Perjalanan menuju kota Bogor tentu membutuhkan waktu cukup lama. Bahkan setelah menjalani pernikahan keduanya, Akira kehilangan komunikasi dengan adik mendiang ayahnya, paman Tio. Namun Akira masih ingat alamat rumahnya. Tak ada pilihan lain selain menyendiri untuk sementara waktu. Hari sudah semakin larut, tatkala mobil yang ditumpanginya memasuki gang perumahan paman Tio. “Rumah nomor dua puluh pak, saya akan turun di sana,” ucap Akira pada pengemudi taksi online. Pengemudi mengangguk lalu segera memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah nomor 20. Setelah membayar ongkos taksi, Akira segera keluar dari mobil. Pengemudi kembali memacu mobilnya menjauh, namun Akira masih berdiri mematung di depan gerbang yang tidak terlalu tinggi. Memandang keadaan rumah yang sudah sangat sepi dengan satu penerangan di teras rumah. Akira menghela nafas panjang, sebelum tangannya menyentuh pintu besi dan membukanya. Dia kembali melangkah memasuki pekarangan rumah, melewati mobil om Tio yang
Paman Tio yang sedari tadi ikut mendengar ponsel Akira berdering, membuatnya penasaran.“Siapa Akira? Apa itu suamimu?” tanya Tio penasaran. Kini mereka masih duduk di ruang tamu. Tio terus mendesak Akira tentang apa yang membuat keponakannya ini pergi tanpa suaminya.Fokus Akira teralihkan, tadinya dia hanya memandang pada layar ponsel yang tertulis nama Anggara di sana. Namun kini memandang paman Tio. Haruskah dia mengangkat panggilan Anggara?“Angkatlah, nak! Paman tahu, pasti suamimu cemas. Katakan padanya jika kamu menginap di sini, agar dia tidak khawatir,” perintah paman Tio.“Iya Akira, kasihan Anggara. Pasti sekarang dia sedang mencarimu,” timpal Alice.Kedua suami istri itu sama-sama menduga jika pertengkaran rumah tangga terjadi antara keponakan dan suaminya.Akira ragu, namun pada akhirnya dia menerima panggilan Anggara.“Mas, aku baik-baik saja,” ucap Akira menjawab pertanyaan dari pria di seberang telepon.Akira masih belum siap untuk memberitahu tentang keberadaannya se
Keesokan harinya, Anggara kembali ke rumah orang tuanya untuk mencari keberadaan ponsel lama miliknya.Mungkin dia masih menyimpan nomor paman Tio. Setidaknya dia harus memastikan keberadaan Akira, untuk menghapus sedikit rasa cemas dalam hati.Akhirnya Anggara menemukannya, namun sayangnya ponsel dalam keadaan mati karena kehabisan daya. Anggara menghubungkan ponselnya dengan alat penambah daya, menunggu hingga beberapa menit sampai ponsel bisa dihidupkan.Anggara bernafas lega, tatkala menemukan nomor paman Tio masih tersimpan. Dia segera menyalin nomor paman Tio pada ponsel barunya.[Paman Tio? Maaf mengganggu, apa istriku berada di rumah paman? Anggara.]Anggara menunggu, namun pesan yang dia kirim hanya centang satu. Membuat pertanyaan terlintas dalam pikirannya. Apa mungkin paman Tio sudah mengganti nomor?Anggara segera melangkah keluar kamar, setelah menyimpan ponsel lamanya kembali.“Ada apa Ang? Apa terjadi sesuatu?” tanya Ruth saat melihat putranya.Anggara menghela nafas b
“Siapa kamu? Apa tujuanmu memintaku datang kemari?” tanya Clara. Tatapannya menelisik pada pria tampan dengan rambut panjang diikat, yang duduk di hadapannya.“Aku teman lama Argi. Aku hanya ingin bertanya sesuatu padamu, Clara. Dan aku harap kamu mengatakannya dengan jujur,” jawab Anggara.“Benarkah? Kamu teman Argi? Tapi mengapa aku tidak pernah melihatmu?” ada binar dalam sorot mata Clara. Entah mengapa, dia merasa ada harapan.Anggara tersenyum simpul, “tentu kamu tidak pernah melihatku, karena selama ini aku ada urusan di luar. Bisakah kamu ceritakan tentang hubunganmu dengan temanku Argi?” Anggara berusaha menunjukkan wajah ramah, agar wanita di hadapannya merasa nyaman.Clara merasa sedikit aneh dengan pertanyaan lelaki di hadapannya. Tiba-tiba memintanya bertemu dan bertanya tentang hal pribadi.“Mengapa kau ingin mengetahuinya? Apa temanmu menceritakan tentangku padamu?” tanya Clara dengan pandangan memicing.Anggara terdiam beberapa saat, memikirkan alasan yang masuk akal da
“Apakah rekaman ini bisa dijadikan bukti untuk penggugatan cerai?” tanya Anggara saat sedang berada di ruang kerja pengacara Kim. Dia sudah memutar hasil rekaman suara berisi percakapannya dengan Clara dan menunjukkannya pada Kim. Mata Kim terlihat memicing, melirik pada Anggara di balik kacamata kotaknya. “Dimana nyonya Akira berada sekarang?” “Dia sedang berada di suatu tempat, mungkin untuk sementara Akira butuh sedikit waktu untuk menyendiri,” jawab Anggara. “Tolong kirim file rekaman suara ini padaku. Dan untuk berkas selanjutnya harus nyonya Akira sendiri yang menandatangani. Apa anda tahu keberadaan nyonya?” Anggara terdiam memandang ke arah Kim. Bahkan dia pun belum sempat membuktikan dugaannya tentang keberadaan istrinya. “Beri aku waktu, secepatnya aku akan mengajak istriku untuk menemuimu.” “Tentu, jangan terlalu terburu-buru. Saya akan mempersiapkan berkas-berkas untuk diajukan di pengadilan nantinya. Jika memungkinkan, anda bisa meminta wanita selingkuhan untuk menj
‘Braakkkk’Argi menggebrak meja kerja, melampiaskan amarahnya ketika mendengar berita yang begitu menggemparkan.Argi Rinega pengusaha kondang tanah air, tengah terlibat hubungan terlarang dengan mantan sekretarisnya.Tentu berita itu membuat reputasinya hancur seketika. Bahkan beberapa investor menarik investasinya dari perusahaan Rinega Corp. Bukan tanpa alasan, justru berita inilah penyebab utama nama baik Argi Rinega terasa dipermalukan di depan umum.“Cari siapa yang sudah menyebar berita ini! Dan cari wanita murahan itu, bawa dia ke hadapanku!” teriaknya pada orang yang tengah dia hubungi lewat sambungan telepon.Bayu yang berada satu ruangan dengan Argi, juga merasa terkejut. Dia tidak menyangka jika berita ini tersebar begitu cepat.“Bayu, apa kau yakin bukan kau yang menyebarkan berita ini?” tanya Argi dengan tatapan tajam pada asisten pribadinya.“Tentu, untuk apa aku menyebarnya? Bukankah kita—,”“Tentu demi uang? Aku tidak yakin jika bukan kau pelakunya. Karena yang menget
Anggara sengaja menutupi tubuh mereka dengan selimut tebal yang sudah disediakan Alice. Hidung bangirnya mengendus wangi sampo dari rambut sang istri. Meskipun wanginya sedikit berbeda, namun mampu membangkitkan hasrat kelelakian Anggara. Tangan besarnya terulur untuk menyibak rambut Akira yang menutupi sebagian lehernya. Mengusap dengan gerakan lembut area leher serta pundak Akira yang sedikit terbuka. Sentuhan yang membuat Akira ikut terhanyut di dalam pusaran cinta yang diciptakan oleh suaminya. Tangan Anggara bergerak untuk memutar tubuh Akira agar menghadap ke arahnya. Kini dia bisa memandang wajah cantik istrinya, meskipun dalam ruangan yang minim penerangan. Hanya sorot lampu dari arah dapur yang menjadi satu-satunya penerangan. Anggara menelusuri setiap inci wajah cantik itu. Menyibak rambut panjang yang sedikit menutupi wajah Akira. Berakhir pada usapan ibu jarinya pada bibir ranum Akira. Bibir yang tampak merah meski tanpa sapuan lipstik. Sungguh bibir yang selalu membua
Anggara tak tahan lagi, celananya terasa sesak karena miliknya yang begitu keras.Dia beranjak membuka semua kain yang melekat di tubuhnya. Membiarkan Akira melihat dengan jelas miliknya yang sudah tegak berdiri, sembari dirinya mengikat kencang rambut panjangnya agar tidak mengganggu.Tangan Akira terulur menyentuh dada Anggara, dimana lukisan wajahnya terukir di tubuh suaminya. Tanda cinta Anggara yang sengaja dibuat, dulu saat mereka melakukan bulan madu di Bali.Setelah sekian lama, akhirnya kembali melihat bukti cinta itu. Senyuman tipis terlukis di bibir Akira.Anggara merendahkan tubuhnya, memposisikan dirinya tepat di atas Akira dengan posisi kedua kaki Akira yang berada di samping pinggangnya.Tangan Anggara membelai rambut juga wajah istrinya yang selalu terlihat cantik meski sedikit tirus.“Apa aku boleh meminta hakku sekarang, sayang?” tanya Anggara meminta ijin sebelum miliknya memasuki rahim sang istri.“Apa mas tidak merasa jijik padaku? Aku bahkan merasa tubuh ini koto
Dokter wanita menghembuskan nafas pelan, lalu kembali memandang Akira. “Jangan khawatir nyonya Akira, bayi-bayi anda tumbuh dengan baik. Kabar yang akan kalian dengar justru adalah kabar baik.” Dokter menjeda ucapannya. Anggara yang sedari tadi memperhatikan ucapan dokter dengan serius, kini bisa bernafas lega. Dokter mengalihkan pandangan ke Anggara lalu berkata, “pak Anggara, istri anda tengah mengandung bayi kembar.” Ucapan dokter sontak membuat Anggara terkejut hingga matanya membulat sempurna. Namun hanya sesaat, raut wajahnya berganti dengan kebahagiaan. “Benarkah?” tanyanya seakan ingin memastikan perkataan dokter. Dokter wanita itu segera menunjuk ke arah monitor, memperlihatkan rahim Akira yang memiliki dua kantong janin yang terpisah. Masing-masing kantong terlihat calon buah hati mereka yang terlihat sangat kecil. Rasa kebahagian Akira kini semakin lengkap. Kehilangan putra tercinta setahun yang lalu, namun kini Tuhan menggantinya dengan dua anak sekaligus. Tak henti
“Seperti dugaan saya, nyonya Akira hamil. Dan usia kandungannya masih lima Minggu,” ucap dokter Arya. “Nanti jika ingin mengetahui detailnya, anda bisa mengunjungi rumah sakit. Kami bisa melakukan USG untuk memastikan.” Orang-orang yang berdiri mengelilingi Akira sangat terkejut, terlebih Anggara yang sudah berbulan-bulan menantikan kabar baik ini. “Secepatnya kami akan mengunjungi rumah sakit. Lalu apa ada obat untuk mengurangi mual? Hari ini istri saya sering merasakan mual,” tanya Anggara sembari menggenggam erat tangan Akira. “Saya akan resepkan obat mual dan vitamin. Nanti tolong pak Anggara menebusnya di apotik terdekat.” Dokter pun segera menulis resep dan memberikannya pada Anggara. “Terima kasih, dok.” Anggara hendak mengantarkan dokter itu, namun Baskoro menahannya. “Temanilah istrimu! Biar papa yang mengantar dokter Arya,” ucap Baskoro terdengar seperti sebuah perintah. Anggara pun mengangguk, kembali menghampiri istrinya dan duduk di sisi ranjang. “Kau dengar? Anak k
Karena tamu undangan sudah hadir, maka acara segera dimulai. Anggara dan Akira berdiri di samping putri kesayangannya.Ashley tampak cantik dengan balutan dress putih. Rambut hitam lebatnya terurai berhiaskan sebuah mahkota di atas kepala.Lagu selamat ulang tahun berkumandang, mengiringi orang-orang yang bernyanyi. Setelah lagu selesai, Ashley meniup lilin angka tiga itu dengan antusias.Kini giliran Ashley menyuapkan kue pertama pada kedua orang tuanya. Ashley mengambil sesendok kue, hendak memberikan suapan pertama pada ibunya.Akira menerima suapan itu, lalu mencium kening Ashley dengan penuh kasih. Namun saat hendak menelan kue, mendadak perutnya bergejolak. Diapun segera menutup mulutnya dengan telapak tangan.“Ada apa sayang?” tanya Anggara dengan raut wajah panik. Namun Akira hanya menepuk bahu Anggara dan segera menuruni panggung dengan langkah terburu-buru.Anggara kehilangan konsentrasi, namun tak mungkin jika dirinya pergi dari sana meninggalkan putrinya sendiri. Maka dari
Dalam sepekan, Anggara dan keluarganya menghabiskan waktu liburnya di Pulau Dewata, tentu waktu yang membahagiakan dan banyak kenangan yang terukir.Janji Anggara dua tahun lalu sudah digenapi. Sebelum dia berangkat ke Jepang, Anggara telah berjanji akan mengajak istrinya untuk berlibur ke Bali. Namun karena kasus kematian palsunya, membuat janji itu tertunda.Namun takdir kembali mempertemukan dirinya dengan Akira dan keluarga kecilnya.Waktu berjalan sangat cepat, kehidupan rumah tangga Akira dan Anggara hanya dipenuhi oleh kebahagian.Pagi itu keluarga Anggara tengah menyiapkan sebuah pesta untuk ulang tahun Ashley yang ketiga.Pekarangan rumah telah ditata oleh tim pendekor yang sengaja disewa Anggara. Dekorasi layaknya pesta kebun. Dengan sebuah panggung kecil di tengah taman. Serta beberapa pernak pernik anak perempuan, dari bunga dan balon warna-warni.Anggara sengaja meliburkan seluruh karyawannya agar bisa datang memeriahkan acara. Juga tetangganya yang memiliki anak kecil ju
Malam semakin larut, ketika mereka tiba di tempat penginapan. Jarak yang tak terlalu jauh, namun karena kondisi macet membuat perjalanan terasa lambat.Kini Anggara dan Akira berada di kamar mereka yang berada di bangunan terpisah dengan bangunan utama, dimana kedua orangtuanya beristirahat.“Mas Aang, mau mandi duluan?” tanya Akira yang merasa tubuhnya terasa lengket karena perjalanan panjang.“Mandilah terlebih dulu, nanti aku menyusul,” jawab Anggara, lalu membimbing istrinya untuk memasuki kamar mandi terlebih dulu.Akira memutuskan untuk merendam tubuhnya dalam bathup yang telah terisi dengan air hangat. Mungkin dengan ini, bisa membuat tubuhnya rileks dan rasa lelahnya hilang.Akira segera mengikat rambut panjangnya dan menanggalkan seluruh kain yang melekat di tubuhnya, lalu melangkah memasuki bathup.Dan benar, tubuhnya terasa rileks ketika terendam dalam air hangat yang dipenuhi busa itu.Hingga beberapa menit berlalu, Akira menyadari jika suaminya tak kunjung datang. Bukanka
Anggara sudah merencanakan liburan keluarga. Selama satu pekan menghabiskan liburan di Pulau Dewata. Menyerahkan segala tugas kantornya pada Taufan dan Bayu.Meskipun awalnya Anggara hendak melakukan bulan madu berdua, namun hatinya tidak tenang jika tidak mengajak Ashley.Baskoro dan Ruth turut serta dalam perjalanan kali ini.“Ang, papa dan mama tinggal di rumah saja. Bukankah ini liburan untuk kalian berdua? Maksud mama, kamu dan istrimu?” “Justru itu ma, aku akan tenang jika putriku juga ikut. Maka dari itu, Aang meminta mama dan papa juga ikut. Kita bisa menghabiskan akhir tahun di sana,” jelas Anggara.Hingga akhirnya Ruth dan Baskoro pun menuruti permintaan putranya, karena Anggara sudah terlanjur memesan tiket untuk semua keluarganya.“Baiklah, anggap saja mama jadi pengasuh Ash nanti dan kalian cepatlah memiliki momongan lagi. Mama tidak sabar ingin menggendong cucu lagi,” balas Ruth mengerlingkan mata ke arah menantunya. Membuat Akira tersipu dengan pipi merona merah."Ini
“Lakukan, mas! Aku menginginkannya!” ujar Akira dengan nafas terengah-engah, menahan gejolak gairah yang mulai muncul.Anggara kembali memagut bibir Akira, sembari memasukkan miliknya dalam tubuh sang istri. Gerakan perlahan, hingga miliknya terbenam seluruhnya dalam rahim Akira.Menikmati sensasi yang membuat keduanya sama-sama tenggelam dalam lautan kenikmatan.“Mphhhhhh…” Akira mendesah tertahan, karena mulutnya yang terbungkam. Membiarkan lidah Anggara menjelajahi rongga mulutnya.Hingga tak lama, Anggara mengurai tautan bibirnya sebelum Akira kehabisan nafas. Lidahnya kembali menjelajahi daun telinga Akira hingga leher putihnya. Sensasi yang membuat milik Akira semakin basah. Namun Anggara masih dalam posisi diam, membiarkan miliknya terbenam dan terasa diurut.Akira sudah tidak tahan lagi, dia menginginkan lebih.“Mas Aang, bergeraklah! Aku tak tahan lagi!” rintih Akira dengan tatapan memohon. Keinginannya sudah tak bisa ditahan lagi, karena nafsunya yang sudah membumbung tinggi
Seharian ini, Akira menghabiskan waktu untuk bermain bersama putrinya di dalam kamar. Niatnya hanya untuk membayar waktu yang telah terbuang selama beberapa hari ini mengabaikan Ashley.“Mami mungkin bukan ibu yang terbaik, tapi mami akan selalu menyayangi Ash. Maafkan mami jika beberapa hari ini membuat Ash kesepian,” ucap Akira lirih sembari mencium pipi gembul putrinya yang sudah tertidur.“Tidak, kamu adalah ibu yang terbaik untuk anak-anak kita!” suara Anggara terdengar dari belakangnya. Membuat Akira seketika menoleh.“Mas?”Anggara tersenyum hangat, lalu melangkah menuju sisi ranjang.“Akira, aku selalu berjanji akan menjadikanmu wanita yang paling bahagia. Berhentilah menyalahkan dirimu, dan yakinlah kita mampu melewati ini.”Anggara meraih tangan Akira lalu membawanya ke bibir. Sebuah ungkapan cinta yang selalu terdengar romantis di pendengaran Akira.Akira beranjak dari posisinya, duduk di samping Anggara.“Mas tidak perlu melakukan apapun, karena dicintai dengan cara sepert
Hari-hari berlalu terasa begitu menyesakkan bagi hati seorang ibu yang mengalami kehilangan buah hatinya.Semenjak putranya tiada, Akira selalu mengunjungi makam putranya. Bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk berada di pusara sang putra.Meskipun kehadiran suami dan putri kecilnya menjadi pelipur lara, namun rasa sakit belum sepenuhnya hilang dari hati Akira.“Ikhlaskan kepergian putra kita, sayang. Apa kamu tahu, putra kita kini sudah bahagia di surga. Bisa bertemu dengan nenek dan kakeknya,” hibur Anggara yang kini duduk bersimpuh di samping istrinya.Tak henti-hentinya Anggara mencari cara untuk menghibur hati Akira. Kepergian putra Akira juga menjadi pukulan terberat untuknya.Akira memaksakan senyumnya. Dia tahu Anggara begitu cemas melihat kondisinya.“Mas, aku sudah ikhlas jika memang ini jalan yang terbaik untuk Odelio.”Akira menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kepergian putranya bukan berarti membuat hidupnya terpuruk. Ada Ashley yang masih ha