Semua orang yang berada di ruang itu terkaget-kaget mendengar pernyataan dari Yupi, terutama Dipta dan Kaira sebagai orang tua.Sedangkan untuk Alle memilih diam saja karena memang sudah mengetahui siapa cowok berengsek yang menghamili adiknya.“Siapa tadi kamu bilang!? Tian!?” Dipta menatap serius ke arah putri nomor tiganya.Yupi yang dicecar seperti itu mengangguk pelan. Ini sudah menjadi konsekuensinya.“Shit! Bagaimana bisa!? Bukannya Tian pacarnya Alle!?” seru Dipta menatap Yupi dan Alle secara bergantian, tidak menyangka dengan semua ini. Dipta merasa dipermainkan oleh para anak bocil ini.Frustrasi mendengar fakta yang membingungkan, Dipta mengusap wajahnya dengan kasar di depan Alle.“Jelaskan semuanya di depan Papa!” titah Dipta tegas.Kini Alle menatap ke arah Yupi yang tengah terdiam, seolah-olah tengah berpikir.Merasa menjadi anak tertua, Alle pun mau tak mau harus menjelaskan secara gamblang supaya Papa dan Mamanya bisa memahami keadaan Yupi dan dirinya.“A-aku—”“Sejuj
Saking kesal dan emosinya karena kedua putrinya menjadi permainan seorang cowok berengsek bernama Tian, kini Dipta tak segan-segan mendatangi ke alamat rumah cowok itu.Dan, seakan semesta tengah berpihak kepada Dipta saat ini. Tian sedang ada di rumah. Dipta yang memang enggan masuk memilih untuk menunggu di teras depan rumah.Saat orang yang menjadi sumber masalah keluarganya muncul. Emosi Dipta semakin memuncak meski hanya melihat wajahnya saja.“Lho, Om Dipta!? Apa ka—“BUG!Tubuh milik Tian terhuyung ke belakang saat mendapatkan pukulan keras dari Dipta. Tian merasakan nyeri di bagian sudut bibirnya, dan mengusapi bagian ujung bibir yang terlihat mengeluarkan darah segar.Sambil menahan rasa sakit, Tian mencoba tetap tenang melihat calon mertuanya yang tampak menatap kesal kepadanya.“Om, ada apa ini?” tanya Tian masih dengan suara pelan, namun berbeda dengan Dipta yang sudah mirip serigala ingin memangsa musuhnya.“Kamu harus tanggung jawab, Tian!” tembak Dipta tanpa basa basi t
Dipta menyambut keluarganya dengan senyuman masam. Hatinya masih kesal dan dongkol. Meski sudah memukuli Tian, tetap saja rasa sakit hati sebagai seorang Ayah tidak bisa langsung hilang.Apalagi putri kecil yang selalu ditimang-timang kini ternodai oleh cowok brengsek seperti Tian.“Mas.” Kaira paham kalau suaminya masih menyimpan perasaan emosi yang begitu besar. Sebagai istri yang sudah hidup bersama selama 20 tahun lamanya, paham betul bagaimana harus menenangkannya.Kaira mengajak Dipta untuk masuk ke dalam kamar. Mengajak istirahat.“Kalian semua sebaiknya istirahat. Untuk Abbi, Mama ucapin makasih, ya. Titip Alle, dia anaknya memang rada-rada keras kepala,” kata Kaira kepada Raffa.Raffa yang mendapatkan pesan amanat itu hanya cengar-cengir saja.Raffa pun pamit pulang ke apartemen kepada Kaira juga Dipta. “Hati-hati di jalan. Mobil kamu jangan lupa dicek di bengkel,” ujar Dipta sebelum pergi ke dalam kamarnya untuk istirahat.“Iya, Pa. Kita berdua pulang dulu.”Kini Raffa men
Tidak pernah terpikirkan oleh Tian kalau Yupi akan menjebaknya seperti ini. Bocah polos dan bodoh itu ternyata sudah bisa menipunya. Tian pun menatap Yupi dengan pandangan penuh dendam yang membara.Apalagi saat ini hidupnya mulai hancur gara-gara Yupi! Mulai dari kehilangan Alle. Dapat ancaman dan bogem mentah dari Om Dipta berkali-kali, dan kini mendapat tekanan mental dari anak-anak STM yang sudah siap menggebukinya sampai mati.“Lo harus ingat! Kalau sampai lo berani sebar-sebar video itu, bukan hanya lo saja yang hancur tapi seluruh anggota keluarga lo yang ada di luar negeri pun akan dibuat sehancur dan menderita mungkin!” ancam Oky sekali lagi.Tian hanya bisa diam saja saat ini. Mau melawan pun sudah pasti orang-orang di sebelahnya akan langsung memberikan pukulan.Sedangkan untuk Yupi sendiri, dia entah kemana saat ini. Setelah Tian diseret paksa oleh segerombolan anak-anak STM temannya Oky untuk masuk ke dalam mobil, bocah bodoh itu mendadak hilang.“Kalau gue tanggung jawab
Alle yang sudah niat dari apartemen ingin mengembalikan ponsel kepada Tian justru laki-laki itu tidak berangkat sekolah hari ini.Hal ini sedikit membuat Alle bertanya-tanya dalam hatinya karena tumben sekali Tian tidak masuk. Biasanya anak itu sangat rajin sekali untuk masuk sekolah.“Lo kenapa, All?” tanya Nindi yang sibuk memakai bedak di wajahnya. “Kayaknya resah banget.”“Tian kenapa tumben nggak masuk hari ini, ya.”Nindi yang lagi fokus menggunakan bedak sampai terhenti. Menatap Alle dengan tatapan bingung. Kenapa juga Alle mengkhawatirkan cowok seperti Tian.Seakan tahu arti tatapan dari Nindi membuat Alle menghela napas panjang dengan kasar.“Gue mau balikin hape dia. Nggak ada maksud apa-apa kok,” jelas Alle sambil tersenyum kecut.Nindi tak berkomentar apapun dan memilih lanjut untuk menuntaskan aktifitas dandannya sebelum keluar dari kelas.Di jam pulang sekolah seperti ini, biasanya dimanfaatkan waktu untuk beberapa siswa untuk berdandan terlebih dahulu sebelum pulang.Sa
Kalian pasti sudah tahu bagaimana ending dari aksi kejar-kejaran antara Raffa dan Alle di dalam kamar ke arah mana dong.Yups! Mereka berakhir saling mencumbu dan grepe-grepe seperti biasa. Raffa sendiri sekuat tenaga menahan diri agar tidak lepas kontrol menggagahi Alle sebelum mereka menikah secara resmi.Selain itu, Raffa juga ingin Alle fokus ujian terlebih dahulu. Masalah bercinta bisa dilakukan setelah lulus nanti. Raffa dan Alle bisa melakukan sepuasnya.Mereka berdua pun setelah puas bermesraan lanjut untuk mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi. Dan, kini mereka tengah melakukan perjalanan menuju ke rumah Tian.“Kamu belajar terus nggak pusing emangnya?” kometar Raffa yang melihat Alle tampak fokus mempelajari ilmu rumus matematika selama perjalanan.“Belajar terus tapi nggak bikin pintar kayak kamu! Pas diterangin guru paham, tapi giliran suruh ngerjain soal lain malah bingung!” dumel Alle yang benci dengan pelajaran matematika, pokoknya nggak suka kalau ada perhitun
“Jadi selama ini lo cuma pura-pura jadi pacarnya Raffa!?” tanya Alle sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.“Hehehe, iya.” Nindi meringis lebar dan buru-buru memeluk Alle erat dari samping. “Sorry, ini ide gila dari Raffa demi pengin buat lo cemburu doang. Dia tuh suka sama cinta banget sama lo, All,” lanjut Nindi memberitahukan soal perasaan Raffa.Alle hanya diam saja karena masih merasa kesal dipermainkan oleh suami sekaligus sahabatnya. Tapi ada rasa bahagia ketika perasaannya tidak bertepuk sebelah tangan.Yang membuat Alle salut, mereka berdua berani banget melakukan adegan ‘pernyataan cinta’ di depan semua orang. Sudah pasti semua orang mengira hal itu betulan.“All, jangan marah dong. Kalau mau marah sama Raffa aja karena dia datang-datang ke rumah gue buat minta bantuan buat jadi pacarnya doang gara-gara cemburu lo sama Tian,” cerocos Nindi mencoba merayu Alle terus menerus.Tak bisa marah terlalu lama kepada sahabatnya, Alle menoleh ke samping menatap Nindi dengan
Raffa yang melihat bibir pucat dari Alle merasa resah sekaligus cemas. Buru-buru Raffa menurunkan tubuh milik Alle ke dalam bathtube yang berisi air panas.“Apa masih dingin?” tanya Raffa dengan wajah yang terlihat begitu cemas. “Jangan lama-lama, biar aku mandikan.”“Hah!? Enggak mau!”Raffa menatap tajam ke arah Alle yang tampak tidak menurut. Mendapat pelototan tajam membuat Alle langsung menurut pasrah.Kini Raffa pelan-pelan melucuti semua pakaian milik Alle hingga tak tersisa satu pun yang menempel. Alle yang malu langsung menutup kedua gundukan dadanya dengan tangan.“Ngapain ditutupin, sih? Aku udah pernah lihat bahkan udah sering hisap juga, ‘kan?” ujar Raffa frontal yang membuat wajah Alle langsung merah menahan malu.Buru-buru Alle membuang wajah ke samping kala Raffa tengah menyabuni tubuhnya dari atas hingga kaki. Bahkan ketika memegang daerah inti tubuhnya membuat Alle menahan diri ketika tangan Raffa tampak sengaja mengelus-elus lembut di sana.Tak kuat dielus-elus, All
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y