Happy New Year 2024 my beloved reader. Moga tahun ini kalian semua selalu diberikan keberkahan dalam hal apapun. Makasih sudah mengikuti kisah Dipta dan Kaira sampai sejauh ini. Love u~ Jezlyn
Melihat istrinya merajuk tanpa alasan yang jelas membuat Dipta harus menyuapi Alle makan MP-ASI hasil buatan Kaira.Tidak hanya itu saja, Dipta juga memandikan Alle serta mendandani bayi berusia enam bulan ini. Untungnya saat selesai dipakaikan baju, Alle mendadak tertidur pulas. Mungkin merasa nyaman karena badan sudah bersih sekaligus perut pun terasa kenyang.Alhasil Dipta menaruh Alle di atas kasur khusus bayi yang baru dibelikan oleh Neneknya kemarin.Padahal Dipta sudah mewanti-wanti kepada Vania untuk tidak perlu membelikan apa-apa lagi. Tapi namanya Nenek sayang cucu, tetap saja dibelikan dengan dalih box bayi milik Alle sudah kekecilan mengingat tumbuh kembang bayi itu sangat pesat. Begitu gembul.Kini Dipta mencoba menelepon Mamanya, ingin bertanya soal keanehan sifat Kaira yang gampang sekali menangis juga marah-marah.“Ya, Dip, mau nitip Alle?” celetuk Vania to the poin ketika putranya menelepon.“Enggak, Ma. Mau ngobrol aja soal Kaira,” ujar Dipta sambil menatap ke arah l
Pagi ini baik Dipta maupun Vania tengah menunggu dengan perasaan cemas. Apalagi mereka takut jika hasilnya tidak sesuai keinginan. Ditambah, Kaira begitu lama sekali di dalam toilet.Alhasil Dipta yang tadi sabar menunggu dengan posisi duduk di sofa ruang keluarga, kini sudah berdiri dan berjalan mendekat ke arah toilet.“Sayang, hasilnya gimana? Udah keluar apa belum?” tanya Dipta lembut di depan pintu, namun pria itu tak mendengar sahutan apapun dari Kaira.Khawatir terjadi sesuatu dengan istrinya, Dipta kembali mengetuk pintu toilet untuk memastikan keadaan Kaira di dalam sana.“Sayang, kamu ga—“Cklek!Melihat wajah muram dari Kaira membuat Dipta mengerutkan kedua alisnya hingga menyatu di tengah.“Kalau hasilnya nggak sesuai gapapa kok,” ujar Dipta mencoba menenangkan istrinya yang tampak terlihat berkaca-kaca.“Positif! Hasilnya garis dua, Mas!?” seru Kaira yang langsung menangis tergugu. Wanita itu juga memberikan alat tes kehamilan dengan kasar ke arah Dipta. “Aku hamil! Aku n
Merasa pusing dan bimbang karena ingin memiliki anak lagi, Kaira mengajak sahabatnya untuk ketemuan di salah satu kafe untuk menceritakan beban pikirannya. Biasanya, Wawan, sahabatnya ini akan memiliki banyak motivasi atau kata-kata masukan yang membuatnya merasa lega sekaligus menerima apa yang terjadi.“Sorry, gue telat. Tadi ada klien,” ujar Wawan yang buru-buru langsung duduk di hadapan Kaira. Menatap wajah sahabatnya yang tampak begitu muram. “Lo kenapa?”“Gue pusing banget, Wan.”“Berantem lagi sama Dipta?” tebak Wawan sedikit tepat sasaran karena memang Kaira lagi sebal banget sama suaminya.Kaira tak langsung menjawab, melainkan diam beberapa saat terlebih dahulu sebelum akhirnya mengutarakan apa yang menjadi akar beban pikirannya.“Gue hamil lagi,” lirihnya sambil memperlihatkan wajah cemberut. Lain hal dengan Wawan yang menunjukkan ekspresi kagetnya, namun segera diubah menjadi biasa.“Bagus dong. Tandanya lo subur banget.”“Ck! Bagus apanya coba! Usia Alle aja masih enam bu
Setelah menerima kehamilan keduanya ini dengan penuh banyak drama, kini Kaira menjalaninya dengan enjoy meski kadang-kadang suka kumat, marah tanpa alasan.Bahkan meski sudah tinggal satu rumah dengan Dipta, Kaira masih tidak mau satu ranjang dengan suaminya itu. Kaira terlalu mual mencium aroma mulut suaminya yang menurut Kaira bau bawang yang begitu menyengat.Sontak hal ini membuat Kaira selalu jauh-jauh dari Dipta. Jika pun ingin melakukan hubungan suami istri, Kaira harus memakai masker sampai tiga lapis agar tak menghirup aroma bau bawang dari mulut Dipta.“Sayang, ini es creamnya,” seru Dipta yang habis keluar ke mini market untuk memberi es cream keinginan Kaira.Kehamilan kali ini, Kaira banyak sekali ngidamnya. Terkadang sampai kepengin makan nasi padang tapi makannya di kota Padang. Hal ini tidak Dipta turuti karena baginya ini ngidam tergila istrinya.“Udah nggak pengin! Buat kamu aja sana,” jawab Kaira dengan wajah tanpa bersalah sedikit pun.Padahal suaminya, Dipta, baru
“Lho, Dipta, kenapa bolak-balik toilet terus, Kai?” tanya Vania dengan wajah herannya.Kaira tak menjawab pertanyaan dari Mama mertuanya itu, melainkan hanya mengangkat kedua bahunya saja.Entah kenapa sikap Kaira saat ini benar-benar berbeda dari kehamilan Alle. Saat ini sedikit jahil juga merepotkan banyak orang.Saat hamil Alle dulu, Kaira begitu tangguh bahkan segan ingin meminta tolong kepada orang lain. Namun, kali ini sering membuat darah tinggi para penghuni rumah, terutama Dipta, suaminya.Terlebih Dipta juga tidak bisa menolak keinginan istrinya itu. Soal ini Dipta memang kalah telak. Lain hal jika sedang berbisnis sudah pasti lawannya yang akan tunduk kepadanya.Kini saat keluar dari dalam toilet, wajah Dipta tampak pucat. Hal ini membuat Vania bertanya-tanya sendiri dalam hati.“Kamu tuh kenapa, sih, Dip!? Kalau sakit pergi ke dokter lah,” komentar Vania yang jengah sendiri mendengar suara pintu toilet lantai bawah bolak balik dibuka tutup dengan suara kencang.“Sakit peru
“Lho, kenapa kamu tidur di sofa, Dip?” tanya Vania kaget ketika akan berjalan menuju ke arah dapur mengambil air minum.“Biasa, Ma,” jawab Dipta lesu, bahkan kedua matanya tidak terbuka sama sekali karena saking ngantuk dan capeknya, tapi malahan diajak berantem terus oleh Kaira.Tak mau terlalu banyak ikut campur urusan rumah tangga anaknya, Vania tak memberikan komentar apapun malam ini.Apalagi melihat wajah lelah dari Dipta membuat Vania tidak tega ingin mengintrogasinya. Kali ini biarkan saja mereka berdua yang belajar menyelesaikannya. Fokus Vania saat ini hanya mengurus Alle dengan penuh kasih sayang.Hingga tak terasa waktu terus berjalan, Dipta yang memang harus menghadiri meeting kerja, pagi-pagi pukul enam sudah siap untuk berangkat. Sedangkan Kaira masih tertidur dengan pulasnya mengingat semalam suntuk digunakan untuk menangisi Dipta juga isi pesan chat dari Inez.“Hari ini nanti Kaira kontrol kandungan, tapi aku nggak bisa nemenin dia. Soalnya aku harus kejar target supa
Kaira yang semalam memikirkan Dipta hingga menangis sampai kelelahan, kini baru tersadar dari tidurnya. Kepalanya yang terasa berat juga pening membuat penglihatan Kaira sedikit berkunang-kunang.Dilihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi membuat Kaira terpaksa harus tetap bangun.Apalagi ada nyawa lain yang saat ini membutuhkan nutrisi dari dalam tubuhnya. Kaira pun turun ke bawah dengan sedikit sempoyongan.“Lho, Kai, wajah kamu pucat banget,” komentar Vania yang saat ini sedang sibuk bermain dengan Alle di ruang keluarga.“Kepala Kaira pusing banget, Ma. Rasanya berat juga,” jawab Kaira dengan jujur.“Yaudah kamu istirahat lagi aja.”Kaira menggelengkan kepala sebagai jawaban. Yang dilakukan Kaira terus berjalan menuju ke area dapur.Sedangkan Vania hanya bisa menghela napas saja ketika melihat anak dan menantunya akhir-akhir ini sering berantem.Melihat Kaira sudah kembali lagi dari area dapur menuju ke ruang keluarga, membuat Vania menatap dengan tatapan kasiha
Kaira tengah menangis tersendu-sendu di teras samping. Katung mata yang sudah hitam kini bertambah sembab akibat Kaira yang terus menangis tiada henti.Apa pernikahan yang diawali tanpa cinta akan terus berakhir seperti ini? Tahu akan begini, Kaira nggak melabuhkan hatinya kepada Dipta. Biarkan pernikahan itu menjadi nikah kontrak saja.“Kai.”Kaira menoleh ke arah pintu yang terdapat Dipta di sana. Namun, Kaira buru-buru memalingkan wajahnya untuk tak menatap Dipta.“Kita ke kamar selesaikan masalah.”“Nggak mau!” tolak Kaira tegas.“Nggak enak dilihat orang lain.”“Bodo amat!”Dipta yang melihat sikap istrinya seperti itu hanya bisa menghela napas kasar dengan sisa rasa sabarnya itu.Alhasil Dipta yang mengalah dengan duduk di samping tubuh Kaira. Namun, lagi-lagi Kaira yang tampak menghindar dengan bergeser tempat duduk agar menjauh dari Dipta.“Kamu kenapa, sih?” tanya Dipta dengan suara yang lebih lembut kali ini. Dipta sadar jika nada suaranya tadi di kamar sangat kencang.“Aku
Alle yang mendadak khawatir jika Raffa macam-macam kini langsung berjalan ingin keluar dari kamar hotel, namun dicegah oleh para teman-temannya.“Mau ke mana?”“Mau ke kamar sebelah.”“Jangan lah, itukan acaranya Raffa sama teman-temannya. Kita di sini aja seneng-seneng.”“Tapi kalau dia macam-macam gimana, Nin!?”“Iya gapapa dong? Itung-itung kasih free sehari apa salahnya.”“Gila lo semua!”Alle tetap keukeh ingin keluar dan mengecek kamar sebelahnya. Saat digedor-gedor dan dibuka oleh petugas hotel, Alle terkejut ketika di dalam kamar tidak ada siapa-siapa.Justru Alle merasa heran ketika kamar yang dimasuki justru memiliki konsep seperti film Disney. Alle berpikir kalau Nindi salah memberitahukan nomor kamar acara Raffa.Tak lama Nindi dan teman-temannya keluar. Mereka bahkan sudah berganti kostum yang membuat Alle merasa hampir gila sekarang.“Jadi … ini semua kerjaan kalian?” tanya Alle tidak percaya harus terkena jahilan mereka bertubi-tubi meski di dalam hati sangat senang lua
Melihat model gaun yang dipilih oleh Alle membuat Raffa langsung mendelik kaget. Yang benar saja? Bisa-bisanya Alle memilih model yang memiliki belahan panjang dari ujung kaki sampai paha. Ditambah bagian dada yang terbuka. Tentu saja Raffa tidak setuju dan tidak akan memberi kesempatan untuk para mata buaya darat melihat keindahan tubuh istrinya.“Aku nggak setuju!” tolak Raffa tegas.“Lha, kenapa? Bukannya bagus dan seksi?”“Kamu mau sengaja pamer paha sama payudara?” skakmat Raffa yang membuat Alle langsung terdiam. Niat Alle bukan seperti itu, tapi agar terlihat seksi saja. “Pilih yang kalem aja,” lanjut Raffa memberikan sarannya.“Yaudah kamu pilih sendiri aja. Aku bingung semuanya bagus-bagus.”Alle memberikan semua majalah ke arah Raffa. Membiarkan Raffa memilihkan gaun yang pas dan cocok untuknya. Lagian Alle bingung jika harus untuk memilih seperti ini.Pada akhirnya Raffa yang memilihkan gaun untuk Alle pakai di acara resepsi nanti. Tentu saja pilihan Raffa jatuh pada dress
Setelah acara kelulusan dua hari yang lalu, kini Raffa dan Alle sibuk mempersiapkan diri untuk resepsi pernikahannya. Alle bahkan meminta ijab qobul diulang saat acara resepsi nanti. Alle ingin foto buku nikah sekaligus agar orang-orang tahu kalau mereka menikah resmi.Dan, saat ini mereka berdua telah sampai di butik yang akan mendesain baju pengantin mereka nanti. Sebelum keluar mobil, Raffa mengambil kaca mata hitamnya terlebih dahulu di dalam dashboar dan segera memakainya yang justru semakin menambah akan pesona kadar kegantengannya.Lain hal dengan Alle yang mendecih sebal melihat penampilan Raffa. Bagi Alle sendiri, kalau Raffa terlalu tampan justru membuatnya khawatir karena akan banyak buaya betina untuk menggoda suaminya ini.“Kalau mau memuji nggak usah malu-malu,” celetuk Raffa meledek Alle yang saat ini menatapnya dengan sangat serius. “Percaya kok kalau aku ganteng,” lanjutnya penuh percaya diri.“Cih! Dasar kepedean! Padahal mirip tukang urut!”Beginilah kehidupan Raffa
Selesai hangout bersama Nindi, Alle pamit pulang tanpa menunggu Raffa menjemput terlebih dahulu.Setiba di rumah, Alle selalu melihat pemandangan di mana para adik-adiknya berkumpul dan berantem.“Kak, minta duit dong!” Januar menadahkan tangan di depan Alle, meminta uang untuk top up game.“Buat apaan?”“Beli jajan di mini market depan,” kilah Januar berbohong.Alle yang memang gampang percaya tentu saja memberikan uang dua lembar warna merah. Januar yang sehabis diberi uang langsung kabur pergi dari rumah.Awalnya tadi seperti biasa, lagi berantem sama Oky. Entah rebutan apa mereka berdua. Alle yang sehabis perawatan berjalan menuju ke arah kamar Yupi, ingin mengobrol dengan adiknya yang satu itu.Tok! Tok!“Masuk aja nggak dikunci!” seru dari dalam kamar yang membuat Alle langsung menekan handle pintu dan mendorong ke dalam.Cklek!“Eh, Kak Alle, sini Kak,” ujar Yupi yang menepuk ranjang di sampingnya, menandakan untuk Alle duduk di sana.Ketika Alle sudah duduk, bisa ia lihat kala
Baik Alle maupun Raffa sama-sama kaget mendengar suara cempreng dari Januar yang mirip dengan toa. Apalagi bocil itu tengah berlari-lari sambil teriak ‘Kak Alle ciuman’ dan hal ini membuat Alle sangat malu.Kesal memiliki adik seperti itu membuat Alle gregetan sendiri pengin masukin karung. Namun, melihat Raffa yang tampak santai membuat Alle heran.“Kenapa kamu nggak kesal, Bee?” tanya Alle menatap Raffa yang masih sibuk menikmati teh jahe buatan Alle.“Ngapain kesal sama anak kecil? Buang-buang tenaga aja. Biarkan aja Januar begitu,” lerai Raffa yang terkesan lebih membela Januar dibanding Alle.“Kamu kenapa jadi belain dia!?” sungut Alle semakin kesal.“Aku nggak belain, Sayang, hanya memaklumi tingkahnya yang memang lagi begitu. Nanti juga ada fase-nya dia bakalan nalar dan mengerti kok.” Raffa berkata sangat lembut hingga membuat Alle semakin tidak bisa berkutik untuk marah-marah.“Iya, sih, tapi ngeselin banget mulutnya kayak toa! Bikin heboh pagi-pagi begini.”Raffa yang paham
Pagi ini jika biasanya Alle akan sibuk dan heboh soal urusan sekolahnya, kali ini cewek itu jauh lebih santai. Lebih bisa menikmati hidup dan peran barunya sebagai istri. Terbukti dengan Alle bangun pagi-pagi hanya untuk menyiapkan pakaian milik Raffa yang akan digunakan pergi ke kantor Papa Regan.Katanya Raffa akan mengisi waktu luangnya dengan bekerja magang di kantor orang tuanya sendiri. Sebagai istri, Alle hanya bisa mendukung jika itu memang yang terbaik.Alle juga sudah berkutat di dapur hanya untuk memasak menu sarapan untuk Raffa. Alle ingin mencoba memasak menu berat untuk Raffa. Biar kalau sarapan jangan roti oles selai terus. Kasihan suaminya akan bosan jika seperti itu.“Lho, Non Alle masak apa?” tanya asisten rumah tangga yang kaget melihat anak majikannya pagi-pagi sudah berada di depan kompor. Pemandangan yang sangat langka.“Sayur sup, Bi. Buat Raffa sarapan nanti,” jawab Alle sambil mesam-mesem sendiri.“Owalah gitu toh, Non. Kekuatan cinta emang luar biasa sekali y
Setiba di Indonesia, pasangan muda itu disambut sangat meriah dan penuh kasih oleh kedua keluarga yang memiliki pengaruh besar di negara itu.Alle yang kangen dengan Mamanya langsung memeluk Kaira sambil menangis bahagia. Ternyata hidup jauh membuatnya sadar akan pentingnya peran seorang Ibu yang selalu memperhatikan dirinya setiap waktu.Meski terkesan cerewet tapi saat jauh selalu membuat kangen. Alle bahkan masa bodoh ketika menjadi pusat perhatian dari adik-adiknya karena sudah besar masih suka menangis seperti ini.“Kangen,” ucap Alle sambil menatap wajah Kaira yang ikut berkaca-kaca, namun Alle tahu betul kalau Mamanya sedang menahan diri untuk tidak menangis.“Mama juga kangen sama kamu,” balas Kaira sambil mengusap lembut pipi anaknya. Meski sudah menikah, tetap saja di mata Kaira dan Dipta, Alle tetap menjadi putri kecilnya.Alle tersenyum manis ketika Dipta tak mau kalah ingin meminta pelukan darinya. Perhatian Alle pun kini berpindah ke cinta pertamanya, Papa Dipta.Cukup l
“Serius kamu tanya ini?” Raffa tidak percaya kalau Alle bakalan menanyakan hal ini kepadanya. Kalau Raffa tidak normal, mana mungkin minta nambah berkali-kali. Alle ada-ada aja!“Iyakan teman-teman kamu aja gitu semua,” jawab Alle dengan wajah tanpa dosanya. Mukanya benar-benar gemesin sekaligus ngeselin pengin masukin karung.Raffa yang mendapat pertanyaan itu justru merasa bingung sendiri saat ingin menjawab. Yang dilakukan Raffa hanya menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal sama sekali.Sampai akhirnya Raffa mengajak Alle untuk benar-benar pergi dari ruang itu. Sebelumnya Raffa berpamitan kepada Noah dan teman-temannya terlebih dahulu.Ketika sudah berada di area parkiran, Raffa kembali menatap Alle yang masih saja menunggu jawabannya.“Gini All, kalau aku nggak normal sudah pasti nggak nafsu sama kamu. Ini lihat kamu begini aja bawaan pengen ajak ke atas ranjang. Ngadon anak tiap waktu. Masa kamu masih berpikiran kalau aku nggak normal, sih!?” jelas Raffa panjang lebar karena
Malam ini Raffa membawa Alle pergi ke salah satu klub malam ternama di kota tersebut. Alle yang baru mengetahui tujuannya ke tempat dugem, langsung ngamuk dan memukuli Raffa ketika baru sampai parkiran.“Tau gini aku nggak mau ikut!” amuk Alle kesal.“Katanya mau lihat Noah udah punya pacar apa belum? Di tempat ini kamu bisa melihat dia secara langsung.”Alle diam tak memberikan komentar ataupun reaksi apapun. Hatinya terlalu kesal kepada Raffa yang tidak mau langsung menjawab pertanyaannya malah justru membawanya ke tempat clubbing seperti ini.“Ayo,” ajak Raffa yang saat ini sudah turun terlebih dahulu dari dalam mobil. “Mau di dalam mobil terus?” lanjutnya menyindir Alle ketika masih saja duduk anteng di kursi penumpang.Sambil menggerutu, Alle mulai membuka pintu mobil dan turun dengan kondisi tubuhnya yang sudah lesu duluan.Seumur hidupnya, Alle tidak pernah datang ke tempat seperti ini. Hidupnya lurus-lurus saja meski sering mendengar beberapa cerita dari teman-teman kelasnya y