Assalamualaikum ... ! "teriak seseorang dari arah depan.
Gegas kami menuju ke arah ruang tamu sambil membawa minuman dan juga cemilan.
"Waalaikumsalam ... " jawab kami serempak.
Aku pun membuka pintu, mataku membulat melihat siapa yang datang.
"Alex ! " gumamku.
"Laras ! " gumam Alex, hampir tak terdengar.
Aku sama sekali tidak pernah menyangka, kalau Rio yang dimaksud oleh Laura adalah Alex, yang selama ini kucari.
Kenapa bisa seperti ini, apakah ini suatu kebetulan ?
&
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Laras"Alex ! aku boleh minta nomor tuan Kenzi," ucapku.Alex mendongakkan wajahnya, ia menatapku dengan seksama."Percuma saja kamu menelpon dia, enggak bakalan di angkat, lagipula ia sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia," ucap Alex."Di mana dia sekarang ? " Aku menatap Alex tajam."Informasinya enggak gratis Kakak iparku sayang," bisik Alex, matanya melirik ke arah kamar, seakan ia takut istrinya akan mendengar."Jadi, kamu maunya apa ? " ucapku sengit."Ssst ... ! Jangan keras-keras, " bisik Alex, ia meletakkan satu jari telunjuk di depan mulutnya."Aku ingin mengulangi lagi kebersamaan kita seperti waktu itu." Alex menyentuh wajahku, dengan sigap aku menepis tangannya."Jangan macam-macam-macam Kau Alex ! " ucapku."Seandainya
🥀🥀🥀🥀🥀# Pov LauraPagi ini aku dan suamiku, bang Rio berangkat dari Jambi menuju Bandung menggunakan maskapai penerbangan domestik.Sudah tak sabar rasanya ingin bertemu dengan Ayuk, dan juga si kembar, Fahrul dan Farel, selama ini kami hanya melihatnya melalui sosial media, ataupun melalui panggilan video.Dari bandara Bandung, kami menggunakan jasa angkutan taksi yang ada di sekitar bandara dan langsung menuju kediaman Ayuk di daerah kawasan industri Cimareme.Aku sangat menikmati perjalanan ini, karena mengingatkan kepada Kak Huma, saudara angkatku di Bandung, jalanan yang kami lalui cukup lancar, namun ada beberapa titik kemacetan lalulintas.Alhamdulillah, kami tiba di rumah Ayuk dengan selamat, walaupun sempat berputar-putar dahulu, karena belum terlalu hapal daerahnya, dan akhirnya bisa bertemu kembali dengan saudaraku satu-s
🌷🌷🌷🌷🌷Oleh Rika Andriana__________________# Pov HumaSetelah menjalankan ibadah sholat Isya, hampir saja aku ketiduran, malam ini Aa' Wahyu janji mau menelpon.Semenjak keluarga Aa' Wahyu berkunjung ke Aceh, baru sekali ia menelponku, sewaktu hari pertama mereka tiba di sana.Mereka besok rencananya akan pulang ke Cimahi, karena Wika dan Raiqah sebentar lagi sudah masuk sekolah.Kring ...
🥀🥀🥀🥀🥀(By Randria)_____________#Pov HumaAku terbangun ketika suara adzan telah berkumandang, aku pun bergegas menuju ke kamar mandi, mamah sudah lebih dahulu terbangun, aku hendak menuju ke kamarku untuk mengambil peralatan sholat sekalian membangunkan Haikal.Kubuka pintu kamar secara perlahan, aku pun terkejut melihat Haikal yang tergeletak di lantai."Haikal ... ! " Aku berteriak sambil bercucuran air mata."Haikal ... ! Bangun ... ! " Aku mengguncang badan Haikal, dan menepuk-nepuk pipinya."Kunaon Haikal, Neng ? " tanya mamah sambil menepuk-nepuk pipi Haikal."Enggak tau, Mah ! " jawabku."Kita angkat dulu dia ke kasur ! " seru mamah."Berat atuh, Mah ! " balasku."Kita minta tolong sama suaminya Laura saja," ucap mamah."En
🌷🌷🌷🌷🌷#POV Huma"Nanti teman-teman saya akan datang dan memeriksa semua sudut ruangan di rumah ini," ucapnya."Iya, boleh, A'," jawabku.Tak lama kemudian, beberapa anggota kepolisian datang, kami diminta untuk segera mengosongkan rumah.Kami pun mengungsi ke rumah catering untuk sementara waktu, Haikal beristirahat di kamar, sementara aku membantu para pekerja untuk membungkus nasi yang akan diantarkan ke pabrik milik ibu Ayu.Semenjak bekerja sama dengan Bu Ayu, usaha catering kami semakin ramai, terkadang harus mena
🥀🥀🥀🥀🥀# POV ImronHari ini pertama kalinya aku bekerja kembali, setelah sakit hampir sebulan kemarin.Selama sakit, pekerjaanku dikerjakan oleh rekan-rekan, di bawah pengawasan Ibu Ayu.Aku memeriksa ulang pekerjaan mereka satu demi satu, agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari, karena pekerjaanku ini, memang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi, menyangkut keuangan perusahaan.Berjam-jam berkutat di depan layar komputer, ini sangat membuatku lelah.Kupandangi sejenak foto sikembar yang terpajang di meja kerja, wajahnya yang tampan dan menggemaskan itu, menjadi pemicu semangat kerja, rasa lelah pun seakan hilang setelah memandang wajah polosnya.Jam telah menunjukkan pukul dua belas siang, saatnya waktu istirahat khusus untuk para staf, sementara untuk bagian produksi, tiga puluh menit kemudian.
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Imron[" Halo Alex ! Kenapa bisa kamu menjadi buronan polisi ? Apalagi kesalahan yang telah kamu perbuat ? "][" Bagaimana caranya aku bisa menolongmu ? Enggak bisa ! Jangan libatkan aku dengan urusanmu.Nanti Bagaimana jika Bang Imron curiga ! "][" Apa ... ! Hasil tes DNA nya positif ? "]["Ja ... jadi si kembar, a ... anaknya Tu ... tuan Kenzi ? " ]Mendengar pembicaraan Laras di telepon membuatku sangat kaget.'Apa ? Sikembar bukan anak aku ? Jadi selama ini aku telah kena tipu ? Alamak ! ' batinku.secara diam-diam, aku menyelinap masuk ke dalam rumahku, pintu kamar sedikit terbuka aku melihat si kembar sedang terlelap tidur, sementara Laras sedang duduk di atas kasur membelakangi pintu, dengan asyiknya ia menerima telepon tanpa menyadari kehadiranku.["Alex !
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Imron"Kalau menurut aku, ada baiknya kita selidiki dulu semua ini," ucap Togar."Caranya ? " Aku mengerutkan kening.Togar membisikkan sesuatu di telingaku, aku pun menganggukan kepala."Baiklah, aku setuju " ucapku.Togar mengacungkan jempolnya, seraya tersenyumSetelah melakukan pembayaran akhirnya kami pun pulang ke kontrakan kami masing-masing.Tok ...Tok ...Tok ..." Laras ! Buka pintunya ! Abang Pulang," ucapku.Tak lama kemudian pintu pun terbuka, Laras nampak keheranan melihat aku kembali pulang." Abang ! " ucapnya lirih.Aku pun segera masuk ke dalam rumah, Laras mengikutiku dari belakang."Abang ! " Laras bersandar di lenganku yang kekar, suaranya yang mendesah manja, mulai
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p