangat takut kamu akan meninggalkanku seperti Tiara. Aku takut hidupku akan hampa dan kesepian lagi begitu nanti kamu kulepas. Lalu… apa yang akan terjadi padaku kalau sampai itu terjadi? Aku tak akan bisa melanjutkan hidupku lagi.”Lihatlah itu. Anggun tampak ikut berempati dengan kesedihannya. Karena memang Sean terus menunjukk
William baru saja menyelesaikan sesi konsultasi dengan salah satu pasiennya. Dia bisa rehat sejenak sekitar satu setengah jam untuk makan siang, sebelum nanti harus kembali menyambut dan melayani para pasien yang berdatangan.Saat dia baru melepas jas putihnya, tiba-tiba telepon di atas meja berdering. Sepertinya para suster yang berjaga di ruang resepsionis mempunyai kabar untuknya.“Ya, Sus?” sahutnya tak lama kemudian.‘Halo, Dok. Saya mau mengabarkan kalau barusan saya mendapat telepon dari operator utama yang berada di lantai dasar. Katanya saat ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda, Dok. Beliau ada di bawah untuk menunggu konfirmaasi dari Anda.’“Kunjungan? Kunjungan dari siapa?”‘Menurut informasi yang saya dapatkan seseorang bernama Sean Agraawarsenalah yang ingin mengunjungi Anda, Dok. Beliau bersedia menunggu di bawah untuk dapat bertemu dengan Anda setidaknya dalam beberapa menit.’William sempat terdiam. Ini pasti tentang kejadian kemarin. Walau ada di dalam dir
‘Apa maksud bajingan itu? Apa maksudnya kalau Tiaralah yang menunjukkan keberadaan Anggun di rumahku? Apa itu hanya omong kosong?’Sebenarnya pertanyaan itu terlintas di benak Sean setelah mendengar William mengatakan hal itu. Namun, tentu saja ia tak bisa dengan gamblang menanyainya karena hal itu hanya akan membuatnya semakin terlihat bodoh di depan sang dokter. Apalagi dengan senyuman tipis menatang di wajah William.Itu sebabnya kini itu hanya menjadi tanda tanya besar di otaknya. Ia benar-benar penasaran akan maksud tersebut.Namun, selain itu sebenarnya ada hal lain yang mengusiknya akibat perbincangan dengan dokter muda itu. Yaitu, soal ejekan William yang tak pernah tahu menahu soal penyakit mendiang istrinya walaupun mereka tumbuh bersama. Hal yang sebenarnya juga masih menjadi penyesalan tersendiri di hidupnya sampai hari ini, namun tentu saja menjadi sebuah penghinaan saat orang lain – terutama orang seperti Williamlah – yang mengejeknya soal itu.Hal itulah yang terus berm
Keadaan masih cukup mengejutkan bagi Anggun. Bahkan setelah sosok Sean yang datang dalam keadaan cedera itu menempati salah satu sofa di ruang tamu. Di mana Armand masih dengan setia mendampinginya sejak tadi.‘Jadi begitulah, Bi. Untuk sementara Tuan Sean akan kesulitan untuk beraktifitas, sehingga saya minta Bi Nurul untuk menetap dulu di sini dalam beberapa hari. Tentu saja untuk saat ini Bi Nurul bisa pulang dulu untuk menyiapkan segala keperluan Bibi. Nanti silakan datang lagi saat menyiapkan makan malam.’Armand tak menjelaskan hal itu sendiri. Melainkan menggunakan bantuan dari penerjemah bahasa isyarat yang disambungkan melalui panggilan video. Sehingga akan lebih mudah untuk dimengerti oleh kedua belah pihak mengingat ini adalah pesan yang panjang dan pelik.“Awu….” Bi Nurul menjawab dengan bersemangat sambil menggerakkan tangannya.‘Beliau bilang menyanggupinya, Tuan. Beliau akan pulang dulu untuk menyiapkan segala keperluan dan kembali lagi nanti,’ kata sang penerjemah tak
Anggun terbangun dari tidurnya sekitar tiga jam kemudian. Menemukan dirinya masih terbaring di samping Sean, di mana salah satu tangan mereka saling bertautan dengan erat.Anggun jadi ingat lagi dengan yang tadi terjadi. Saat di mana Sean memintanya untuk tinggal bersamanya di kamar ini, saat pria itu kembali melepas kerinduan pada mendiang istrinya melalui penerima donor mata ini. Sean sejak tadi berbicara padanya seperti Tiara masih hidup dengan memeluk erat Anggun dan bahkan sesekali menciumi kelopak matanya.Entahlah.Kalau ditanya pada Anggun, sulit dijabarkan bagaimana perasaannya harus selalu terjebak dalam hal ini. Lagipula dari awal pendapatnya tidak pernah penting karena dia hanya bisa menurut akan semua perintah dari pria yang telah selama dua bulan mengontol hidupnya ini.Namun, sejujurnya ada sedikit perubahan di dalam hatinya baru-baru ini. Baik itu saat Sean jatuh sakit di Bali hingga saat ini, ia tak bisa menahan rasa ibanya terhadap pria itu. Baginya pria itu telah me
‘Lihat. Dia memang telah masuk ke dalam perangkapku.’Walaupun ekspresi wajah Sean masih saja datar tanpa mengeluarkan ekspresi apapun, namun tentu saja tak sama dengan hatinya. Pria itu kini kembali menyeringai. Dia merayakan kelicikannya yang terus berhasil semakin mengantarkannya menuju rencana jahatnya.Ya, tentu saja pria itu tak akan mudah kapok atau sadar. Bahkan walau kemarin musibah menimpanya hingga ia celaka begini, otaknya masih saja sibuk memikirkan muslihat untuk menyelesaikan masalah di hidupnya. Demi meloloskan diri dari hukuman atas perbuatan yang ia lakukan.Dan, tentu saja ia sukses.Perkiraannya dari awal tak pernah main-main. Ia telah merencanakan untuk membuat gadis ini mengikuti rencananya seraya terus mencuci otaknya. Lalu kecelakaan yang terjadi kemarin sepertinya menjadi senjata pamungkas tak terduga. Karena lihatlah bagaimana Anggun menjadi lebih iba kepada dirinya daripada sebelumnya. Tanpa sadar gadis itu terus terjerat dalam perangkapnya.“Benaarkah kamu