Share

Tangisan Gallen

Author: PutriNaysaa
last update Last Updated: 2023-10-08 08:58:25

Gallen sampai rumah sakit saat Giana sudah selesai di operasi tiga jam kemudian dan masih berada di ruangan ICU karena kondisi pasca operasi belum kunjung membaik. Gallen hanya memberikan tatap datar pada Emily dan Gracia sebelum memasuki kamar ICU adiknya.

“Apa Gallen akan baik-baik saja, Kak?” tanya Emily parau.

“Tentu saja dia tidak baik-baik saja. Kita doakan saja dan dampingi ya,” bujuk Gracia.

Emily sendiri sudah sekali masuk untuk melihat adik iparnya yang terbaring penuh dengan alat penunjang hidup hampir di seluruh badannya. Bahkan saat selimut di sibak sedikit saja, maka bekas luka panjang di atas dada Giana terlihat. Emily bahkan belum membawa Giana menemui Dokter kulit untuk memeriksa apa saja yang akan Giana jalani untuk menghilangkan parut panjang di badannya dan sekarang bertambah luka sayatan di dada Giana karena operasinya kali ini.

Sesak sekali dada Emily teringat semalam keduanya masih ti
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Gesekan Dua Pria

    “Gallen sudah-sudah.” Emily berseru dengan menarik lengan kiri Gallen sekuat ia bisa. Gallen mendengus kuat menghentikan tangannya di udara sebelum kembali menghantam Tio yang masih tersungkur di lantai. Gallen masih mengatur deru nafasnya saat dua orang keamanan menghampiri mereka bertiga. Ternyata salah satu penonton di ruang tunggu ICU ada yang memanggil keamanan. “Maaf Pak, maafkan kami yang buat keributan. Hanya salah paham, kami tidak akan ribut dan mengganggu lagi.” Emily yang meminta maaf usai dua sekuriti membantu Tio bangun dan bertanya ada keributan apa. “Bapak sungguh tidak apa-apa? berdarah itu mulutnya, kalau memang bapak ini bersalah kami bisa bantu proses.” Salah satu sekuriti bertanya pada Tio yang meringis kesakitan. “Enggak Pak, benar ini hanya salah paham. Kami masih satu keluarga. Maafkan kami sudah buat keributan.” Tio menjawab dengan menyeka darah di sudut bibirnya yang robek.

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Bujukan Emily

    Gallen membawa dua kantong makanan di tangan kanan dan di tangan kiri ada beberapa gelas jus dingin yang baru saja ia pesan. Giana sudah dipindahkan ke ruang rawat setelah melalui banyak kejadian menegangkan. Ia sekarang telah menjalani masa pemulihan. “Sini aku bawakan, tadi Emily harus ke kantor sebentar karena ada berkas yang harus ditandatangani dan harus menemui salah satu klien. Aku yang akan membatu jaga Giana sampai Emily pulang.” Gracia mengambil tentengan minum di tangan Gallen dan memasuki kamar Giana berdua. Gallen mendengus saat melihat Tio sedang duduk di samping ranjang Giana dan bercakap-cakap pelan dengan adiknya. Sudah seminggu Tio di Indonesia, dan setiap pagi selalu datang ke rumah sakit hingga sore hari. Gallen sudah mengusirnya berkali-kali namun dasar muka tembok, Tio hanya mengangguk dengan senyuman menyebalkan. “Suruh dia pulang, Giana. Belum jadi Milyader tapi bolos kerja seminggu, perusahaan mak e

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Semangkuk Bubur Ayam

    “Terima kasih, Kak,” ucap Giana setelah ia duduk nyaman di atas ranjang kamarnya. Setelah lebih dari tiga minggu di rawat, Giana diperbolehkan pulang dan menjalani perawatan di rumah. Banyak teman kuliah yang menjenguknya karena berita Giana tertabrak di depan kampus santer terdengar hingga penjuru fakultas. Bahkan kakak tingkat yang awalnya Emily sangka pacar Giana juga menjenguk dengan salah satu dosen. “Habis ini kita perbaiki berat badan kamu ya, turun sampai empat kilo. Kita akan cekoki kamu makan yang banyak dan bergizi.” Emily membelai kepala Giana yang kusut karena tidak kunjung mandi. “Siap Kak, aku juga merasa kok celana melorot semua. Tapi aku sungguh mau mandi dan keramas. Sudah enggak enak sekali badannya,” ringis Giana. “Besok pagi akan ada yang datang ke sini ya, jadi enggak perlu ke salon kamu.” Emily menghidupkan pendingin ruangan dan menyalakan aroma terapi yang sudah ia siapkan sebelum Gia

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Sang Mantan

    “Ya ampun gua dilupakan? Benad,” kekeh laki-laki yang menyapa Emily. “Oh astaga sorry.” Emily bangun dan meletakan mangkuknya di kursi biru untuk menjabat tangan Benad. “Apaan ini?” Benad menatap sangsi uluran tangan Emily yang mengajaknya berjabat tangan, dia justru menarik tubuh Emily untuk ia peluk erat dengan tawa berderai-derai. Hal tersebut tak pelak menjadikan Gallen langsung tersulut, ia langsung bangun dari duduknya untuk menghantam laki-laki bernama Benad yang berani-beraninya memeluk istrinya di depan mata. Akan tetapi belum Gallen menarik tubuh yang memeluk istrinya, Emily sudah mendorong lumayan kuat Benad hingga lengan yang memeluk terlepas segera. “Tolong jangan sembarangan main peluk, aku sudah punya suami. Ini suami aku.” Emily meringis saat melihat wajah siap menerkam Gallen. “Sorry sorry kebiasaan tiap bertemu Emily selalu pelukan. Kami dulunya memang pacaran, kenalkan gua

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pertengkaran Tiada Ujung

    “Giana! Apa yang kamu lakukan! kenapa lompat dari mobil? sudah tahu habis operasi.” Gallen melotot pada pintu mobil belakang kala mendengar debum lumayan keras. Giana meringis, niatnya adalah cepat tenggelam dalam kamarnya dan berselimut dari pada harus mendengarkan kelanjutan pertengkaran kedua kakaknya. “Enggak lompat kok Bang, aku ingin pipis. Silakan dilanjutkan.” Giana meringis lebar dan mengendap-endap meninggalkan garasi mobil rumah mereka. Emily masih berdiri di samping pintu yang ia tutup dengan kencang. Siap melayani omelan panjang Gallen. “Kenapa kamu juga diam saja di situ? Mau berantem lagi? sana masuk,” titah Gallen pada Emily. “Menyebalkan!” Emily menjerit kesal sekali dan melewati Gallen dengan membenturkan bahunya dan bahu Gallen dengan kencang hingga Gallen terhuyung ke belakang namun tidak mengatakan apa-apa. Emily melempar tasnya ke ranjang dengan dengus ken

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kamu Kb?

    “Baiklah Sayang, selesaikan dulu saja pekerjaan kamu.” Gallen membelai kepala Emily yang terdapat cepol sanggul tinggi asal-asalan tersebut. “Jangan sentuh-sentuh ih.” Emily kembali menggeram kecil dan hal tersebut membuat Gallen terkekeh kecil. Gallen meninggalkan Emily setelah istrinya menyuruhnya pergi untuk kedua kalinya. Sangat jarang Emily marah padanya bahkan sampai membantahnya habis-habisan di depan Giana. Sekarang sedang merajuk dan mengatakan belum memaafkannya. Pukul tujuh malam dua kawan Giana datang ke rumah membawa alat tempur belajar mereka yang membuat Gallen melongo. Giana mengatakan teman-temanya akan datang untuk memberikannya materi yang sudah ia tinggalkan selama di rawat di rumah sakit. “Kalian menginap saja bagaimana? Abang yang akan telepon orang tua kalian, tapi kalau tidak boleh biar Abang yang antar pulang.” Gallen menghampiri ketiga gadis yang sudah lebih dari tiga jam duduk di ru

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   IUD

    “Kita bicara di dalam saja ya, ini akan jadi pembicaraan panjang.” Emily memberikan senyuman segan. “Ok,” jawab Gallen singkat. Mereka menghabiskan camilan yang dibawa Emily terlebih dahulu baru kemudian masuk ke dalam. Saat di dapati ketiga gadis di sana sedang merapikan tempat mereka menonton, tak pelak membuat Emily ingin menyeletuk. “Begadangnya jangan sampai subuh ya, bilang aku kalau Gina ternyata video call sama cowok.” Emily mengedipkan mata pada kedua gadis di sana yang langsung cekikikan menyenggol lengan Giana. “Berisik Kak Em, sana masuk kamar sendiri. Kita akan begadang sampai pagi.” Giana menjulurkan lidah pada Emily. “Giana ... kamu belum sembuh ya,” tegur Gallen. “Iya Abang iya, ayo cepat kita jangan ganggu pasangan yang mau bermesraan.” Giana ngibrit ke kamar usai mengatakan hal tersebut, diiringi cekikikan kembali dua gadis lainnya. “Jangan me

    Last Updated : 2023-10-08
  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kehangatan

    “Sudah?” tanya Gallen.“Sudah, sudah dilepas. Kamu jangan sampai lupa pakai ya,” kekeh Emily berbisik pada Gallen karena lorong tunggu terdapat banyak pasien lainnya.“Kita akan beli sepulang dari ini, ada tebus obat enggak?” Gallen meraih tangan Emily dan menggenggamnya untuk meninggalkan pintu ruangan Dokter kandungan.“Enggak, enggak perlu ambil obat apa pun. Ayo kita pulang, tapi sebelumnya mampir cari camilan buat anak-anak ya.” Emily memberikan senyuman menenangkan untuk Gallen.“Kenapa suka sekali mencekoki mereka makanan sih? lagi belajar mereka,” protes Gallen.“Biar berkembang dan tambah tinggi, lihat kan kalau teman-teman Giana sama mungilnya kaya Giana? Astaga mereka pada keberatan gendong buku kuliah apa bagaimana sih,” kekeh Emily.Gallen mengusap kepala Emily yang masih saja tertawa geli, ia baru menyadari yang dikatakan istrinya benar adanya. Ternyata Emily meminta berhenti di toko ice cream yang dulu mereka datangi usai USG.“Giana ingin ice cream katanya,” bi

    Last Updated : 2023-10-08

Latest chapter

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Bola Mata Abu-abu  (The End)

    “Belum Sayang?” Suami Gracia baru datang setelah Emily masuk ruang operasi tiga puluh menit lalu. “Belum, baru setengah jam masuk.” Gracia menjawab dengan masih merangkul lengan mamanya yang sedari tadi terdiam dan Gracia tahu sang mama tiada memutuskan doanya untuk keselamatan Emily dan si kembar. Mereka berempat menunggu di luar pintu ruang operasi dengan jantung berdebar-debar. Sementara Gallen yang ikut ke dalam menemani proses kelahiran kedua putri mereka jauh lebih jantungan. Seluruh badannya dingin dan ada rasa ingin muntah namun ia tahan sekuat tenaga, bahkan serangan pusing akan dinginnya ruang operasi mampu membuat Gallen menggigil. Gallen berada di samping kepala istrinya memberikan pandangan menenangkan pada Emily walau isi hari dan kepalanya berkutat pada suara para tenaga medis yang meminta berbagai jenis alat bedah yang tidak Gallen pahami. “Sudah sampai mana?” tanya Emily pelan.Gallen terse

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Menunggu Dua Bidadari

    “Ada lagi enggak barang lainnya? Takutnya tertinggal.” Mama Emily bertanya kala Gallen memasukkan satu persatu perlengkapan untuk menemani Emily di rumah sakit. “Sepertinya sudah semua, Ma. Kalau memang ada yang kurang nanti aku akan ambil kembali. Mama naik duluan saja, aku akan bawa Emily.” Gallen membukakan pintu untuk sang mama agar naik ke mobil terlebih dahulu. Gallen kembali masuk ke dalam rumah di mana Emily duduk berdampingan dengan Giana dan Gracia. “Kita mau ke rumah sakit tapi kaya mau demo rame begini,” kelakar Emily. “Bagus dong Em, kita kan juga mau dampingi kamu biar deg-degannya dibagi-bagi,” jawab Gracia. “Deg-degan tapi juga excited, Kak.” Emily menerima uluran tangan Gallen yang berniat membantunya berdiri dari posisi duduk. “Ayo kita Bismillah sama-sama ya, Sayang.” Gracia mengecup kepala samping Emily dengan memegangi pinggang sang adik yang tampak kepa

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kontraksi Berikutnya

    “Ah ... selamat, aduh ya ampun ... aku mau punya keponakan?” Emily kembali berseru, menggeser badan mengimpit Gracia untuk memeluknya dari samping dengan bersemangat. “Kamu tahu sekali aku sangat bahagia, Em. Aku sudah bisa membayangkan anak-anak kita berlarian merebutkan neneknya.” Gracia kembali mengusap sudut matanya yang basah. Emily mengangguk, menyetujui perkataan kakaknya yang ia yakin benar. Si kembar dan sepupu mereka akan memperebutkan sang nenek kelak seperti mama mereka. “Berapa minggu tadi usianya? aku hanya baca bagian positif.” Emily merangkul bahu Gracia erat. “Enam minggu,” jawab suami Gracia. “Titip kakak aku yang cerewet ini ya Bang, awas kalau kenapa- kenapa.” Emili pura-pura mengancam dengan menyipitkan matanya ke arah suami Gracia. “Pasti dong Dek, mereka adalah hidup aku sekarang ini,” tukas suami Gracia. Emily memeluk sang kakak dengan

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kehamilan Kedua

    “Abang tanyanya seolah meremehkan begitu, aku enggak pernah pacaran sama sekali. Dari mana pernah ciuman. Dan kalaupun sudah pacaran belum tentu aku akan mau melakukan itu,” papar Giana. “Iya paham, kamu wanita baik-baik buka seperti aku yang banyak ceweknya di sana sini,” desah Prasetio. “Aku enggak mengungkit masalah itu, kenapa Abang malah seolah merendahkan diri sendiri seperti itu?” tuntut Giana. “Kita mau berantem masalah ciuman ini? bukankah kamu bilang kangen sama aku kemarin? Sekarang malah menanduk terus,” papar Prasetio. Giana menunduk kecil, diam. “Aku tidak meremehkan kamu yang belum pernah ciuman, bagus malah. Pergaulan kamu sangat baik dan sehat, dan aku enggak merendahkan diri karena bilang banyak cewek. Itu hanya sebagai pengingat untuk aku terus memperbaiki diri agar benar-benar layak disandingkan perempuan seterjaga kamu, Giana. Sumpah mati aku malu sama masa lalu aku pad

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kencan Calon Adik Ipar

    “Wuih ngeri sekali perut kamu Em, seperti mau meletus,” kelakar laki-laki berjaket kulit hitam. “Asem,” kekeh Emily. “You look so beautyfull, how are you?” Prasetio memberikan pelukan hangat pada Emily dengan pakaian rumahnya, daster. “Peres amat bilang cantik, sudah tahu sebesar ini badan aku. Kabar sehat Alhamdulillah, ada perlu di rumah atau bagaimana kok tiba-tiba balik Indonesia?” tanya Emily. “Ada yang minta aku pulang, kangen katanya,” kekeh Prasetio. Emily tersenyum paham kemudian terkekeh kecil sebelum mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah barunya yang belum sepenuhnya rapi karena baru tiga hari lalu mereka pindahan. “Lagi dijemput sama abangnya, duduk Tio. Sudah pulang ke rumah kan tapi?” tanya Emily. “Sudah, semalam menginap juga di rumah. Iya Giana sudah bilang, bagaimana perkembangan si kembar?” Prasetio menunjuk perut Emily dengan dagunya.

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pelajaran

    “Jangan terlalu stres ya Ibu, jangan sampai tekanan darahnya naik lagi kalau bisa. Pokoknya harus terus bahagia kalau ibu hamil itu dan selalu hati-hati.” Dokter berpesan pada Emily dan Gallen sebelum esok harinya diperbolehkan pulang. “Baik Dok, akan kami ingat.” Gallen dan Emily menjawab serentak. Gallen siap mendorong Emily yang duduk di kursi roda, sedangkan mama Emily dan Giana berdiri di samping keduanya denga tarikan nafas lega. “Kok kamu tiba-tiba punya darah tinggi si, Sayang?” tanya Mama Emily membelai kepala putrinya. “Ini Ma pelakunya yang buat aku tekanan darah tinggi terus, marahin Ma.” Emily menunjuk Gallen dengan wajah sengaja ia lipat-lipat secara dramatis. “Kamu yang buat anak Mama darah tinggi? Hah? dasar nakal kamu ya.” Mama dengan tertawa memukul lengan Gallen berkali-kali. “Pukul Ma pukul yang kencang, jewer kalau perlu.” Emily mengompori dengan bertepu

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Kontraksi Palsu

    Gallen menghela nafas entah untuk ke berapa kali, menyaksikan istrinya yang masih bergeming tidur di sofa tanpa bantal semenjak satu jam lalu. “Ya susah maaf sudah merakit tanpa kamu lihat. Kamu mau aku bongkar lagi itu lemari sama tempat mandi?” Gallen membelai lengan istrinya lembut, duduk berdempetan dengan Emily dalam satu sofa.Emily menarik nafas panjang, ia sejak tadi sedang memikirkan mengapa ia berlebihan sekali marahnya. Tapi masih kesal juga karena Gallen membohonginya dengan mengatakan akan segera pulang menyusul ia dan Giana. Berniat membalikkan badan namun kesusahan karena terlalu sempit.Gallen cepat bangun dari sana dan membantu istrinya bangun pula dengan meringis kecil. Emily sering kesusahan saat bangun dari posisi tiduran, dan hal tersebut sering membuat Gallen takut jika tidak ada yang melihat dan membantu saat Emily hendak bangun.“Kamu tahu aku sangat menunggu momen ini,” lirih Emily.“Iya aku lupa, aku hanya berniat biar yang bes

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Pertengkaran di Kamar Anak

    Gallen tertawa kecil ketika menurunkan semua barang calon kedua putri mereka. Bukan hanya satu taksi seperti dugaan Emily, melainkan dua taksi dan semuanya penuh sesak. Ia yang paling banyak andil memilih barang. “Biar enggak repot pindahkan lagi ya, Bang?” tanya Giana. Gallen menurunkan semua belanjaan mereka di rumah baru yang baru akan ditempati bulan depan karena masih melengkapi barang-barangnya. Rumah yang ia dan Emily bangun dengan penuh kebahagiaan menyambut kedua putri mereka. Rumah yang dihadiahkan Gallen untuk Emily dan menolak dibantu dengan dalih ia memang sudah menabung untuk hal tersebut dari jauh hari. “Iya kita akan cicil untuk pindahan nanti, kalian pulang saja sana. Biar ini Abang rapikan dulu. Istirahat kamu, Emily.” Gallen mengangkat kardus besar berisi dua stroller dengan mudah. Rumah baru Gallen dan Emily tidak terlalu jauh dari rumah peninggalan orang tua Gallen. Hanya lima menit pa

  • Suami Pengganti Wasiat Papa   Stroller Terbang

    “Bahagia sekali, Kak. Ada apa gerangan?” tanya Giana. “Tentu saja bahagia, hari ini abang kamu akhirnya bisa temani aku belanja kebutuhan si kembar. Abang kamu masih percaya ucapan orang tua dahulu, belum boleh beli-beli kalau belum tujuh bulan. Aku sampai menyimpan semua catatan setiap lihat yang lucu untuk dibeli. Kamu ikut yuk, bolos sehari. Aku kok merasa akan kesal belanja sama abang kamu saja.” Emily melepas tawa. “Hei bicarakan aku terus kamu ya.” Gallen datang dari dalam kamar mencubit pipi Emily pelan. “Memang iya kok, biarkan Giana ikut ya,” pinta Emily. “Iya boleh, Giana yang akan dorong kursi roda kamu dan aku dorong belanjaan karena aku yakin kita bukan mau belanja tapi mau merampok peralatan bayi,” desah Gallen. “Aku enggak mau pakai kursi roda aku bilang, aku sehat dan jalan itu menyehatkan,” tolak Emily. “Menyehatkan itu 20-30 menit, kamu yakin tidak kurang d

DMCA.com Protection Status