Dug! Dug! Dug!Bunyi gedoran pintu yang begitu kencang mampu membuat Varo terbangun dari tidurnya.Dengan perasaan malas, ia pun segera bangkit dari peraduannya dan membuka pintunya sebelum pintu itu rusak karena ulah seseorang.Dirinya sendiri masih sangat mengantuk, karena semalaman tak bisa tidur memikirkan sang istri dirumah, dan baru bisa tertidur setelah melakukan solat malam itu.Dug!"Aw, apa - apaan sih kamu, Beb?!" seru Varo sedikit kesal sambil memegangi jidatnya yang tak sengaja tergetok oleh Beby karena menggedor pintu kamarnya itu."Eh, udah di buka, kirain masih di tutup. Maaf deh, Bang, sengaja," ucap Beby sambil terkekeh."Ngapain sih gedor - gedor pintu kek gitu? Masih pagi udah ganggu orang tidur aja. Abang masih ngantuk, mau tidur lagi," ucap Varo seraya mau menutup pintunya kembali namun berhasil di cegah oleh Beby."Jadi bikin resepsi gak sih? Udah jam 10 ini, masih aja mau molor! Niat gak sih?" tanya Beby sedikit menggerutu.Varo pun setengah terkejut, ia pun se
Sekitar pukul 14.30 WIB, barulah perawatan yang dilakukan Tasya selesai semua."Udah yuk, pulang," ajak Tasya kepada Azalea namun mendapat gelengan darinya."Nanti aja, Kak. Kita jalan - jalan sebentar yuk sekalian makan siang. Emang kakak gak laper tah?" tanya Azalea.Tasya pun terdiam sebentar lalu menganggu."Laper sih. Ya udah yuk, sekalian kakak juga mau cari-cari sesuatu di mall," ucap Tasya dan langsung mendapat anggukan dari Azalea.Kedua kakak beradik itu pun segera keluar dari salonnya dan menuju mobilnya.Tak lama, mobil pun mulai melaju menuju salah satu mall di Kota Depok."Ah iya, Le, yang bikin video itu kapan lagi? Sisa yang pake gaun doang kan?" tanya Tasya penasaran seraya memecah keheningan di dalam mobil itu."Nanti sore, Kak. Aku janjian di butik jam 5an," ucap Azalea dan mendapat anggukan dari Tasya.Selang, 30 menit kemudian, mobil pun sudah tiba di mall tersebut. Tujuan pertama mereka adalah foodcourt untuk makan siang sebentar. Setelah makan siang, barulah mer
Tasya terperanjat kaget dengan apa yang terlihat di hadapannya itu.Sebuah dekorasi mewah dan juga megah bak negri fantasi dengan perpaduan warna biru dan putih yang menghiasi pinggir - pinggirnya.Pak Ega yang berada tak jauh dari Tasya segera menghampirinya dan membelai lembut tangannya."Masya Allah, kamu cantik banget, Neng. Persis seperti ibumu. Ayo, temui suamimu disana," ucap Pak Ega seraya menunjuk ke arah pelaminan.Tasya pun segera mengalihkan pandangannya ke sana. Disana, nampak Varo tengah tersenyum kepadanya. Membuat degup jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.Tak hanya Pak Ega, Key juga ikut mendekat lalu menyerahkan sebuah buket bunga kepada sang adik."Temuin dan minta maaf sama suamimu, Neng,"ucap Key lembut dan mendapat anggukan dari Tasya."Eh iya, Om Ega boleh gandeng Kakak sampai pinggir bunga itu, ya. Nanti, dari sana biar Kakak yang jalan sendiri nemuin Abang ke tengah," ucap Azalea memberi arahan kepada mereka berdua Pak Ega pun mengangguk paham dan s
Varo tersenyum lalu membelai lembut wajah sang istri dan menggeleng pelan. "Te -- terus?" tanya Tasya sedikit tergagap. "Ara, panggil Mami suru kesini gitu ya. Suru Papa," ucap Varo lembut kepada sang anak. Ara pun mengangguk lalu segera turun dari kursi pelaminan dan berjalan menuju sang mami disana. "Namanya Ara, lengkapnya Dinara Putri Afriansyah, umurnya baru 3 tahun sekarang," jelas Varo kemudian. "Namanya cantik, kek anaknya, Mas," ucap Tasya memuji. Tak lama, Ara kembali ke atas pelaminan bersama seorang perempuan yang memakai kebaya berwarna lilac, persis seperti yang dipakai Azalea dan juga Key. Ara kembali duduk dipangkuan Varo, sementara wanita itu tersenyum lembut dan langsung memeluk tubuh Tasya begitu saja, seolah mereka sudah lama tak bertemu. Setelah beberapa saat, perempuan itu pun melepaskan pelukannya dengan posisi masih dengan senyuman manisnya. Tasya merasa tak asing dengan senyuman itu, dan mencoba mengingatnya. Namun, ia benar-benar lupa. "Mbak
Tasya hanya tersenyum lalu mengangguk."Beneran, Dek?" tanya Varo kembali seolah tak percaya.Tasya hanya terkekeh geli melihat ekspresi sang suami. Sungguh ekspresi Varo saat itu sangat menggemaskan, antara kaget, senang dan bahagia benar-benar menjadi satu.Varo pun nampak mengusap wajahnya kasar lalu tersenyum dan tertawa."Ini beneran?" tanya Varo kembali.Tasya hanya mengangguk dan tersenyum saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.Varo pun segera bangkit dari duduknya dan langsung meninjau udara. Setelah itu ia pun nampak beberapa kali menepuk pipinya seolah mencoba membangunkannya dari mimpi."Gu -- gua mau jadi Papa? Seriusan?" tanya Varo kepada dirinya sendiri."Gua jadi Papa. Weyy gua jadi papa haha," ucap Varo sambil tersenyum.Ia pun lalu memeluk tubuh Tasya dan menciumi wajahnya berkali-kali."Aku mau jadi Papa, Dek, mau jadi Papa," ucap Varo dengan bangga."Iya, Mas, selamat yah, akhirnya kita beneran bisa jadi orang tua," ucap Tasya sambil tersenyum.Keduanya pun kembali
Tasya dan Varo saling berpandangan satu sama lain saat mendengar suara benda yang pecah di dalam."Mas, keknya lagi pada ribut deh. Mending pulang aja yuk," ajak Tasya kepada sang suami.Varo menjadi dilema, sebenarnya ia ingin pulang, tapi masalahnya mereka pun baru saja sampai disana.Namun, tak lama terdengar kembali suara barang jatuh. Varo pun memutuskan untuk pulang saja, karena ia yakin, keadaan saat ini sedang tak baik-baik saja.Varo lalu menggandeng lengan Tasya dan berbalik untuk pulang. Namun, saat hendak berbalik, pintu rumah pun dibuka oleh seseorang."Devi?" Tasya dan Varo serempak memanggil nama itu."Bang Varo, Mbak Tasya," ucap Devi sambil tersenyum.Devi pun segera menghampiri Varo dan langsung memeluknya. Tak hanya Varo, namun juga memeluk Tasya. Devi sendiri adalah adik dari Bagas."Abang kebetulan pulang, tolongin, Bang. Mas Bagas sama Mbak Keysa lagi berantem. Papa sama Mamah gak ada dirumah, aku bingung harus ngapain," ucap Devi sedikit bingung."Berantem kenap
Alih - alih keluar dari mulut Bagas dan Keysa, pertanyaan itu justru keluar dari mulut Tasya yang langsung membuat mereka mengalihkan pandangannya kepada Tasya."Kamu kenapa, Dek, kok kek kaget gitu?" tanya Varo penasaran dan mendapat gelengan dari Tasya."Gak apa-apa kok, Mas, hanya gak yakin aja," ucap Tasya."Dah, gak usah peduliin Tasya. Gimana, deal, gak?" tanya Varo kembali memastikan."Deal," jawab Keysa mantap.Namun, berbeda dengan Keysa, Bagas hanya mengangguk sedikit ragu."Lu gimana, Gas? Tadi bukannya lu juga nantangin?" tanya Varo kembali."I -- iya, deal," ucap Bagas pada akhirnya."Okey, kalau gitu ... Dev, lu awasin mereka berdua, ntar gua yang bilang sama Oom dan Tante sekalian," putus Varo tetapi malah mendapat gelengan dari Devi."Kenapa gak Abang aja yang ngawasin? Kalau aku atau mamah dan papah, pasti Mas Bagas bakalan manja, gak yakin dia mau ngerjain tugasnya," ucap Devi sedikit ragu."Jangan sampe dia gak mau ngerjain. Taruhannya mobilnya sendiri. Abang akan b
"Kenapa pingin nostalgia, Dek?" tanya Varo penasaran."Entah, Mas. Pingin aja, apalagi dulu kita kan gak sempet pacaran," jawab Tasya sambil tersenyum.Varo pun hanya mengangguk lalu segera menarik tubuh sang istri kedalam pelukannya."Kadang, aku ngerasa, bahwa ini tuh kek mimpi, Dek," ucap Varo sendu."Mimpi?" tanya Tasya penasaran.Tasya pun keluar dari pelukan sang suami sambil memegang erat lengannya."Iya. Aku gak percaya bahwa sekarang, kamu adalah istri aku. Ibu dari anak - anakku kelak," ucap Varo.Tasya pun membelai lembut wajah sang suami dan tersenyum. Sementara Varo langsung mengambil lengan sang istri dan mengecupnya sebentar."Dulu, aku cuma bisa ngagumin kamu aja, Dek. Setiap aku manggung, selalu liat kamu, merhatiin kamu. Kadang, aku selalu bawain lagu - lagu untuk kamu. Hanya aja, dulu kamu gak peka. Kamu lah alasan untuk aku tetap bertahan disini, Dek," ucap Varo lembut."Terlepas dari kamu adalah titipan dari Damar atau bukan. Aku bener - bener sayang sama kamu. Ak