***“Max... “ gumam Anastasia.Maximilian menatap Anastasia dengan intens, matanya memancarkan kerinduan yang selama ini ia pendam. Tanpa berkata apa-apa, ia mendekat, dan sebelum Anastasia sempat bereaksi, bibir Maximilian sudah menyentuh bibirnya. Ciuman itu lembut, perlahan, namun sarat dengan perasaan yang mendalam. Anastasia terkejut sejenak, namun kemudian tubuhnya rileks, membiarkan dirinya tenggelam dalam ciuman itu. Kedua tubuh mereka seakan melebur dalam kehangatan dan rasa rindu yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Ciuman itu berhenti perlahan, tapi bibir Maximilian masih sangat dekat dengan bibir Anastasia. Wanita itu masih memejamkan matanya, mencoba merasakan setiap detik yang baru saja berlalu. Jantungnya berdegup kencang, seakan ingin keluar dari dadanya. Ada perasaan asing yang menjalar di tubuhnya, rasa yang sulit ia definisikan, namun begitu kuat. Ia tidak ingin membuka matanya, tidak ingin kenyataan ini berakhir begitu cepat.Maximilian, yang masih menatap w
***“Max!!” Selene memanggil dengan nada heran, tatapannya penuh kebingungan.Maximilian baru saja keluar dari venue fan meet Anastasia ketika ia tiba-tiba mendengar suara yang sangat dikenalnya.Maximilian langsung terkejut. Ia menoleh dan melihat ibunya, Selene, berdiri tak jauh darinya dengan raut wajah penuh tanya. Ia tidak menyangka akan bertemu dengan ibunya di sini, di acara yang sangat jauh dari dunia Selene yang selalu elegan dan berkelas.“Mama? Kenapa Mama ada di sini?” tanya Maximilian, mencoba menutupi keterkejutannya. Ia membuka masker dan kacamata hitamnya.Selene mengernyitkan keningnya, menatap putranya dengan pandangan yang sama terkejutnya. “Justru Mama yang heran kenapa kamu ada di sini? Kamu datang ke fan meet Anastasia? Sejak kapan kamu menyukai dunia ini, Max?” tanyanya dengan nada penuh rasa ingin tahu.Maximilian tertegun sejenak. Ia tidak menyangka ibunya bisa mengenalinya meskipun ia berusaha menyamarkan dirinya dengan topi, kacamata hitam, dan masker. Sambi
***“Siapa, Ma? Apakah orang itu yang membantu Mama di masa lalu?” tanya Elora.Aria tersenyum penuh kemenangan. “Ya, dan itu berhasil! Dia bisa menyingkirkan wanita itu dan keluarga besar Noire bisa menerima Mama meski membawamu yang bukan putri kandung dari Rhett. Jadi, Mama akan meminta bantuannya agar gadis sialan itu bisa menyusul ibunya ke neraka!”Elora tersenyum bahagia. “Jangan ditunda, Ma! Aku ingin melihat Anastasia hancur dan aku tidak ingin Leon kembali lagi pada Anastasia.”“Tenang, sayang. Mama pastikan kesenangan gadis sialan itu hanya sesaat dan kamulah pemenangnya!”***Malam itu, suasana di kediaman utama keluarga Kingsley begitu tenang. Maximilian sedang duduk bersama kedua orang tuanya, menikmati makan malam yang hangat dan penuh kehangatan. Namun, suasana damai itu tiba-tiba terusik ketika teleponnya berdering. Nama Anastasia muncul di layar, membuat Maximilian tersenyum kecil."Sebentar, aku angkat telepon," ucap Maximilian pada orang tuanya, lalu menjawab pang
***Pagi itu, sinar matahari yang hangat memasuki celah-celah jendela apartemen Anastasia, menerangi ruangan yang terasa lebih tenang setelah malam yang penuh ketegangan. Maximilian, yang telah menemaninya sepanjang malam, berdiri di dekat pintu, menunggu seseorang.Tak lama, terdengar ketukan lembut di pintu. Maximilian bergegas membukanya. Di balik pintu, berdiri Steven, dokter pribadi yang telah ia hubungi untuk memeriksa Anastasia."Terima kasih sudah datang, Steven," kata Maximilian sambil memberi ruang untuk Steven masuk."Tak masalah, Max. Kamu jarang sekali meminta bantuanku dan kedua kalinya kamu memintaku datang karena alasan yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi?" Steven bertanya sambil melangkah ke dalam apartemen yang sederhana itu.Maximilian tidak banyak bicara. Dia hanya memberi isyarat ke arah Anastasia yang duduk di sofa dengan kakinya terbalut perban tipis. Wajahnya masih tampak lelah, tapi dia tersenyum kecil menyambut kehadiran Steven."Selamat pagi, Dokter Stev
***“Benarkah? Aku juga diundang di pergelaran Paris Fashion Week?” tanya Elora dengan mata yang berbinar-binar.Rafael mengangguk. “Benar, Elora. Nanti kamu akan menjadi bagian dari brand ternama dan kamu kemungkinan akan ditawarkan jadi brand ambassador-nya.”Elora tersenyum bangga, ia langsung menatap dirinya di depan cermin, mematut-matut diri dengan gaun desainer yang ia kenakan. “Paris Fashion Week, Rafael. Ini kesempatan besarku. Semua orang akan melihat betapa bersinarnya aku.”“Jangan terlalu percaya diri dulu, Elora. Ada hal yang lebih penting yang harus kau fokuskan.”Elora mengerutkan kening, berbalik menghadapi pria itu. “Apa maksudmu? Bukankah aku sudah mempersiapkan segalanya?”Rafael menghela napas panjang, menaruh ponselnya di meja dan bersandar. “Ya, kau memang mempersiapkan diri dengan baik. Tapi, kau harus ingat satu hal—Anastasia juga akan berada di sana. Aku tidak mau Paris Fashion Week berubah menjadi panggungnya, Elora. Kau harus memastikan dia tidak mencuri pe
***“Siapa yang sedang kamu rindukan?”Tiba-tiba, suara langkah yang mendekat membuyarkan lamunannya. Ia menoleh, matanya berbinar ketika melihat Maximilian berdiri di ambang pintu."Kau sudah pulang!" seru Anastasia dengan senyum yang mengembang di wajahnya. "Aku menunggumu dari tadi."Maximilian berdiri mematung beberapa detik, hatinya sejenak terenyuh melihat senyum polos yang dilontarkan Anastasia. Namun, seiring dengan itu, rasa cemburu tiba-tiba muncul ketika ia teringat apa yang ia dengar sebelumnya. Ada sesuatu yang ia tangkap saat baru saja memasuki apartemen—Anastasia mengatakan bahwa ia merindukan seseorang. Siapa yang dirindukan Anastasia? Itu yang terus mengganggu pikirannya.Maximilian berjalan perlahan mendekati Anastasia yang duduk di depan piano, matanya menyipit penuh selidik. "Apakah kamu merindukan pria itu?"Anastasia mengernyitkan keningnya, bingung dengan nada curiga yang keluar dari mulut Maximilian. "Kenapa kamu mengatakan aku merindukan seseorang?""Tadi aku
***“Mama, mau ke Paris?” tanya MaximilianSelene mengangguk. “Mama merindukan bibimu. Celine belum sempat pulang ke New York. Pamanmu pun mau ke sana sekalian menemani Anastasia.”“Bagaimana kalau aku mengantar Mama ke sana?” tawar Maximilan.Selene menatap Maximilian dengan mata terbelalak. Ia benar-benar tak menyangka ketika Maximilian tiba-tiba menawarkan diri untuk mengantarkannya ke Paris. Sesaat, dia pikir itu hanya gurauan, tetapi nada serius dalam suara Maximilian membuatnya terdiam.“Kamu serius ingin mengantar Mama ke Paris?” tanya Selene sambil mengerutkan kening, merasa sedikit bingung dengan tawaran itu.Maximilian mengangguk sambil meneguk kopinya. "Ya, aku sedang survei untuk proyek baru di sana. Selain itu, aku juga mendapat undangan dari Paman Christian."Selene semakin bingung. Dia tahu bahwa Maximilian selalu sibuk dengan urusan bisnisnya, tetapi apa yang membuatnya tertarik dengan Paris kali ini? Apalagi anaknya itu benci dengan hiruk pikuk dunia ramai.“Kamu mau
***Maximilian membuka pintu apartemennya perlahan. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Udara dingin malam itu terasa menusuk kulitnya, namun pikirannya hanya tertuju pada satu hal—Anastasia. Ia seharusnya masih berada di kantor, menyelesaikan beberapa laporan yang tertunda, tapi dorongan untuk melihat wajah Anastasia begitu kuat. Ia membutuhkan energi itu, sesuatu yang hanya bisa ia dapatkan dari senyumannya, bahkan meski hanya sejenak.Setelah menutup pintu, langkahnya terhenti ketika melihat lampu ruang tamu masih menyala. "Ana?" panggilnya lirih, berharap Anastasia sudah tertidur. Namun betapa terkejutnya dia ketika mendapati Anastasia duduk di sofa, masih terjaga."Max," Anastasia menoleh dengan lembut. Senyumnya mengembang meski terlihat ada sedikit kelelahan di wajahnya. "Kamu pulang."Maximilian menatap Anastasia penuh tanya. "Ana, kenapa kamu belum tidur? Apakah kamu bermimpi buruk lagi?" tanyanya, nada suaranya penuh kekhawatiran.Anastasia menggelengkan ke
***Langit cerah menaungi villa pribadi keluarga Kingsley, dihiasi dengan alunan lembut musik klasik yang mengiringi para tamu undangan menuju taman yang telah disulap menjadi tempat upacara pernikahan megah. Anastasia berdiri di balik tirai putih, mengenakan gaun pernikahan yang memukau. Gaun itu dirancang khusus oleh Celine Idzes, penuh detail renda yang elegan, dengan ekor panjang yang membuatnya tampak seperti seorang ratu.Rhett berdiri di sampingnya, mengenakan setelan jas hitam yang rapi. Tangannya menggenggam lengan Anastasia dengan lembut, matanya berkaca-kaca."Papa tidak pernah menyangka akan memiliki kesempatan ini," ucap Rhett pelan, suaranya bergetar.Anastasia menatap ayahnya dengan senyuman hangat. "Aku bahagia Papa di sini. Aku tidak bisa membayangkan orang lain yang mendampingiku selain Papa."Rhett mengangguk, menahan air mata yang hampir jatuh. Ia menatap Anastasia dengan bangga. "Kamu sangat cantik hari ini, Nak. Maximilian adalah pria paling beruntung di dunia."
***Di ruang rapat eksekutif Kingsley Group, suasana mencekam. Robert Brown, pria paruh baya dengan jasnya yang kini tampak kusut, berlutut di lantai marmer hitam yang dingin. Wajahnya penuh dengan keringat dingin, sementara tangannya gemetar menahan rasa takut."Maximilian... Aku memohon padamu," ucap Robert, suaranya bergetar. "Lepaskan kami. Aku berjanji tidak akan mengusik keluarga Kingsley lagi. Aku... Aku bersumpah."Di kursi utama, Maximilian duduk dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan aura dinginnya membuat semua yang berada di ruangan itu enggan bernapas terlalu keras. Ia menyandarkan tubuhnya ke kursi kulit hitam, kedua tangan saling bertaut di depan dada. Senyum kecil muncul di bibirnya, senyum yang penuh arti dan tak memberi celah untuk harapan."Berjanji, ya?" Maximilian akhirnya berbicara, suaranya rendah namun tajam. "Paman akan bersembunyi ke luar negeri, kan? Dan itu di Sydney. Apa aku salah menebak?"Mata Robert membelalak, bibirnya terbuka tanpa suara. Tubuhnya ter
***Di kamar utama kediaman keluarga Kingsley, suasana yang awalnya tenang berubah menjadi percakapan hangat. Anastasia duduk di atas ranjang dengan wajah sedikit pucat, namun senyumnya tetap menghiasi wajahnya. Di sisinya, Maximilian terus memegang tangannya, memberikan kehangatan dan perhatian penuh.Steven sedang memeriksa kondisi Anastasia dengan stetoskop di tangannya. Wajahnya serius, namun ada senyum kecil yang tersembunyi di sana. Setelah selesai, dia berdiri dan melipat tangannya di dada sambil menatap Selene dan Shayne, kedua orang tua Maximilian."Paman, Bibi..." Steven memulai, senyumnya semakin lebar. "Sebentar lagi kalian akan menjadi grandma dan grandpa. Kediaman ini pasti akan jauh lebih ramai."Kalimat itu langsung membuat ruangan menjadi hening. Selene membuka mulutnya, nyaris tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Shayne, yang tadinya hanya duduk diam, langsung menegakkan tubuhnya. Namun, reaksi yang paling mencolok datang dari Maximilian."Apa yang kau
***Malam itu, berita tentang Anastasia yang secara resmi diakui sebagai menantu keluarga Kingsley mengguncang dunia. Para undangan di acara resmi keluarga Kingsley tercengang. Kilatan kamera memenuhi ruangan saat Maximilian dengan tenang berdiri di samping Anastasia, memperkenalkannya sebagai istri dan menantu keluarga Kingsley.Di berbagai media sosial, foto-foto mesra keduanya mulai beredar luas. Foto-foto itu menangkap momen romantis Maximilian dan Anastasia, memperlihatkan bagaimana pria itu menggenggam erat tangan istrinya, seolah tak ingin ada yang mengganggunya. Ada foto ketika Maximilian menatap Anastasia penuh kelembutan, sebuah pemandangan yang membuat publik terkagum-kagum.Di sebuah akun penggemar, seorang netizen menulis, “Siapa yang sangka Anastasia menikah dengan Maximilian Kingsley? Mereka terlihat sempurna bersama!”Komentar-komentar positif membanjiri setiap unggahan tentang mereka, memuji betapa serasi pasangan ini. Netizen tak henti-hentinya membicarakan betapa be
***Wajah Renata terlihat pucat dengan air mata yang mengalir di pipinya. Di tengah pesta ulang tahun Kingsley Group yang mewah, kegaduhan ini menarik perhatian para tamu. Robert, ayahnya, menghampiri Renata dengan wajah penuh kekhawatiran. Dia menunduk, membangunkan putrinya dengan lembut."Sayang, apa kamu baik-baik saja?" tanya Robert dengan suara cemas.Renata mengangguk lemah, terisak dengan air mata yang mengalir semakin deras. Pemandangan putrinya yang terlihat tersakiti itu membuat Robert memalingkan tatapan marah ke arah Anastasia, yang berdiri tidak jauh dari mereka. Semua tamu mulai berbisik-bisik, seolah mereka setuju dengan kebencian yang tampak di mata Robert.Dengan nada dingin dan tajam, Robert menatap Anastasia penuh hinaan. "Kenapa ada wanita rendahan sepertimu di sini?" katanya, suaranya dipenuhi kemarahan yang tak tersembunyi. "Bagaimana kau bisa datang ke pesta ini? Apa kau merayu seseorang dengan tubuhmu agar bisa datang ke acara sebesar ini?"Tawa merendahkan lan
***Lampu-lampu kristal di ballroom megah Kingsley Tower berpendar, menciptakan kilauan indah di setiap sudut ruangan. Para tamu undangan yang mengenakan busana glamor berkumpul, menikmati pesta ulang tahun perusahaan Kingsley Group yang ke-75. Namun, malam ini, bukan hanya perayaan yang menjadi pusat perhatian—rumor tentang penerus Kingsley Group yang akan diumumkan secara resmi malam ini telah menjadi buah bibir semua orang. Apalagi sang penerus itu selalu menjadi rahasia karena keberadaannya sangat misterius, bahkan tidak ada media satupun yang mengetahui dimana keberadaan sang pewaris ituDi tengah dentingan gelas-gelas wine dan alunan musik jazz, suara pembawa acara menggema, memecah keheningan ballroom."Ladies and gentlemen, mari kita sambut penerus Kingsley Group, Maximilian Kingsley!"Begitu nama itu disebutkan, sorak-sorai kecil terdengar dari para tamu, dan kamera-kamera media langsung diarahkan ke panggung. Seorang pria berpostur tinggi, berbalut setelan jas hitam sempurna
***Suara benda-benda pecah bergema di dalam kamar Renata. Vas, cermin kecil, bahkan bingkai foto dilempar begitu saja hingga hancur berserakan di lantai. Wajah Renata memerah penuh amarah, napasnya memburu, dan matanya penuh kebencian. Kegagalan rencananya untuk menculik Anastasia benar-benar membuatnya berang."Mereka tak becus!" teriak Renata sambil menendang sisa-sisa kaca di lantai. "Sialan! Orang rendah macam itu berani menolak uangku?" Suaranya menggema dengan kemarahan yang seolah tak kunjung reda.Di tengah-tengah kekesalannya, ia meraih laci meja riasnya dengan kasar, membuka sebuah kotak kecil dan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi pil berwarna putih. Renata menatap obat itu dengan tatapan yang penuh tekad."Kalau aku tidak bisa menculiknya, maka aku akan melakukan cara lain," gumamnya sambil menyeringai tipis. "Aku akan tidur dengan Max... dan dengan ini," ia mengangkat pil itu, "aku akan menjadi istrinya."Namun, sebelum Renata bisa melanjutkan monolognya, pintu kamar
***Rhett duduk di sebuah kafe mewah di sudut kota, menatap kosong ke arah cangkir kopi yang ada di depannya. Hatinya bergejolak, tak tenang, seakan ada beban yang tak bisa ia lepaskan dari pundaknya. Hari ini, ia akan bertemu dengan pria yang berhasil merebut hati putrinya—Maximilian Kingsley, seorang pria yang terkenal dingin namun disegani banyak orang.Suara langkah tegas terdengar mendekat, dan Rhett mendongak. Di depannya berdiri seorang pria tinggi dengan tatapan tenang namun tajam. Itu Maximilian, pria yang telah menjadi suami Anastasia. Rhett berdiri, menyambut Maximilian dengan anggukan kepala yang sopan.“Tuan Rhett,” Maximilian memulai, suaranya rendah namun penuh wibawa. Ia mengulurkan tangan. “Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda.”Rhett menyambut uluran tangan itu. “Begitu juga dengan saya, Tuan muda Kingsley.” Ia mencoba tersenyum, walau hatinya diliputi perasaan campur aduk.Maximilian duduk di hadapannya, matanya lurus menatap Rhett. Meskipun banyak yang mengenal
***Anastasia menggenggam dokumen yang diberikan Maximilian dengan tangan gemetar. Hatinya terasa berat, bercampur amarah dan rasa sakit. Mata Anastasia memburam, air mata perlahan mengalir tanpa bisa ia bendung lagi."Kakek dan nenekku sendiri… Mereka yang menyebabkan kecelakaan itu? Kenapa… kenapa mereka tega?" ucapnya terisak, suaranya pecah di tengah kalimat. "Pantas saja… Saat aku datang ke keluarga Noire, mereka semua membenciku. Apalagi Kakek dan Nenek… Sejak awal, keadaanku dianggap tak terlihat. Bahkan aku selalu dikucilkan.”Maximilian hanya bisa menghela napas panjang, tatapannya penuh keprihatinan. "Ana… Semua ini karena ayahmu. Ayahmu memutuskan menikah dengan Aria dengan syarat bahwa kamu bisa diterima dalam keluarga Noire," jawabnya pelan.Anastasia mengernyitkan kening, seolah tak percaya pada apa yang ia dengar. "Papa? Tapi kenapa Papa begitu ingin aku masuk ke dalam keluarga Noire? Bukankah dia selalu menunjukkan kalau dia membenciku? Selalu dingin dan acuh bahkan di