# Beberapa hari kemudian
# Pov Huma
Hari ini, Aa' Wahyu akan kembali ke Aceh, kali ini ia sekalian mengajak orangtuanya dan juga anak-anak berlibur di sana.
Mereka nampak sangat bahagia dan bersemangat berjalan-jalan ke kota Serambi Mekah, terutama Wika dan Raiqah.
Pagi ini, Aku ikut mengantarnya ke bandara Husein Sastranegara Bandung, bersama Haikal.
Walaupun aku tak jadi ikut bersama mereka, namun tak ada lagi perasaan sedih seperti waktu pertamakali Aa' Wahyu pergi ke sana, karena tak lama lagi kami akan segera menikah.
"Hati-hati di sana ya, Sayang ! " Aku membelai rambut Wika dan juga Raiqah.
"Iya, Mamah Huma," jawab mereka, senyum bahagia selalu menghiasi mereka.
Aku pun menyalami mamah dan juga ayahnya A' Wahyu.
"Kamu beneran nggak mau ikut, Neng ? " Aa' Wahyu menatapku.
# Pov ImronBegini rasanya sakit di tempat perantauan yang jauh dari keluarga, tak' ada mamak yang selalu memanjakanku, jangankan sakit begini, awak demam sikit saja, beliau sudah khawatir, kangen kali aku sama beliau.Untunglah di sini ada si Togar dan juga keluarga mantan istriku, Humaira, yang ikut menjaga dan merawat selama aku sakit.Kalau seandainya tak ada mereka, entah apalah jadinya awak ini, aku sangat berhutang budi sekali pada semua yabg ada di sini.Terkadang, ada rasa bersalah terhadap mantan istriku itu, selama kami berumah tangga, tak pernah sekalipun ia nampak seceria seperti sekarang ini, dulu wajahnya selalu saja kusut dan murung, tampak beda jauh sama yang sekarang.Masih teringat jelas kata talak yang terucap begitu saja padanya kalau itu, saat ia menghidangkan makanan, yang sama sekali tak aku sukai.Memang betul apa cakap orang
# POV LarasHari ini, kami berangkat dari bandara Kualanamu Medan langsung menuju Husein Sastranegara di Bandung.Perjalanan udara selama kurang lebih dua jam setengah membuat si kembar sedikit rewel, mereka menangis sepanjang perjalanan, untunglah ada Kak Saudah yang membantu mendiamkan merekaSetelah sampai di bandara Bandung, kami dijemput oleh Bang Togar."Gimana ? Apa langsung saja ke rumah sakit atau pulang dulu ke rumah kontrakan ? " tanya Bang Togar, ketika sudah berada di dalam mobil."Ke rumah sakit saja," jawab Kak Saudah."La
Bayiku menangis secara bersamaan, membuatku semakin pusing, mungkin mereka kaget karena teriakanku tadi, saat menelpon Bang Imron."Assalamualaikum ... ! Teh ... ! Teh ... !Teh Laras ... !Assalamualaikum ... ! teriak seseorang dari luar."Waalaikumsalam ... !Masuk saja Teh Lilis, pintunya enggak di kunci ! " teriakku dari dalam kamar sembari menggendong Farel, sementara Fahrul masih menangis di atas tempat tidur.Lilis pun segera masuk ke dalam rumah, lalu meletakkan mangkuk berisi sayur bayam, tahu goreng dan nasi." Teh Laras ini saya ada bawakan sedikit makanan, dihabiskan ya?" ucapnya." Terima kasih Teh Lilis, kebetulan saya memang tak sempat memasak, sibuk mengurus si kembar dari tadi," ucapku."Kenapa bayinya, Teh ? Kompak begini, pada nangis semua ! " Lilis segera menggendong Fahrul dan berusaha mendiamkannya."Nggak t
🌷🌷🌷🌷🌷# Pov Laras"Oh ya, Bang ! Tadi Laura telepon, dia mau datang ke sini besok, rencana mau nikah Minggu depan, " ucapku."Boleh, tapi kontrakan kita kan sempit, Dek ! Apalagi kalau bawa suaminya nanti," jawabnya."Dia nggak nginap di sini katanya, dia mau nempatin rumah kita yang di Jakarta, boleh kan Bang ? " tanyaku."Boleh, Kau atur saja Dek !Mana si kembar, Abang mau nengok, sudah sebesar apa mereka sekarang." Bang Imron celingukan menatap ke arah kamar."Lagi pad
"Anak ayah sudah bangun, sini bobo dekat ayah." Ia memandang si kembar dari kejauhan."Gantengnya anak ayah ! "Ia memperhatikan si kembar dengan seksama."Mirip siapa Kau, Nak'ku ? " Hatiku tersentak mendengar penuturannya."Banyak orang bilang, katanya si kembar mirip personil BTS, itu loh yang grup terkenal itu," ucap Kak Saudah."Yang mana pulak itu ? BTS itu apa Batak Simalungun ? "Mendengar penuturan Bang Imron, Kak Saudah tertawa terpingkal-pingkal."Ha ... ha ... ha ... ! ""Bukan Batak Simalungun, Ali ! ""Ha ... ha ... ha ... ! "Bang Imron mengkerutkan keningnya, ia menatap si kembar, lalu beralih menatapku, netra kami saling bertemu, aku pun membuang muka, pura-pura menyibukkan diri dengan si kembar."Apa waktu hamil, Kau nge-fans sama personil BTS, Dek ? " Bang Imron menatapku kembali.
Assalamualaikum ... ! "teriak seseorang dari arah depan.Gegas kami menuju ke arah ruang tamu sambil membawa minuman dan juga cemilan."Waalaikumsalam ... " jawab kami serempak.Aku pun membuka pintu, mataku membulat melihat siapa yang datang."Alex ! " gumamku."Laras ! " gumam Alex, hampir tak terdengar.Aku sama sekali tidak pernah menyangka, kalau Rio yang dimaksud oleh Laura adalah Alex, yang selama ini kucari.Kenapa bisa seperti ini, apakah ini suatu kebetulan ?&
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Laras"Alex ! aku boleh minta nomor tuan Kenzi," ucapku.Alex mendongakkan wajahnya, ia menatapku dengan seksama."Percuma saja kamu menelpon dia, enggak bakalan di angkat, lagipula ia sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia," ucap Alex."Di mana dia sekarang ? " Aku menatap Alex tajam."Informasinya enggak gratis Kakak iparku sayang," bisik Alex, matanya melirik ke arah kamar, seakan ia takut istrinya akan mendengar."Jadi, kamu maunya apa ? " ucapku sengit."Ssst ... ! Jangan keras-keras, " bisik Alex, ia meletakkan satu jari telunjuk di depan mulutnya."Aku ingin mengulangi lagi kebersamaan kita seperti waktu itu." Alex menyentuh wajahku, dengan sigap aku menepis tangannya."Jangan macam-macam-macam Kau Alex ! " ucapku."Seandainya
🥀🥀🥀🥀🥀# Pov LauraPagi ini aku dan suamiku, bang Rio berangkat dari Jambi menuju Bandung menggunakan maskapai penerbangan domestik.Sudah tak sabar rasanya ingin bertemu dengan Ayuk, dan juga si kembar, Fahrul dan Farel, selama ini kami hanya melihatnya melalui sosial media, ataupun melalui panggilan video.Dari bandara Bandung, kami menggunakan jasa angkutan taksi yang ada di sekitar bandara dan langsung menuju kediaman Ayuk di daerah kawasan industri Cimareme.Aku sangat menikmati perjalanan ini, karena mengingatkan kepada Kak Huma, saudara angkatku di Bandung, jalanan yang kami lalui cukup lancar, namun ada beberapa titik kemacetan lalulintas.Alhamdulillah, kami tiba di rumah Ayuk dengan selamat, walaupun sempat berputar-putar dahulu, karena belum terlalu hapal daerahnya, dan akhirnya bisa bertemu kembali dengan saudaraku satu-s
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p