Tentu saja Sean telah memprediksi hal itu akan dikeluarkan oleh Anggun. Dia juga ingin hal tersebut dilakukan untuk menghapus segala kecurigaan tentang adanya penculikan dari hilangnya jejak gadis itu sekarang. Agar dia bisa cuci tangan dari kejahatannya.Namun, dia hanya akan melakukan itu setelah berhasil mencuci otak Anggun. Setelah memastikan perempuan itu tidak akan lepas darinya walaupun tidak lagi dikurung di rumah ini. Sebab hanya dengan begitu kejahatannya akan menjadi sempurna, serta… dia bisa lanjut memanfaatkan Anggun untuk kepentingan lainnya.“Aku tahu.” Ia memasang wajah sedih lagi sambil semakin menggenggam tangan Anggun. “Tapi… sejujurnya aku sangat takut kamu akan meninggalkanku seperti Tiara. Aku takut hidupku akan hampa dan kesepian lagi begitu nanti kamu kulepas. Lalu… apa yang akan terjadi padaku kalau sampai itu terjadi? Aku tak akan bisa melanjutkan hidupku lagi.”Lihatlah itu. Anggun tampak ikut berempati dengan kesedihannya. Karena memang Sean terus menunjukk
William baru saja menyelesaikan sesi konsultasi dengan salah satu pasiennya. Dia bisa rehat sejenak sekitar satu setengah jam untuk makan siang, sebelum nanti harus kembali menyambut dan melayani para pasien yang berdatangan.Saat dia baru melepas jas putihnya, tiba-tiba telepon di atas meja berdering. Sepertinya para suster yang berjaga di ruang resepsionis mempunyai kabar untuknya.“Ya, Sus?” sahutnya tak lama kemudian.‘Halo, Dok. Saya mau mengabarkan kalau barusan saya mendapat telepon dari operator utama yang berada di lantai dasar. Katanya saat ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda, Dok. Beliau ada di bawah untuk menunggu konfirmaasi dari Anda.’“Kunjungan? Kunjungan dari siapa?”‘Menurut informasi yang saya dapatkan seseorang bernama Sean Agraawarsenalah yang ingin mengunjungi Anda, Dok. Beliau bersedia menunggu di bawah untuk dapat bertemu dengan Anda setidaknya dalam beberapa menit.’William sempat terdiam. Ini pasti tentang kejadian kemarin. Walau ada di dalam dir
‘Apa maksud bajingan itu? Apa maksudnya kalau Tiaralah yang menunjukkan keberadaan Anggun di rumahku? Apa itu hanya omong kosong?’Sebenarnya pertanyaan itu terlintas di benak Sean setelah mendengar William mengatakan hal itu. Namun, tentu saja ia tak bisa dengan gamblang menanyainya karena hal itu hanya akan membuatnya semakin terlihat bodoh di depan sang dokter. Apalagi dengan senyuman tipis menatang di wajah William.Itu sebabnya kini itu hanya menjadi tanda tanya besar di otaknya. Ia benar-benar penasaran akan maksud tersebut.Namun, selain itu sebenarnya ada hal lain yang mengusiknya akibat perbincangan dengan dokter muda itu. Yaitu, soal ejekan William yang tak pernah tahu menahu soal penyakit mendiang istrinya walaupun mereka tumbuh bersama. Hal yang sebenarnya juga masih menjadi penyesalan tersendiri di hidupnya sampai hari ini, namun tentu saja menjadi sebuah penghinaan saat orang lain – terutama orang seperti Williamlah – yang mengejeknya soal itu.Hal itulah yang terus berm
Keadaan masih cukup mengejutkan bagi Anggun. Bahkan setelah sosok Sean yang datang dalam keadaan cedera itu menempati salah satu sofa di ruang tamu. Di mana Armand masih dengan setia mendampinginya sejak tadi.‘Jadi begitulah, Bi. Untuk sementara Tuan Sean akan kesulitan untuk beraktifitas, sehingga saya minta Bi Nurul untuk menetap dulu di sini dalam beberapa hari. Tentu saja untuk saat ini Bi Nurul bisa pulang dulu untuk menyiapkan segala keperluan Bibi. Nanti silakan datang lagi saat menyiapkan makan malam.’Armand tak menjelaskan hal itu sendiri. Melainkan menggunakan bantuan dari penerjemah bahasa isyarat yang disambungkan melalui panggilan video. Sehingga akan lebih mudah untuk dimengerti oleh kedua belah pihak mengingat ini adalah pesan yang panjang dan pelik.“Awu….” Bi Nurul menjawab dengan bersemangat sambil menggerakkan tangannya.‘Beliau bilang menyanggupinya, Tuan. Beliau akan pulang dulu untuk menyiapkan segala keperluan dan kembali lagi nanti,’ kata sang penerjemah tak
Anggun terbangun dari tidurnya sekitar tiga jam kemudian. Menemukan dirinya masih terbaring di samping Sean, di mana salah satu tangan mereka saling bertautan dengan erat.Anggun jadi ingat lagi dengan yang tadi terjadi. Saat di mana Sean memintanya untuk tinggal bersamanya di kamar ini, saat pria itu kembali melepas kerinduan pada mendiang istrinya melalui penerima donor mata ini. Sean sejak tadi berbicara padanya seperti Tiara masih hidup dengan memeluk erat Anggun dan bahkan sesekali menciumi kelopak matanya.Entahlah.Kalau ditanya pada Anggun, sulit dijabarkan bagaimana perasaannya harus selalu terjebak dalam hal ini. Lagipula dari awal pendapatnya tidak pernah penting karena dia hanya bisa menurut akan semua perintah dari pria yang telah selama dua bulan mengontol hidupnya ini.Namun, sejujurnya ada sedikit perubahan di dalam hatinya baru-baru ini. Baik itu saat Sean jatuh sakit di Bali hingga saat ini, ia tak bisa menahan rasa ibanya terhadap pria itu. Baginya pria itu telah me
‘Lihat. Dia memang telah masuk ke dalam perangkapku.’Walaupun ekspresi wajah Sean masih saja datar tanpa mengeluarkan ekspresi apapun, namun tentu saja tak sama dengan hatinya. Pria itu kini kembali menyeringai. Dia merayakan kelicikannya yang terus berhasil semakin mengantarkannya menuju rencana jahatnya.Ya, tentu saja pria itu tak akan mudah kapok atau sadar. Bahkan walau kemarin musibah menimpanya hingga ia celaka begini, otaknya masih saja sibuk memikirkan muslihat untuk menyelesaikan masalah di hidupnya. Demi meloloskan diri dari hukuman atas perbuatan yang ia lakukan.Dan, tentu saja ia sukses.Perkiraannya dari awal tak pernah main-main. Ia telah merencanakan untuk membuat gadis ini mengikuti rencananya seraya terus mencuci otaknya. Lalu kecelakaan yang terjadi kemarin sepertinya menjadi senjata pamungkas tak terduga. Karena lihatlah bagaimana Anggun menjadi lebih iba kepada dirinya daripada sebelumnya. Tanpa sadar gadis itu terus terjerat dalam perangkapnya.“Benaarkah kamu
Melalui layar tablet pc miliknya, Sean kembali memantau Anggun dengan diam-diam. Di mana gadis itu kini tampak sibuk mengobrol di telepon untuk mengabari kerabatnya. Dengan sangat ceria dan antusias bahkan sesekali sempat ingin menitikkan air mata.Lagi-lagi sesuai dengan keinginannya.Mempertaruhkan beberapa keraguan yang cukup riskan untuk hidupnya, Sean tadi memutuskan untuk mengembalikan ponsel gadis itu setelah ia tahan selama dua bulan lamanya. Tentu saja itu bukan rencana yang dibuat dengan semberono di pihaknya. Ini sudah dia perhitungkan dari awal, bersama dengan taktik kotornya terhadap perempuan itu.‘Ya. Aku baik-baik saja. Seperti yang kubilang… aku hanya ingin menenangkan diriku saja setelah semua masalah hingga duka yang kuhadapi. Maaf ya tak bilang-bilang pada kalian. Aku tak bermaksud membuat kalian cemas, hanya saja… aku ingin mandiri untuk pertama kalinya.’ Terdengar lagi suara Anggun yang berceloteh saat menghubungi kenalannya. ‘Hm… ya, memang dengan seorang pemuda
Beberapa hari kemudian.Anggun memandang gugup sebuah rumah mewah dengan cat abu-abu di depannya. Dilayangkannya pandangan ke sekitar di mana terlihat sebuah taman yang indah untuk semakin menyempurnakan tampilan dari tempat itu. Menjadikannya menjadi lebih megah.“Kamu siap?”Anggun sedikit kaget saat Sean menghampirinya. Pria itu kini sudah lebih baik daripada sebelumnya, walaupun jalannya tampak masih cukup pincang. Namun, yang jelas kini pria itu berkata padanya kalau ia sudah baik-baik saja.Ini di mana?Tentu saja sebelumnya Anggun sudah bertanya pada Sean mengenai syarat terakhir pria itu sebelum membebaskannya. Sean bilang kalau ia ingin agar Anggun menemui keluarga besarnya, terutama kakeknya untuk berpura-pura menjadi kekasihnya. Hal yang tentu saja membuat gadis itu kaget ketika pertama kali mendengarnya.Namun kemudian, Sean menjelaskan duduk persoalannya. Sean bilang kalau kakeknya tengah sakit-sakitan, di mana beliau terus mendesak Sean untuk membawakan calon istri padan