Sementara suasana di pabrik semakin menegangkan, saat Pak Yuda menanyakan keberadaan Imron sebagai direktur keuangan.
"Untuk pak Imron, jika dalam dua hari kedepan tidak ada kabar, dengan sangat terpaksa, Saya akan memberikan 'Surat Peringatan'," ucap Pak Yuda Permana selaku pemimpin perusahaan di kantor pusat, beliau juga adalah suami dari
ibu Ayu.Imron adalah salah satu karyawan andalannya yang sengaja ia pilih dari pusat untuk dipindah tugaskan ke Bandung, karena selain rajin, Imron juga sangat berpotensi di bidangnya.
Namun, hari ini Imron telah membuat Pak Yuda kecewa disaat pertama kali ia berkunjung ke kantor cabang di kawasan Bandung Barat tersebut.Semua terdiam dan menunduk, tidak ada yang berani bersuara, begitu pun ibu Ayu, ia sangat mengenal watak suaminya itu.
Pak Yuda memang baik dan bijaksana, tapi ia juga tegas dan sangat disiplin tinggi, ia tidak menyukai k
Hari yang ditunggu-tunggu hampir tiba, Humaira sibuk mempersiapkan segala keperluann untuk acara pernikahannya yang akan diadakan lusa.Suasana begitu ramai, semua keluarga berkumpul di rumah Humaira, mereka saling membantu dan kerjasama untuk membantu mempersiapkan acara pernikahannya nanti.Kring ...Kring ...Humaira segera mengangkat teleponnya yang berdering, ketika ia sedang melakukan perawatan tubuh di salah satu salon kecantikan yang ada di kota cimahi, yang tidak begitu jauh dari rumahnya,["Halo! Assalamualaikum Neng, sedang apa cantik?"]tanya Wahyu di seberang telepon, ia masih berada di tempat kerjanya.["Waalaikumsalam Aa', Neng lagi santai aja ini, Aa' Wahyu jadi enggak pulangnya besok? "] tanya Humaira.[" Insyaallah jadi, Neng! Sekarang Aa' masih kerja, besok kerja sehari lagi, malamnya Aa' berangkat ke Bandun
Setelah pulang bekerja, Wahyu segera bersiap-siap untuk pergi ke bandara Malikulsaleh yang tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.Wahyu bergegas membersihkan dirinya kemudian tak lupa ia pun menjalankan ibadah sholat Ashar.Suasana di kontrakannya masih sepi, teman-temannya yang lain belum ada yang pulang dari tempat kerjanya.Masih ada sekitar dua setengah jam lagi waktu yang tersisa, pesawatnya berangkat pukul tujuh lewat tiga puluh menit, atau sekitar setengah jam selepas adzan Maghrib berkumandang di daerah setempat.Wahyu hanya diperbolehkan izin satu hari saja untuk pulang kampung, lusa mulai kembali bekerja seperti biasanya, karena bulan ini ia sudah pernah izin selama seminggu, sewaktu menyelamatkan Humaira kemarin.Rencananya besok sore setelah resepsi pernikahannya, ia akan langsung kembali lagi ke Aceh bersama istri tercinta.Tidak banyak
Dekorasi pesta telah selesai di pasang, Kang Hadi dan beberapa pemuda sedang beristirahat sambil menikmati secangkir kopi dan beberapa cemilan.Ibu-ibu masih sibuk memasak di rumah catering, begitu juga mamah Huma, Hilma, Laura, Maya dan yang lainnya.Sementara Icha sudah tertidur di kamar Laura bersama bayinya, dan juga sepupu Huma yang lain.Wa Euis, Bi Yani, dan Bi Iis telah tertidur pulas di kamar mamahnya Huma.Haikal terkejut, melihat kakaknya tertidur di kamarnya, ia pun tidak berani membangunkannya.Perlahan ia menyelimuti kakaknya, agar tidak kedinginan, kemudian ia pun segera beranjak bergabung bersama Kang Hadi dan anak muda lain yang sedang duduk santai di depan."Kamu dari mana saja Kal? Dicariin teteh kamu tadi, katanya disuruh jemput Wahyu," ucap kang Hadi."Aku tadi nganterin si Taufik ke Cililin, terus langsung tancap ga
" Kemana Bang Imron, Bang! Kok Enggak kelihatan," ucap wahyu."Itulah semenjak Huma terakhir bekerja kemarin itu, keesokan harinya, Imron pun sudah tidak bekerja lagi, entah kemana dia pergi, kontrakannya pun sepi, sampai bingung kami mencarinya." Togar menghela nafas."Sampai sekarang enggak ada kabar lagi kah Bang?" tanya Humaira."Enggak ada sama sekali, nanti kalau ada kalian jumpa sama Imron, tolong suruh dia ketemu samaku ya?" ucap Togar."Iya, Bang! Nanti pasti kami hubungi Abang," jawab Wahyu.Togar dan rombongan pun dipersilahkan untuk menikmati hidangan, setelah bersalaman dan berfoto bersama kedua mempelai.Tak terasa, waktu kebersamaan tinggal sebentar lagi, tamu undangan pun sudah tidak terlalu banyak, mereka sudah mengetahui kalau acara hanya dilakukan sampai waktu Dzuhur tiba.Kedua mempelai menuruni kursi pelaminan, Wahyu bersiap-siap untuk membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim, menjala
Dengan langkah gontai, Imron meninggalkan rumah mantan istrinya.Ia menaiki ojek pangkalan yang tak begitu jauh dari rumah Huma menuju jalan raya, kemudian Imron menaiki angkutan kota jurusan Cimareme-Batujajar menuju ke kontrakannya di wilayah industri Cimareme.Sesampainya di tempat tujuan, ia segera mengunjungi rumah Togar.Tok...Tok...Tok..."Assalamualaikum!" teriaknya."Waalaikumsalam," jawab seseorang dari dalam rumah.Lilis membukakan pintu, ia terkejut melihat kedatangan Imron yang selama ini dicari-cari oleh suaminya itu."Ba.. bang... Imron," ucapnya."Belum pulang Togar dari tempat kerjanya ya, Lis?" tanya Imron."Belum, Bang! Mungkin hari ini agak terlambat pulangnya, soalnya tadi kami pergi ke acara nikahan Huma," jawab Lilis."Oh, ya sud
Malam ini cuaca di wilayah Aceh utara agak sedikit mendung, hujan rintik-rintik menyambut kedatangan sepasang pengantin baru.Mereka baru saja tiba di bumi tanah rencong, Nanggroe Aceh Darusalam.Rumah yang akan mereka tempati, letaknya tidak begitu jauh dari tempat kerja Wahyu, hanya ada beberapa rumah saja di situ.Wahyu menurunkan barang-barang bawaannya dari dalam bagasi mobil, ia pun menyerahkan uang transportasi kepada sopir taxi yang mereka tumpangi."Makasih beuh," ucap sopir taxi seraya tersenyum."Sama-sama, Pak!" balas Wahyu."A' sepi ya?" Humaira memandang sekeliling."Iya sayang, beginilah keadaan di sini, rumahnya jarang-jarang. Yuk kita masuk!"Wahyu mengeluarkan kunci dari dalam tas, kemudian ia membuka pintu rumah.Rumah kecil dengan gaya minimalis, terdapat dua buah kamar, d
Bunyi alarm dari gawai milik Humaira berdering berkali-kali.Dengan badan yang masih kelelahan dan mata yang berat, Humaira berusaha membuka netranya.Ia mencoba melepaskan pelukan Wahyu, kemudian bangkit dan berjalan menuju nakas untuk mengambil gawainya.Jam telah menunjukkan pukul empat lewat lima belas menit.'Astagfirullah... aku kesiangan,' batinnya.Ia menatap wajah suaminya yang tertidur pulas, tak' tega rasanya jika dibangunkan sekarang, tapi kalau tidak dibangunkan, nanti ketinggalan untuk sembahyang Subuh.Humaira membelai rambut Wahyu dan meng*cup keningnya, namun tak' sedikitpun ia bergeming.Humaira memberanikan diri meng*cup lembut b*bir suaminya itu, akhirnya Wahyu mulai membuka matanya."Apa Sayang! Mau nambah ya?" Wahyu mendekap istrinya."Sudah telat Aa', ayo kita mandi terus
Hari ini, Wahyu dan tim teknisi lainnya disibukkan dengan beberapa mesin yang rusak.Istirahat hari Jum'at yang biasanya selama dua jam, dipersingkat hanya sekitar satu jam, itupun dilakukan bergantian bersama sesama tim.Kesibukannya membuat ia lupa akan janjinya kepada istri tercinta, apalagi gawainya tertinggal di mess sewaktu istirahat siang tadi.Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam ketika Wahyu sampai di rumah.Humaira menyambutnya dengan muka yang sedikit ditekuk."Aa' darimana saja, Neng nungguin dari tadi," ucapnya dengan ketus, wajahnya cemberut."Maafkan Aa', Sayang! Aa' benar-benar sibuk hari ini, mau hubungi Neng, handphone-nya ketinggalan di mess," jawab Wahyu."Sudah atuh, Sayang! Jangan cemberut terus, hilang cantiknya nanti." Wahyu mendekati wajah Humaira dan menci*mnya sekilas.Humaira terkejut me
"Kenapa, Kal? Bolak-balik aja," ucap Hadi,"Mendingan makan dulu, keburu dingin nanti!" imbuhnya lagi."Ini Teh Huma, belum nyampe juga jam segini, aku kan jadi khawatir, Kang" jawab Haikal."Telepon juga nggak aktif," imbuhnya lagi."Coba telepon Laura, handphone Huma paling lowbat." Kang Hadi menambah porsi makannya."Ayo makan dulu, biar bisa berfikir jernih," ucap Hadi."Iya deh." Haikal bergabung bersama Kang Hadi di meja makan.Keesokan harinya, Imron dan keluarga sudah bersiap-siap untuk
# Beberapa hari kemudianSuasana pagi hari di pelabuhan Tanjung Priok Jakarta cukup ramai, Haikal, Hadi dan keluarga Bang Togar, berjalan beriringan menaiki kapal KM Kelud yang berkapasitas dua ribu orang penumpang, yang tidak lama lagi akan berangkat.Mereka hendak berlayar menuju ke pelabuhan Belawan Medan Sumatera Utara, namun harus transit di beberapa titik sebelum sampai di tujuan akhir, mereka akan berlayar selama tiga hari dua malam.Haikal dan Kang Hadi sangat menikmati perjalanan panjang mereka, ini merupakan pengalaman mereka yang pertama menaiki kapal laut, karena selama ini belum pernah bepergian jauh keluar dari pulau Jawa.Humaira dan beberapa orang yang lainnya akan terbang menaiki pesawat dari bandara Soekarno Hatta Jakarta menuju Bandara Kualanamu kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara tiga hari kemudian.Saat ini ia sedang bersiap-siap m
"Mungkin Laras sama Laura mau ikut." Humaira menoleh ke arah Laras dan Laura.Laras dan Laura saling berpandangan, kemudian mereka menjawab hampir bersamaan."Tengok saja nanti," jawab mereka."Nanti kalau mau pergi, sama-sama kita ya?" ucap Togar.Ketika sedang asyik berbincang, tiba-tiba gawai milik Togar berbunyi, ia pun segera mengangkat telepon."Kebetulan sekali, si Imron video call, kuangkat dulu ya,"ucapnya.["Assalamualaikum Imron apa kabar? "] Togar melambaikan tangannya ke arah layar handphonenya.["Horas bah! Macam mana kabar di sana, kawan?"] balas Imron.["Kamipun sehat-sehat semua di sini,"] jawab Togar.["Bagaimana Togar sudah kau bilang sama keluarga Humaira tentang acara pernikahanku itu?"] tanya Imron.["Sudah, tengok ini! Kami lagi ngumpul di rumah Haikal."] Togar mem
Laras berubah menjadi pendiam dan selalu mengurung diri di dalam kamar, kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya menjadi sadar, ia menyesali perbuatannya selama ini."Ayuk! Dipanggil sama mamah Yati, disuruh makan." Laura masuk ke dalam kamar, ia kasihan melihat kakaknya selalu termenung dan menyendiri di dalam kamar."Ayuk nggak lapar," jawabnya singkat.Laura duduk di tepi ranjang, ia menatap Laras yang semakin kusut, rambut dibiarkannya tergerai berantakan, seolah tidak ada lagi semangat hidup."Ayuk pegang apa itu?" Laura melihat Laras menggenggam sesuatu.Laras membuka genggaman di tangannya. kemudian memperlihatkanny
Alex mengambil sesuatu dari saku celananya, kemudian ia hendak menyumpal mulut Laura dengan saputangan yang sudah ia olesi dengan obat bius.Laura mundur beberapa langkah, sehingga Alex yang posisinya masih berada di dalam mobil, sedikit kesulitan untuk melakukan aksinya."Sudah aku duga, kau akan memakai cara-cara licik seperti ini, seperti waktu itu saat kau menjebakku."Laura menatap Alex dengan penuh kebencian."Gara-gara ulahmu itu terpaksa aku menerima lamaranmu," imbuhnya lagi."Bagaimanakah kau bisa mengenaliku, Sayang?" tanya Alex, dengan suaranya yang tidak lagi dibuat-buat."Walaupun kau merubah penampilanmu, tapi a
"Seandainya saja tadi Ayuk aku bisa kita ajak kerjasama untuk menemukan Alex dan komplotannya," ucap Laura."Aku mewakili kakakku, mohon maaf kepada keluarga di sini, atas kelakuannya itu," ucap Laura."Iya, sudah kami maafkan kok, jangan khawatir Laura." balas Humaira."Kamu benar Laura, kakak kamu itu bisa kita ajak kerjasama."Haikal menatap Laura."Laura, tolong ambilkan laptop-ku di kamar," imbuhnya lagi.Laura bangkit dari duduknya, lalu bergegas menuju kamar Haikal, tidak lama kemudian ia pun sudah kembali membawa laptop berwarna hitam dengan layar 14 inci.Haikal mulai membuka laptopnya, ia melihat rekaman CCTV, kini semua orang yang berada di ruang tamu fokus melihat ke arah benda segi empat tersebut."Sepertinya aku kenal dengan pria itu," ucap Laura, ketika melihat Laras turun dari mobil diikuti oleh Hen
Humaira menikmati pemandangan di jalanan kota Bandung yang ia lalui melalui jendela mobil taksi, sudah berbulan-bulan meninggalkan kota ini membuatnya rindu akan tanah kelahirannya itu, sementara Maulida nampak tertidur pulas di sampingnya."Masih lama lagi kah, Kak Ira?" tanya Maulida ketika ia membuka matanya."Nggak lama lagi kok," balas Humaira."Kalau masih ngantuk, tidur aja lagi, nanti kakak bangunin," imbuhnya lagi."Udah nggak ngantuk lagi, kok!" balas Maulida.Tak' lama kemudian, mobil pun berhenti di depan rumah Humaira, ia beranjak turun dari mobil, kemudian mengeluarkan semua barang bawaannya, dibantu oleh Maulida dan sopir taksi."Rumah kakak bagus ya?"Maulida mengedarkan pandangannya ke arah rumah Humaira dan rumah disekitarnya."Ayo masuk!" Humaira tersenyum."Assalamualaikum!" uca
Laras melemparkan gawainya ke atas tempat tidur, ia merasa kesal karena Laura begitu saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Nanti sore pula, katanya! Mana sudah lapar kali' ini," umpatnya sambil memegangi perutnya.Ia berjalan mondar-mandir mengitari kamar, sesekali meremas rambutnya yang hitam sebahu.Laras tersenyum, ketika tiba-tiba mendapatkan sebuah ide cemerlang, kemudian membongkar tas koper besar berisi pakaian, ia mencari sebuah baju yang didalamnya terdapat uang yang ia curi dari keluarga Tuan Kenzi.Beberapa lembar uangkertas yang terdiri daripecahanmulai 1.000yen, 2.000yen, 5000yen, hingga 10.000yen, ia kumpulkan kemudian merapikannya."Sebaiknya aku tukarkan dulu uang Yen ini dengan rupiah, baru aku beli makanan dan langsung pergi ke Bandung," Laras tersenyum puas.Laras mengambil handphonen
"Aku pagi ini disuruh ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian peristiwa kebakaran kemarin," ucap Haikal.Laura menoleh sekilas ke arah Haikal kemudian kembali menikmati sarapannya."Laura, kamu ikut yuk! Temani aku, aku takut nih, berurusan dengan polisi." Haikal menatap Laura.Laura menoleh ke arah Ceu Yati untuk meminta persetujuan, kemudian Ceu Yati menganggukkan kepalanya."Kalau Neng Laura sudah baikan, boleh pergi kok," ucap Ceu Yati."Tapi catering gimana, Mah?" tanya Laura."Urusan catering biar mamah yang urus." Jawab Ceu Yati.Haikal bangkit dari duduknya, kemudian menoleh ke arah Laura."Aku siap-siap dulu, nanti nyusul ya?" ucapnya."Iya" jawab Laura singkat."Mamah juga mau ke tempat catering Hilma, mau ngawasin pegawai." Ceu Yati bangkit dari duduknya lalu ia beranjak p