Beranda / Romansa / Suami Pengganti untuk Adara / 54). Perebut Pacar dan Perebut Suami

Share

54). Perebut Pacar dan Perebut Suami

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
***

"Lho kok lurus sih, Dan? Kan harusnya masuk?"

Felicya mengerutkan keningnya ketika Danendra terus mendorong kursi rodanya. Padahal, seharusnya dia berhenti persis di depan pintu unit apartemen yang baru saja mereka lewati.

"Kita belum sampai, Fel."

"Maksudnya?" tanya Felicya tak paham.

Danendra berhenti mendorong kursi roda lalu berdiri, sementara Felicya langsung menoleh ke arahnya.

"Maksud kamu apa?" tanya Felicya.

"Lupa tadi siang aku bilang apa?" tanya Danendra. "Sebagai hukuman atas apa yang kamu lakuin ke Adara, aku mau kamu pindah dari apartemen aku."

"Kamu serius soal itu?" tanya Felicya.

Teresa tak bisa dihubungi sejak sore tadi, Felicya menyangka perempuan itu berhasil membujuk Danendra untuk tak mengusirnya dan ketika Danendra datang untuk menjemput, keyakinan Felicya akan batalnya pengusiran semakin kuat.

Namun, kini dia justru dibuat bingung dengan Danendra yang tak membawanya masuk ke apartemen milik pria itu.

"Kamu pikir aku becanda?" tanya Danendra. "Aku emang baik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suami Pengganti untuk Adara   55). Adara Sakit?

    ***"Ra, are you okay?"Berdiri di depan pintu kamar mandi, raut kekhawatiran begitu nampak di wajah Danendra ketika kini di dalam kamar mandi sana, Adara terdengar muntah-muntah.Mengeluh tak enak badan sejak semalam, Danendra pikir Adara kelelahan. Namun, pagi ini dia dibuat khawatir karena istrinya itu tiba-tiba saja merasa mual lalu muntah-muntah."Sebentar, Dan."Beberapa menit menunggu, pintu kamar mandi terbuka dan yang dia lihat adalah wajah pucat Adara yang nampak begitu lemas setelah memuntahkan semua isi perutnya."Kamu baik-baik aja?" tanya Danendra khawatir."Perutku masih enggak enak sih," kata Adara sambil mengelus perutnya yang masih dibalut piyama satin."Ke dokter ya," ajak Danendra. "Aku takut kamu kenapa-kenapa.""Aku harus ngantor," kata Adara. "Kerjaanku lagi banyak.""No," jawab Danendra dengan segera. "Gak ada ngantor hari ini, kamu ke rumah sakit sama aku. Kita ke dokter.""Tapi Dan-""Tunggu," pinta Danendra.Berjalan menuju meja nakas, Danendra mengambil pon

  • Suami Pengganti untuk Adara   56). Tes Darah

    ***"Tahu gini aku naik taksi aja, sama-sama duduk di belakang."Omelan itu akhirnya dilontarkan Felicya ketika dia, Danendra, juga Adara sedang berada dalam perjalanan menuju butik.Adara ikut bersama Danendra, tentu saja yang mengalah untuk duduk di belakang adalah Felicya karena Danendra akan selalu mengutamakan Adara.Sebaik apapun sikapnya pada Felicya, bagi Danendra istri adalah yang utama dan tentunya di atas segalanya. Sedarurat apapun itu, dia tak akan pernah menomor duakan Adara karena kenyamanan perempuan itu paling penting baginya.Apalagi sekarang Adara sedang tak baik-baik saja."Mau turun?" tanya Danendra tanpa menoleh, sementara Adara hanya duduk bersandar sambil menikmati rasa pusing juga mual yang masih ada."Maksud kamu?" tanya Felicya."Barusan kan kamu bilang mendingan naik taksi aja daripada sama aku, tapi duduk di belakang," ucap Danendra. "Kali aja mau turun?""Kamu tega emangnya nurunin aku di jalan?""Daripada kamu enggak nyaman, kan?""Ish." Memeluk kedua ta

  • Suami Pengganti untuk Adara   57). Kabar Mengejutkan

    ***"Saya sakit apa?"Tak langsung menjawab ucapan Adara, dokter perempuan bernama dokter Ria itu justru mengukir senyuman tipis sambil memandang Adara dan Danendra secara bergantian."Menurut hasil test darah yang baru saja dilakukan, Ibu Adara tidak sakit apa-apa," ucap dokter Ria. "Tapi ibu Adara sedang mengandung."Raut wajah Adara dan Danendra sama-sama terlihat cukup terkejut dengan pernyataan yang baru saja dilontarkan dokter Ria.Tentu saja, tak ada angin, tak ada hujan—bahkan tak pernah disangka sebelumnya, Adara tiba-tiba saja dinyatakan hamil. Bukankah itu terlalu mengejutkan?Apalagi, baik Adara maupun Danendra belum berencana untuk memiliki momongan dalam waktu dekat. Namun, karena semua sudah terjadi, bukankah tugas keduanya sekarang adalah menjaga?"Me-mengandung?" tanya Danendra sedikit tergagap. "Maksud dokter istri saya hamil?""Betul, Pak," kata dokter Ria. "Jika dihitung dari tanggal terakhir Bu Adara menstruasi, sekarang usia kehamilan Bu Adara itu hampir menginja

  • Suami Pengganti untuk Adara   58). Nasehat Danendra

    ***"Dan, maaf."Dua kata itu akhirnya diucapkan Adara untuk Danendra yang sejak tadi hanya diam sambil mengemudikan porsche hitamnya meninggalkan rumah sakit.Setelah ungkapannya, Danendra memang tak menunjukkan rasa marah sama sekali. Namun, dari diamnya pria itu, Adara cukup sadar jika suaminya itu kecewa dengan ucapannya.Tentu saja. Pria mana yang tak akan kecewa ketika di tengah rasa bahagia karena kehadiran calon buah hati, sebuah ucapan tak siap justru diucapkan dari calon ibu dari anaknya.Sekali lagi, Danendra manusia biasa. Dia tak sesempurna malaikat yang tak bisa marah atau kecewa."Maaf buat apa?" tanya Danendra tanpa menoleh pada Adara."Yang tadi," ucap Adara. "Aku minta maaf, seharusnya aku enggak ngomong gitu sama kamu.""Enggak apa-apa," kata Danendra. "Kamu belum siap itu wajar kok.""Dan.""Hm?""Jangan marah," kata Adara. "Aku seneng kok sama kehadiran janin di rahim aku, cuman aku emang belum sepenuhnya siap, tapi aku janji aku akan menyiapkan diri aku untuk ana

  • Suami Pengganti untuk Adara   59). Permintaan Resign

    ***"Jadi kapan mau berhenti kerja?"Adara yang sedang menyantap makan siangnya seketika langsung terbatuk ketika pertanyaan tersebut diucapkan Teresa secara tiba-tiba.Mengambil segelas air yang diberikan Danendra, dia berusaha menenangkan dirinya dulu sebelum kembali bertanya pada sang mertua."Maksud Mama?" tanya Adara."Kamu kan hamil, kapan mau berhenti kerja?" tanya Teresa—mengulang lagi pertanyaannya, membuat Adara melirik Danendra dan tentunya yang dilirik cukup paham karena setelahnya dka langsung buka suara."Dara enggak akan berhenti kerja, Ma," kata Danendra."Lho, kok enggak berhenti?" tanya Teresa. Dia kemudian menatap Adara. "Lagi hamil lho kamu ini, enggak boleh capek-capek.""Kerja Dara enggak capek kok, Ma," ucap Adara. "Kan kerjanya di ruangan, jadi irit tenaga.""Tenaga irit, tapi otaknya kerja," ucap Teresa. "Justru lebih bahaya kalau otak yang kerja. Stress dikit, kamu bisa pendaraha.""Jangan ngomong yang jelek dong, Ma," kata Danendra.Teresa mendesah. "Bukan n

  • Suami Pengganti untuk Adara   60). Danendra Tega?

    ***"Kancingin yang bener sweaternya, Sayang."Danendra mengukir senyum lalu meraih satu persatu kancing cardigan rajut yang dipakai Adara malam ini, untuk menutupi piyama satin abu yang dia pakai.Katanya, hormon selama masa kehamilan bisa berpengaruh pada sikap seorang perempuan. Terkadang berubah menjadi lebih manja, ataupin sebaliknya.Dan sepertinya masa itu sedang terjadi pada Adara, sekarang. Dia yang biasanya memilih tinggal di apartemen ketika Danendra menjemput Felicya, malam ini berbeda.Dengan alasan klasik—tak mau ditinggal sendiri di apartemen, Adara tiba-tiba saja merengek pada Danendra untuk meminta ikut menjemput Felicya.Sadar apa yang dilakukan istrinya bisa saja bagian dari ngidam, tentunya Danendra tak banyak protes dan langsung mengiakan permintaan Adara dengan syarat; perempuan itu harus mau memakai jaket karena cuaca malam ini bisa dibilang cukup dingin."Udah selesai," kata Danendra setelah cardigan yang dipakai Adara berhasil dia kancingkan."Makasih, Dan," k

  • Suami Pengganti untuk Adara   61). Ucapan Ngawur Felicya

    ***"Udah enggak mual lagi?"Adara menggeleng pelan ketika pertanyaan tersebut diucapkan Danendra. Usia kehamilannya yang masih terbilang cukup muda, wajar memang bagi Adara mengalami mual maupun muntah secara dadakan, seperti sekarang ini.Di tengah perjalanan, Adara tiba-tiba saja meminta Danendra untuk berhenti ketika perutnya yang semula normal, merasa mual.Menemukan jalanan sepi, Adara terpaksa turun dari mobil lalu memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan dan tentunya—sebagai suami siaga, Danendra langsung menemani istrinya itu—meninggalkan Feli yang jelas menggerutu."Udah enggak," jawab Adara.Tak langsung bergegas. Adara memilih untuk berjongkok sebelum kembali masuk ke mobil."Minum lagi airnya, Ra," kata Danendra sambil menyodorkan sebotol air mineral yang kebetulan ada di mobilnya."Makasih, Dan."Meraih botol minum tersebut, Adara meneguknya kembali. Mengumpulkan tenaga, dia berusaha untuk berdiri—diikuti Danendra yang melakukan hal serupa."Pulang?" tanya Danendra."Iy

  • Suami Pengganti untuk Adara   62). Pagi-pagi Debat

    ***"Kayanya kamu harus libur lagi hari ini."Mendengar ucapan Danendra, Adara yang sejak tadi duduk di karpet samping kasur seketika mendongak lalu memasang wajah tak terima."Enggak, Dan. Enggak mau," tolak Adara dengan segera. Rasanya satu hari libur saja sudah cukup untuk Adara, dan hari ini dia harus kembali ke kantor, meskipun pada kenyataannya kondisi tubuh sedang tak mendukung.Biasa terjadi. Adara yang setiap pagi biasanya baik-baik saja kini harus mengalami morning sickness setelah kehamilannya terungkap kemarin.Mual dan muntah juga rasa pusing yang mendera harus dia alami pagi ini dan tentu saja semua itu cukup menguras tenaga sampai-sampai dia terduduk lemas di bawah.Danendra? Melihat keadaan istrinya seperti ini tentu saja dia khawatir. Tak kuasa rasanya dia melepaskan Adara untuk pergi bekerja dengan keadaan yang tak baik-baik saja.Bahkan kini, Danendra mulai memikirkan ucapan Teresa yang menyarankan Adara untuk berhenti bekerja. Gilanya, sebagian pikiran Danendra j

Bab terbaru

  • Suami Pengganti untuk Adara   316). Extra Chapter 14

    *** "Onty, Reano mana. Kok enggak kelihatan dari tadi?" Adara yang sedang menyapa para tamu seketika menoleh saat sebuah pertanyaan diucapkan seorang laki-laki muda yang malam ini tampan dengan kemeja navy bluenya. Danial. Yang baru saja bertanya pada Adara adalah Danial. "Eh, Nial. Rean kayanya masih di jalan." "Lho, enggak bareng?" "Mana maulah bareng sama Onty," kata Adara. "Dia kan jemput pacarnya." "Masih sama Lula?" "Masih." Danial tersenyum. "Awet juga ya, enggak kaya kakaknya." "Haha iya." "Ya udah, Nial gabung dulu sama yang lain ya Onty." "Iya, Nial." Malam ini adalah malam yang cukup membahagiakan bagi keluarga besar Alexander—khususnya keluarga Adam karena sebuah pesta tengah digelar di ballroom hotel berbintang di kota Jakarta. Bukan pertunangan atau pernikahan, pesta yang dirancang oleh anak-anak juga para menantu Adam itu adalah sebuah perayaan aniversary pernikahan Adam dan Teresa yang ke lima puluh delapan tahun. Cukup lama Adam menjalin

  • Suami Pengganti untuk Adara   315). Extra Chapter 13

    ***"Duh siapa sih?"Masih dengan kedua mata terpejam, Alula mengulurkan tangannya—meraba-raba meja nakas di samping kasur untuk mencari ponsel yang saat ini berdering cukup nyaring.Entah siala yang menelepon, yang jelas Alula merasa sangat terganggu oleh bunyi dering ponselnya tersebut."Ketemu," gumam Alula ketika akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya.Mengambil ponsel tersebut, perlahan Alula membuka matanya dan yang dia temukan di layar adalah nama Reano."Reano. Ngapain sih?"Beringsut, Alula mengubah posisinya menjadi duduk sebelum akhirnya menjawab panggilan dari Reano."Halo, Rean. Kenapa?" tanya Alula parau."Baru bangun?""Iya.""Dih, belum sholat dong?" tanya Reano."Emang ini jam berapa?" tanya Alula yang memang belum sempat melihat jam baik itu di ponsel mau pun di dinding kamar."Jam lima pagi," kata Reano. "Ke air gih sana, cuci muka, wudhu, terus sholat.""Iya.""Nanti jam enam aku ke kamar kamu," ungkap Reano—membuat Alula seketika mengerutkan keningnya."Mau nga

  • Suami Pengganti untuk Adara   314). Extra Chapter 12

    ***"Jaga diri baik-baik di sana, awas jangan macam-macam.""Iya, Ma. Siap."Pukul delapan pagi, Reano sudah siap dengan penampilannya yang bisa dibilang cukup rapi. Membawa koper berwarna hitam berisi pakaian ganti, remaja yang satu bulan lalu baru saja genap delapan pelas tahun itu sudah tiba di bandara, diantar Adara juga Danendra.Tujuannya? Tentu saja Jerman. Memanfaatkan libur panjang sebelum masuk kuliah, Reano memang meminta izin pada kedua orang tuanya untuk pergi ke Jerman menemui Nara.Tak sendiri, Reano pergi bersama Alula yang memang ingin menghabiskan waktu liburan di luar negeri.Berhubung kedua orang tuanya sibuk, Alula memutuskan untuk ikut bersama Reano yang sejauh ini bisa dipercaya menjaga putri bungsu seorang Arkananta itu."Jangan macam-macam kalian di sana. Ingat, pisah kamar," kata Aludra memperingatkan."Iya, Mama. Masa satu kamar?" tanya Alula. "Lagian uncle Danen kan udah pesenin dua kamar buat aku sama Reano.""Tenang aja, Ra. Aku udah pesenin kamar yang be

  • Suami Pengganti untuk Adara   313). Extra Chapter 11

    ***'Hati-hati di jalan.'Elara yang baru saja memasukkan beberapa baju ke dalam tas seketika mengukir senyumannya ketika sebuah pesan yang bisa dibilang cukup romantis masuk ke ponselnya—membuat dia terbang ke angkasa dengan perasaan yang berbunga-bunga.Bukan dari orang sembarangan, pesan tersebut berasal dari Regan yang memberikan peringatan pada Elara karena sore ini gadis itu akan berangkat menuju Bandung untuk menginap di rumah Aksa selama dua malam.Alasannya? Tentu saja Elara ingin menemui Regan yang satu minggu lalu resmi menjadi pacarnya.Dicomblangkan oleh Respati lalu saling mengenal via virtual selama sebulan lebih, Elara dan Regan sepertinya memiliki banyak kecocokan lalu pada akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan setelah Regan menyatakan cintanya lebih dulu seminggu yang lalu.Regan memang jarang bicara bahkan terkesan dingin, tapi di dekat orang yang membuatnya nyaman, Regan kadang berubah seratus delapan puluh derajat dan bagi Elara, Regan ternyata cukup menyena

  • Suami Pengganti untuk Adara   312). Extra Chapter 10

    ***"Oke, istirahat dulu aja ya.""Siap, Kak!"Menyimpan semua peralatan yang ada, para siswa juga siswi yang siang ini memakai pakaian olahraga lantas membubarkan diri lalu berjalan ke pinggir lapangan pun dengan siswi yang kini melangkah untuk menghampiri seseorang di bangku pinggir lapangan."Kamu kalau bosen, pulang aja."Istirahat dari latihannya, Alula langsung menghampiri Reano yang sejak tadi setia menunggu sambil bersandar pada tembok.Sejak masuk di SMA yang sama Alula dan Reano bisa dibilang cukup dekat—lebih tepatnya sengaja didekatkan oleh Adara yang memang menginginkan Reano lupa dengan perasaannya pada Nara.Setiap pagi juga siang setelah pulang sekolah, Reano diwajibkan menjemput dan mengantar Alula ke rumahnya bersama supir karena memang usia yang belum tujuh belas tahun membuat Reano belum diizinkan memakai kendaraan sendiri.Reano sebenarnya sudah beberapa kali menolak karena memang didekatkan paksa seperti ini membuatnya tak nyaman.Namun, sederet ancaman penyitaan

  • Suami Pengganti untuk Adara   311). Extra Chapter 9

    ***"Reres, kamu ngapain ke sini?"Keluar dari pintu gerbang sekolah, Elara mengerutkan kening ketika mendapati seorang siswa laki-laki dengan seragam yang berbeda dengannya tengah berdiri sambil mengukir senyuman.Respati.Bukan pacar atau gebetan, siswa laki-laki yang kini tengah bersandar di pintu mobil sedan hitam adalah sepupu Elara—anak dari saudara Danendra."Hai, Kak El," sapa Respati sambil mengangkat telapak tangannya. "Apa kabar?""Baik," kata Elara apa adanya. "Kamu apa kabar?""Baik juga," ucap Respati."Kamu ngapain ke sekolahan aku? Ada urusan apa gimana?" tanya Elara."Iya ada urusan sama Kak El," ucap Respati—membuat Elara seketika mengerutkan keningnya."Urusan apa?""Hm." Respati bergumam pelan, sementara wajahnya terlihat menunjukkan sebuah keraguan. "Mau minta bantuan sih, Kak?""Bantuan apa?"Respati menggaruk tengkuknya yang bahkan tak gatal sama sekali."Res?""Ah iya, Kak. Bantuan apa sih?" tanya Elara. "Ngomong aja. Enggak usah ragu.""Hm, nanti malam Kakak s

  • Suami Pengganti untuk Adara   310). Extra Chapter 8

    ***"Baik-baik di sekolah. Jangan banyak tingkah."Sambil mengoleskan selai ke roti, ucapan tersebut dilontarkan Adara pada Reano yang saat ini baru saja duduk di meja makan.Setelah dua minggu liburan berlangsung, tahun ajaran baru akhirnya tiba dan hari ini Reano akan memulai kegiatan sekolahnya di SMA.Sesuai perintah, mau tak mau Reano menurut untuk bersekolah di SMAN 8. Padahal, sudah sejak jauh-jauh hari remaja itu menginginkan sekolah di SMAN 34 karena memang hampir semua teman dekatnya bersekolah di sana."Mau joged di tengah lapangan," celetuk Reano."Apaan sih? Kalau dikasih tahu itu jawab yang benar. Bukan kaya gitu."Elara yang baru saja siap, lantas menoyor kepala adiknya itu dengan tangan kanan sementara tangan kirinya menarik kursi untuk duduk."Kamu juga apaan? Kepala itu sensitif. Enggak usah pake noyor," ketus Reano tak suka.Berbeda dengan kebanyakan siswa yang biasanya bahagia ketika masuk di sekolah baru, Reano justru sebaliknya.Selain karena sekolah yang dia tem

  • Suami Pengganti untuk Adara   309). Extra Chapter 7

    ***"Kamu kenapa?"Menghampiri Adara di pinggir kolam, Danendra langsung mengucapkan pertanyaan tersebut setelah beberapa menit lalu terus memperhatikan sang istri yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu."Dan. Kamu di sini.""Orang-orang di dalam, kamu kok di luar?" tanya Danendra. "Lagi mikirin apa sih, hm?""Reano," kata Adara.Danendra mengerutkan keningnya. Dia yang datang membawa segelas air putih lantas menarik kursi lalu duduk di depan Adara."Apa yang kamu pikirkan tentang Reano?" tanya Danendra."Kamu lupa sama apa yang dia omongin tadi di mobil?" tanya Adara. "Reano bilang dia cinta sama Nara, Dan.""Terus masalahnya di mana?""Kok kamu nanya gitu, Danen?" tanya Adara tak suka. "Ya enggak bolehlah! Reano sama Nara itu saudara. Mereka enggak boleh saling mencintai lebih dari sekadar saudara.""Tapi kan bukan kandung," ucap Danendra. "Dalam segi agama ataupun negara, mereka sah-sah aja kalau mau punya hubungan.""Enggak!" pungkas Adara. "Sampai kapan pun aku enggak akan res

  • Suami Pengganti untuk Adara   308). Extra Chapter 6

    ***"Males ikut, Ma."Mendengar ucapan tersebut, Adara menoleh seketika lalu memandang putranya sambil menaikkan sebelah alis."Males ikut apa?""Rean malas ikut ke Bandung."Pagi ini—seminggu setelah kepergian Nara ke Jerman, keluarga Adara akan bertolak menuju Bandung, menghadiri undangan yang diberikan keluarga Aksa.Bukan pesta besar, di Bandung sana Aksa hanya merayakan syukuran atas kelulusan putri angkatnya Aileen di salah satu universitas terbaik di kota Bandung dengan nilai yang juga tentunya sangat baik.Tak hanya Danendra dan keluarga, nantinya Adam juga Teresa pun akan datang bersama supir lalu Danish juga terbang dari Surabaya bersama keluarganya."Kenapa?" tanya Adara.Tak tahu tentang yang terjadi pada Nara, Adara memang mulai bersikap biasa kembali. Perempuan itu mencoba menghibur diri dari rasa sedih kehilangan Nara karena tentunya dia berpikir sang putri tak akan lama pergi.Berbeda dengan Adara yang berusaha menghibur diri, Reano justru seperti orang tak bersemangat

DMCA.com Protection Status