🥀🥀🥀🥀🥀
#Pov Imron
"Kalau menurut aku, ada baiknya kita selidiki dulu semua ini," ucap Togar.
"Caranya ? " Aku mengerutkan kening.
Togar membisikkan sesuatu di telingaku, aku pun menganggukan kepala.
"Baiklah, aku setuju " ucapku.
Togar mengacungkan jempolnya, seraya tersenyum
Setelah melakukan pembayaran akhirnya kami pun pulang ke kontrakan kami masing-masing.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
" Laras ! Buka pintunya ! Abang Pulang," ucapku.
Tak lama kemudian pintu pun terbuka, Laras nampak keheranan melihat aku kembali pulang.
" Abang ! " ucapnya lirih.
Aku pun segera masuk ke dalam rumah, Laras mengikutiku dari belakang.
"Abang ! " Laras bersandar di lenganku yang kekar, suaranya yang mendesah manja, mulai
Imron bergegas menuju ke ruang meeting diikuti oleh icha.Hatinya masih berkecamuk memikirkan pengkhianatan Laras yang sama sekali tidak pernah ia sangka.Imron sangat terpukul mengetahui kalau ternyata si kembar bukanlah darah dagingnya.Bagi Imron, Fahrul dan Farel adalah semangat hidupnya, ia sudah terlanjur menyayangi keduanya.Imron duduk di ruang meeting, sementara Icha duduk di sampingnya, semua staf dan jajarannya telah pula hadir, tinggal menunggu kedatangan ibu Ayu.Tak lama kemudian ibu Ayu datang bersama seorang wanita, semua staf memberi hormat.Imron nampak tersentak melihat Humaira datang bersama ibu Ayu, ia mengira mantan istrinya itu akan diterima jadi buruh karyawan biasa, mengingat ia hanya lulusan SMA.*Makin cantik aja kutengok si Huma, andai saja dulu aku nggak,- aaargh!*
Imron termenung dan kebingungan, harus bagaimana lagi ia merayu mantan istrinya itu agar kembali lagi kepadanya.Akhirnya, ia tersenyum sendiri, ia telah menemukan ide yang cemerlang."Apa pula Kau senyum-senyum sendiri Imron? Apakah kau sudah gila?" tanya Togar."Ah tak' ada," jawab Imron."Ayolah, Bang! Kita pulang saja, sudah sore." Humaira bangkit dari duduknya, sementara Imron bergegas membayar pesanan bakso yang telah mereka makan."Jadi, tinggal dua Minggu lagi orang kalian *married* ya? Nanti masih kerja di sini kan?" tanya Togar."Kayaknya enggak, Bang! Kemungkinan besar aku *resign* hari Sabtu ini, mungkin aku akan tinggal di Aceh," jawab Humaira.Imron telah selesai, ia bergabung kembali bersama Togar dan Humaira."Aku duluan ya Bang Imron, Bang Togar! Assalamualaikum!" Humaira segera menaiki
Tiba-tiba, gawai Laura bergetar, ia langsung mengambilnya, ternyata ada pesan WhatsApp dari Bang Togar, ia pun melihat sekilas video tersebut, dan langsung keluar dari aplikasi tersebut."Astaghfirullah!" gumamnya sambil meneteskan air mata."Kenapa Laura?" tanya Haikal kebingungan."Mereka benar-benar biadab ternyata, Kal. Mereka melakukan itu, sungguh menjijikkan." Laura bersedih Sepertinya aku harus pulang kampung dulu, aku akan mengurus surat ceraiku di sana," ucap Laura."Kapan rencananya?" tanya Haikal."Kalau bisa hari ini juga aku pulang, Kal! Sakit sekali hati ini," jawab Laura."Yuk turun!" ucap Haikal."Loh! Emangnya mau ngapain?" tanya laura."Bagaimana sih katanya mau makan bakso!" ucap Haikal."Oh iya, yuk!" Laura segera turun dari mobil dan diikuti oleh Haikal.Suasana di kedai bakso s
Seperti biasa, setiap malam sebelum tidur, Humaira dan Wahyu selalu bertukar kabar, ada saja pembahasan di antara mereka. terkadang mereka menceritakan keseharian Humaira bekerja atau pun kegiatan-kegiatannya di Bandung, begitupun Wahyu, ia akan menceritakan tentang kegiatan-kegiatannya di tempat kerjanya di Aceh.Seperti pada malam ini, Humaira sedang menunggu telepon dari Wahyu, sambil melihat-lihat akun facebooknya dan memeriksa sosial media lainnya.Sesekali matanya melihat ke arah jam, sudah tepat pukul sembilan malam, namun belum juga ada tanda-tanda telepon dari Wahyu.Kring...Kring...Kring...Akhirnya yang ditunggu tunggu telah menelpon, dengan senang hati, Humaira segera mengangkat telepon dari Wahyu.["Halo! Assalamualaikum Aa' Wahyu!"] Ucap Humaira.["Waalaikumsalam calonn istri Aa' yang cantik! Bagaimana kegiatan hari ini? Ada berita apa di situ?"] tanya Wahyu.[" kegiatannya hari ini, ya kerja seperti bias
Pagi itu Togar berangkat kerja sendirian, ia hendak berangkat kerja bersama Imron, namun sepertinya ia tidak ada dikontrakannya, rumahnya sepi, dipanggil pun tak ada sahutan, sementara telepon Imron juga tidak aktif.*Ah, mungkin dia sudah berangkat kerja duluan* batin Togar.Semalaman ia juga tidak berjumpa dengan sahabatnya itu, biasanya Imron akan mengajak Togar untuk mencari makan malam, namun tadi malam sama sekali Imron tak kelihatan.Walaupun dekat, ia sengaja menaiki sepeda motor menuju ke tempat kerjanya, ia merasa lelah jika pulang pergi harus berjalan kaki.Suasana sudah begitu ramai di tempat kerja, namun terasa hampa bagi Togar, ia terbiasa bersama-sama dengan Imron.Betapa terkejutnya Togar, ketika memasuki ruangan Imron, namun ia juga tak berada di sana.Melihat Togar, Icha pun menanyakan keberadaan Imron, karena sebentar lagi bel
Sementara suasana di pabrik semakin menegangkan, saat Pak Yuda menanyakan keberadaan Imron sebagai direktur keuangan."Untuk pak Imron, jika dalam dua hari kedepan tidak ada kabar, dengan sangat terpaksa, Saya akan memberikan 'Surat Peringatan'," ucap Pak Yuda Permana selaku pemimpin perusahaan di kantor pusat, beliau juga adalah suami dari ibu Ayu.Imron adalah salah satu karyawan andalannya yang sengaja ia pilih dari pusat untuk dipindah tugaskan ke Bandung, karena selain rajin, Imron juga sangat berpotensi di bidangnya. Namun, hari ini Imron telah membuat Pak Yuda kecewa disaat pertama kali ia berkunjung ke kantor cabang di kawasan Bandung Barat tersebut.Semua terdiam dan menunduk, tidak ada yang berani bersuara, begitu pun ibu Ayu, ia sangat mengenal watak suaminya itu.Pak Yuda memang baik dan bijaksana, tapi ia juga tegas dan sangat disiplin tinggi, ia tidak menyukai k
Hari yang ditunggu-tunggu hampir tiba, Humaira sibuk mempersiapkan segala keperluann untuk acara pernikahannya yang akan diadakan lusa.Suasana begitu ramai, semua keluarga berkumpul di rumah Humaira, mereka saling membantu dan kerjasama untuk membantu mempersiapkan acara pernikahannya nanti.Kring ...Kring ...Humaira segera mengangkat teleponnya yang berdering, ketika ia sedang melakukan perawatan tubuh di salah satu salon kecantikan yang ada di kota cimahi, yang tidak begitu jauh dari rumahnya,["Halo! Assalamualaikum Neng, sedang apa cantik?"]tanya Wahyu di seberang telepon, ia masih berada di tempat kerjanya.["Waalaikumsalam Aa', Neng lagi santai aja ini, Aa' Wahyu jadi enggak pulangnya besok? "] tanya Humaira.[" Insyaallah jadi, Neng! Sekarang Aa' masih kerja, besok kerja sehari lagi, malamnya Aa' berangkat ke Bandun
Setelah pulang bekerja, Wahyu segera bersiap-siap untuk pergi ke bandara Malikulsaleh yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.Wahyu bergegas membersihkan dirinya kemudian tak lupa ia pun menjalankan ibadah sholat Ashar.Suasana di kontrakannya masih sepi, teman-temannya yang lain belum ada yang pulang dari tempat kerjanya.Masih ada sekitar dua setengah jam lagi waktu yang tersisa, pesawatnya berangkat pukul tujuh lewat tiga puluh menit, atau sekitar setengah jam selepas adzan Maghrib berkumandang di daerah setempat.Wahyu hanya diperbolehkan izin satu hari saja untuk pulang kampung, lusa mulai kembali bekerja seperti biasanya, karena bulan ini ia sudah pernah izin selama seminggu, sewaktu menyelamatkan Humaira kemarin.Rencananya besok sore setelah resepsi pernikahannya, ia akan langsung kembali lagi ke Aceh bersama istri tercinta.Tidak banyak
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p