🌷
🌷🌷🌷🌷
#POV Huma
"Nanti teman-teman saya akan datang dan memeriksa semua sudut ruangan di rumah ini," ucapnya.
"Iya, boleh, A'," jawabku.
Tak lama kemudian, beberapa anggota kepolisian datang, kami diminta untuk segera mengosongkan rumah.
Kami pun mengungsi ke rumah catering untuk sementara waktu, Haikal beristirahat di kamar, sementara aku membantu para pekerja untuk membungkus nasi yang akan diantarkan ke pabrik milik ibu Ayu.
Semenjak bekerja sama dengan Bu Ayu, usaha catering kami semakin ramai, terkadang harus mena
🥀🥀🥀🥀🥀# POV ImronHari ini pertama kalinya aku bekerja kembali, setelah sakit hampir sebulan kemarin.Selama sakit, pekerjaanku dikerjakan oleh rekan-rekan, di bawah pengawasan Ibu Ayu.Aku memeriksa ulang pekerjaan mereka satu demi satu, agar tidak terjadi kesalahan di kemudian hari, karena pekerjaanku ini, memang memerlukan ketelitian yang sangat tinggi, menyangkut keuangan perusahaan.Berjam-jam berkutat di depan layar komputer, ini sangat membuatku lelah.Kupandangi sejenak foto sikembar yang terpajang di meja kerja, wajahnya yang tampan dan menggemaskan itu, menjadi pemicu semangat kerja, rasa lelah pun seakan hilang setelah memandang wajah polosnya.Jam telah menunjukkan pukul dua belas siang, saatnya waktu istirahat khusus untuk para staf, sementara untuk bagian produksi, tiga puluh menit kemudian.
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Imron[" Halo Alex ! Kenapa bisa kamu menjadi buronan polisi ? Apalagi kesalahan yang telah kamu perbuat ? "][" Bagaimana caranya aku bisa menolongmu ? Enggak bisa ! Jangan libatkan aku dengan urusanmu.Nanti Bagaimana jika Bang Imron curiga ! "][" Apa ... ! Hasil tes DNA nya positif ? "]["Ja ... jadi si kembar, a ... anaknya Tu ... tuan Kenzi ? " ]Mendengar pembicaraan Laras di telepon membuatku sangat kaget.'Apa ? Sikembar bukan anak aku ? Jadi selama ini aku telah kena tipu ? Alamak ! ' batinku.secara diam-diam, aku menyelinap masuk ke dalam rumahku, pintu kamar sedikit terbuka aku melihat si kembar sedang terlelap tidur, sementara Laras sedang duduk di atas kasur membelakangi pintu, dengan asyiknya ia menerima telepon tanpa menyadari kehadiranku.["Alex !
🥀🥀🥀🥀🥀#Pov Imron"Kalau menurut aku, ada baiknya kita selidiki dulu semua ini," ucap Togar."Caranya ? " Aku mengerutkan kening.Togar membisikkan sesuatu di telingaku, aku pun menganggukan kepala."Baiklah, aku setuju " ucapku.Togar mengacungkan jempolnya, seraya tersenyumSetelah melakukan pembayaran akhirnya kami pun pulang ke kontrakan kami masing-masing.Tok ...Tok ...Tok ..." Laras ! Buka pintunya ! Abang Pulang," ucapku.Tak lama kemudian pintu pun terbuka, Laras nampak keheranan melihat aku kembali pulang." Abang ! " ucapnya lirih.Aku pun segera masuk ke dalam rumah, Laras mengikutiku dari belakang."Abang ! " Laras bersandar di lenganku yang kekar, suaranya yang mendesah manja, mulai
Imron bergegas menuju ke ruang meeting diikuti oleh icha.Hatinya masih berkecamuk memikirkan pengkhianatan Laras yang sama sekali tidak pernah ia sangka.Imron sangat terpukul mengetahui kalau ternyata si kembar bukanlah darah dagingnya.Bagi Imron, Fahrul dan Farel adalah semangat hidupnya, ia sudah terlanjur menyayangi keduanya.Imron duduk di ruang meeting, sementara Icha duduk di sampingnya, semua staf dan jajarannya telah pula hadir, tinggal menunggu kedatangan ibu Ayu.Tak lama kemudian ibu Ayu datang bersama seorang wanita, semua staf memberi hormat.Imron nampak tersentak melihat Humaira datang bersama ibu Ayu, ia mengira mantan istrinya itu akan diterima jadi buruh karyawan biasa, mengingat ia hanya lulusan SMA.*Makin cantik aja kutengok si Huma, andai saja dulu aku nggak,- aaargh!*
Imron termenung dan kebingungan, harus bagaimana lagi ia merayu mantan istrinya itu agar kembali lagi kepadanya.Akhirnya, ia tersenyum sendiri, ia telah menemukan ide yang cemerlang."Apa pula Kau senyum-senyum sendiri Imron? Apakah kau sudah gila?" tanya Togar."Ah tak' ada," jawab Imron."Ayolah, Bang! Kita pulang saja, sudah sore." Humaira bangkit dari duduknya, sementara Imron bergegas membayar pesanan bakso yang telah mereka makan."Jadi, tinggal dua Minggu lagi orang kalian *married* ya? Nanti masih kerja di sini kan?" tanya Togar."Kayaknya enggak, Bang! Kemungkinan besar aku *resign* hari Sabtu ini, mungkin aku akan tinggal di Aceh," jawab Humaira.Imron telah selesai, ia bergabung kembali bersama Togar dan Humaira."Aku duluan ya Bang Imron, Bang Togar! Assalamualaikum!" Humaira segera menaiki
Tiba-tiba, gawai Laura bergetar, ia langsung mengambilnya, ternyata ada pesan WhatsApp dari Bang Togar, ia pun melihat sekilas video tersebut, dan langsung keluar dari aplikasi tersebut."Astaghfirullah!" gumamnya sambil meneteskan air mata."Kenapa Laura?" tanya Haikal kebingungan."Mereka benar-benar biadab ternyata, Kal. Mereka melakukan itu, sungguh menjijikkan." Laura bersedih Sepertinya aku harus pulang kampung dulu, aku akan mengurus surat ceraiku di sana," ucap Laura."Kapan rencananya?" tanya Haikal."Kalau bisa hari ini juga aku pulang, Kal! Sakit sekali hati ini," jawab Laura."Yuk turun!" ucap Haikal."Loh! Emangnya mau ngapain?" tanya laura."Bagaimana sih katanya mau makan bakso!" ucap Haikal."Oh iya, yuk!" Laura segera turun dari mobil dan diikuti oleh Haikal.Suasana di kedai bakso s
Seperti biasa, setiap malam sebelum tidur, Humaira dan Wahyu selalu bertukar kabar, ada saja pembahasan di antara mereka. terkadang mereka menceritakan keseharian Humaira bekerja atau pun kegiatan-kegiatannya di Bandung, begitupun Wahyu, ia akan menceritakan tentang kegiatan-kegiatannya di tempat kerjanya di Aceh.Seperti pada malam ini, Humaira sedang menunggu telepon dari Wahyu, sambil melihat-lihat akun facebooknya dan memeriksa sosial media lainnya.Sesekali matanya melihat ke arah jam, sudah tepat pukul sembilan malam, namun belum juga ada tanda-tanda telepon dari Wahyu.Kring...Kring...Kring...Akhirnya yang ditunggu tunggu telah menelpon, dengan senang hati, Humaira segera mengangkat telepon dari Wahyu.["Halo! Assalamualaikum Aa' Wahyu!"] Ucap Humaira.["Waalaikumsalam calonn istri Aa' yang cantik! Bagaimana kegiatan hari ini? Ada berita apa di situ?"] tanya Wahyu.[" kegiatannya hari ini, ya kerja seperti bias
Pagi itu Togar berangkat kerja sendirian, ia hendak berangkat kerja bersama Imron, namun sepertinya ia tidak ada dikontrakannya, rumahnya sepi, dipanggil pun tak ada sahutan, sementara telepon Imron juga tidak aktif.*Ah, mungkin dia sudah berangkat kerja duluan* batin Togar.Semalaman ia juga tidak berjumpa dengan sahabatnya itu, biasanya Imron akan mengajak Togar untuk mencari makan malam, namun tadi malam sama sekali Imron tak kelihatan.Walaupun dekat, ia sengaja menaiki sepeda motor menuju ke tempat kerjanya, ia merasa lelah jika pulang pergi harus berjalan kaki.Suasana sudah begitu ramai di tempat kerja, namun terasa hampa bagi Togar, ia terbiasa bersama-sama dengan Imron.Betapa terkejutnya Togar, ketika memasuki ruangan Imron, namun ia juga tak berada di sana.Melihat Togar, Icha pun menanyakan keberadaan Imron, karena sebentar lagi bel