Sekitar pukul 09.00 WIB, barulah Tasya bangun dari tidurnya.Saat membuka matanya, nampak Varo yang masih terlelap. Ia masih bersyukur, karena wajah Varo lah yang masih ia lihat untuk pertama kalinya saat ini. Tasya pun tersenyum lalu segera mengecup pelan bibir sang suami.Namun, sayangnya tak ada pergerakan apapun dari Varo yang berarti ia masih tertidur pulas.Perlahan, Tasya pun memilih bangkit dari tidurnya dan mulai merasakan sedikit nyeri di bagian perutnya. Dan saat menyingkap selimutnya, Tasya pun sangat terkejut karena ada noda darah di atas sprei itu."Astagfirullah, darah," ucap Tasya sedikit khawatir.Dengan perasaan yang tak tentu, antara takut dan juga khawatir, Ia pun segera bangun dan memilih untuk pergi ke kamar mandi.Dengan sedikit cemas, ia pun membersihkan dirinya, berharap darahnya tak akan keluar lagi.'Ya Allah, Nak, pasti karena semalem Mamah sama Papa mainnya terlalu lama. Maafin Mamah yang semalem los control ya, Nak. Semoga kamu baik-baik aja, Sayang. Nant
"Mas!" jerit Tasya histeris."Apa? Bukannya itu mau kamu, hah?!" sentak Varo kesal.Tasya menggeleng pelan lalu segera memeluk tubuh suaminya. Ia yang kesal pun langsung memukul dada Varo beberapa kali."Aku gak mau, Mas, aku gak mau," rengek Tasya di pelukan Varo.Namun, bukannya membalas pelukan Tasya dan menenangkannya, Varo malah mendorong tubuh Tasya sedikit menjauh."Maaf, Dek, aku cuma lakuin sesuai permintaan kamu aja. Maaf kalau mungkin aku terdengar nyakitin kamu," lirih Varo sendu.Ada setitik air mata di pupil Varo yang sudah siap untuk jatuh ke pipinya namun masih bisa ia tahan.Varo pun segera memeluk tubuh istrinya dan mengecupnya beberapa kali, menghirup aroma tubuh wanitanya yang mungkin akan ia rindukan."Aku sayang kamu, Dek. Cuma kamu satu-satunya wanita yang paling aku cinta saat ini. Tapi maaf, kamu udah bukan istri aku lagi. Aku pamit pergi ya," ucap Varo sambil melepas pelukannya."Mas, gak gitu, aku gak mau," ucap Tasya seraya meraih lengan Varo agar tak perg
Dug! Dug! Dug!Bunyi gedoran pintu yang begitu kencang mampu membuat Varo terbangun dari tidurnya.Dengan perasaan malas, ia pun segera bangkit dari peraduannya dan membuka pintunya sebelum pintu itu rusak karena ulah seseorang.Dirinya sendiri masih sangat mengantuk, karena semalaman tak bisa tidur memikirkan sang istri dirumah, dan baru bisa tertidur setelah melakukan solat malam itu.Dug!"Aw, apa - apaan sih kamu, Beb?!" seru Varo sedikit kesal sambil memegangi jidatnya yang tak sengaja tergetok oleh Beby karena menggedor pintu kamarnya itu."Eh, udah di buka, kirain masih di tutup. Maaf deh, Bang, sengaja," ucap Beby sambil terkekeh."Ngapain sih gedor - gedor pintu kek gitu? Masih pagi udah ganggu orang tidur aja. Abang masih ngantuk, mau tidur lagi," ucap Varo seraya mau menutup pintunya kembali namun berhasil di cegah oleh Beby."Jadi bikin resepsi gak sih? Udah jam 10 ini, masih aja mau molor! Niat gak sih?" tanya Beby sedikit menggerutu.Varo pun setengah terkejut, ia pun se
Sekitar pukul 14.30 WIB, barulah perawatan yang dilakukan Tasya selesai semua."Udah yuk, pulang," ajak Tasya kepada Azalea namun mendapat gelengan darinya."Nanti aja, Kak. Kita jalan - jalan sebentar yuk sekalian makan siang. Emang kakak gak laper tah?" tanya Azalea.Tasya pun terdiam sebentar lalu menganggu."Laper sih. Ya udah yuk, sekalian kakak juga mau cari-cari sesuatu di mall," ucap Tasya dan langsung mendapat anggukan dari Azalea.Kedua kakak beradik itu pun segera keluar dari salonnya dan menuju mobilnya.Tak lama, mobil pun mulai melaju menuju salah satu mall di Kota Depok."Ah iya, Le, yang bikin video itu kapan lagi? Sisa yang pake gaun doang kan?" tanya Tasya penasaran seraya memecah keheningan di dalam mobil itu."Nanti sore, Kak. Aku janjian di butik jam 5an," ucap Azalea dan mendapat anggukan dari Tasya.Selang, 30 menit kemudian, mobil pun sudah tiba di mall tersebut. Tujuan pertama mereka adalah foodcourt untuk makan siang sebentar. Setelah makan siang, barulah mer
Tasya terperanjat kaget dengan apa yang terlihat di hadapannya itu.Sebuah dekorasi mewah dan juga megah bak negri fantasi dengan perpaduan warna biru dan putih yang menghiasi pinggir - pinggirnya.Pak Ega yang berada tak jauh dari Tasya segera menghampirinya dan membelai lembut tangannya."Masya Allah, kamu cantik banget, Neng. Persis seperti ibumu. Ayo, temui suamimu disana," ucap Pak Ega seraya menunjuk ke arah pelaminan.Tasya pun segera mengalihkan pandangannya ke sana. Disana, nampak Varo tengah tersenyum kepadanya. Membuat degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Tak hanya Pak Ega, Key juga ikut mendekat lalu menyerahkan sebuah buket bunga kepada sang adik."Temuin dan minta maaf sama suamimu, Neng,"ucap Key lembut dan mendapat anggukan dari Tasya."Eh iya, Om Ega boleh gandeng Kakak sampai pinggir bunga itu, ya. Nanti, dari sana biar Kakak yang jalan sendiri nemuin Abang ke tengah," ucap Azalea memberi arahan kepada mereka berdua Pak Ega pun mengangguk paham dan s
Varo tersenyum lalu membelai lembut wajah sang istri dan menggeleng pelan. "Te -- terus?" tanya Tasya sedikit tergagap. "Ara, panggil Mami suru kesini gitu ya. Suru Papa," ucap Varo lembut kepada sang anak. Ara pun mengangguk lalu segera turun dari kursi pelaminan dan berjalan menuju sang mami disana. "Namanya Ara, lengkapnya Dinara Putri Afriansyah, umurnya baru 3 tahun sekarang," jelas Varo kemudian. "Namanya cantik, kek anaknya, Mas," ucap Tasya memuji. Tak lama, Ara kembali ke atas pelaminan bersama seorang perempuan yang memakai kebaya berwarna lilac, persis seperti yang dipakai Azalea dan juga Key. Ara kembali duduk dipangkuan Varo, sementara wanita itu tersenyum lembut dan langsung memeluk tubuh Tasya begitu saja, seolah mereka sudah lama tak bertemu. Setelah beberapa saat, perempuan itu pun melepaskan pelukannya dengan posisi masih dengan senyuman manisnya. Tasya merasa tak asing dengan senyuman itu, dan mencoba mengingatnya. Namun, ia benar-benar lupa. "Mbak
Tasya hanya tersenyum lalu mengangguk."Beneran, Dek?" tanya Varo kembali seolah tak percaya.Tasya hanya terkekeh geli melihat ekspresi sang suami. Sungguh ekspresi Varo saat itu sangat menggemaskan, antara kaget, senang dan bahagia benar-benar menjadi satu.Varo pun nampak mengusap wajahnya kasar lalu tersenyum dan tertawa."Ini beneran?" tanya Varo kembali.Tasya hanya mengangguk dan tersenyum saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.Varo pun segera bangkit dari duduknya dan langsung meninjau udara. Setelah itu ia pun nampak beberapa kali menepuk pipinya seolah mencoba membangunkannya dari mimpi."Gu -- gua mau jadi Papa? Seriusan?" tanya Varo kepada dirinya sendiri."Gua jadi Papa. Weyy gua jadi papa haha," ucap Varo sambil tersenyum.Ia pun lalu memeluk tubuh Tasya dan menciumi wajahnya berkali-kali."Aku mau jadi Papa, Dek, mau jadi Papa," ucap Varo dengan bangga."Iya, Mas, selamat yah, akhirnya kita beneran bisa jadi orang tua," ucap Tasya sambil tersenyum.Keduanya pun kembali
Tasya dan Varo saling berpandangan satu sama lain saat mendengar suara benda yang pecah di dalam."Mas, keknya lagi pada ribut deh. Mending pulang aja yuk," ajak Tasya kepada sang suami.Varo menjadi dilema, sebenarnya ia ingin pulang, tapi masalahnya mereka pun baru saja sampai disana.Namun, tak lama terdengar kembali suara barang jatuh. Varo pun memutuskan untuk pulang saja, karena ia yakin, keadaan saat ini sedang tak baik-baik saja.Varo lalu menggandeng lengan Tasya dan berbalik untuk pulang. Namun, saat hendak berbalik, pintu rumah pun dibuka oleh seseorang."Devi?" Tasya dan Varo serempak memanggil nama itu."Bang Varo, Mbak Tasya," ucap Devi sambil tersenyum.Devi pun segera menghampiri Varo dan langsung memeluknya. Tak hanya Varo, namun juga memeluk Tasya. Devi sendiri adalah adik dari Bagas."Abang kebetulan pulang, tolongin, Bang. Mas Bagas sama Mbak Keysa lagi berantem. Papa sama Mamah gak ada dirumah, aku bingung harus ngapain," ucap Devi sedikit bingung."Berantem kenap