Share

15. Kesepakatan

Author: Mokaciinoo
last update Last Updated: 2024-03-16 14:00:24

"Kesepakatan seperti apa lagi sih?" tanyaku dengan ogah-ogahan.

"Kamu tahu Universitas X di kota sebelah?" Abra balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan yang telah aku ajukan lebih dulu.

Aku tidak tahu ke mana topik pembicaraan ini akan dibawa. Apalagi karena Abra tiba-tiba menyebutkan soal Universitas X di kota sebelah tempatku berkuliah dulu. Namun, meskipun begitu, aku tetap menganggukkan kepala.

"Tahu. Kenapa?" tanyaku.

"Aku memiliki kos-kosan 23 pintu di sekitaran sana. Jadi aku ingin meminjam namamu dalam pengelolaannya. Aku mau tetap bersikap low profil. Aku tidak mau ketahuan oleh musuhku sebelum aku memiliki persiapan matang untuk menghadapinya," pungkas Abra dengan serius. Aku yang mendengar ucapannya spontan meneguk ludah.

"Tentang musuhmu, apakah masalah di antara kalian begitu serius?" tanyaku dengan sedikit was-was. Jantungku pun berdetak heboh di balik dada.

"Kalau tidak, aku tidak akan terluka seperti ini," jawab
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    16. Membuat Rencana

    "Apa kamu tidak bisa membeli sepeda motor yang agak bagusan dikit?!" Aku berseru dengan keras dari boncengan motor Abra yang bisa dikatakan hampir seperti rongsokan. Seluruh badan motor itu begitu tipis karena hanya tinggal kerangka. Di sepanjang jalan aku terus dibuat khawatir kalau-kalau motor yang kami tunggangi ini akan terbelah karena tidak mampu menahan bobot kami berdua."Siapa yang tahu aku akan membonceng orang suatu saat nanti," timpal Abra turut berteriak karena suaranya dihanyutkan oleh angin."Tsk!" Aku mendecakkan lidah dengan tidak puas."Nanti deh aku beli yang baru," ucap Abra kemudian dengan entengnya. " ... "Aku tidak menimpali. Seluruh tubuhku tegang karena waspada. Jika sepeda motor ini menunjukkan gejala aneh, aku akan langsung melompat. Aku bahkan meminta pada Abra untuk berkendara dengan pelan, dan mengambil sisi pinggir jalan."Itu dia kos-kosannya," celetuk Abra.Dia menghentikan sep

    Last Updated : 2024-03-17
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    17. Perdebatan Ibu dan Anak

    Tok tok tok,Ayam baru saja selesai berkokok ketika pintu kamarku digedor dengan keras dari luar. Aku yang baru saja menyelesaikan sholat subuh hanya melirik dengan malas ke arah pintu."Kamilia! Bangun!" Suara ibu tiriku menggema dengan keras. Jelas sekali terdengar bahwa dia sedang marah.Tok tok tok,"Kamilia!"Aku yang lambat laun tidak tahan dengan keributan ini pun mau tidak mau beranjak membuka pintu untuknya."Ada apa sih pagi-pagi sudah ribut aja!" seruku seraya menunjukkan wajah tidak senang."Kamu masih tidak mau masak dan bersih-bersih rumah juga?!" hardik ibu tiriku itu sambil berkacak pinggang, dan matanya melotot marah."Tidak mau!" jawabku dengan santai."Kamu!" "Percuma saja sih marah-marah. Kenapa tidak menyuruh putrimu saja yang membantu ibunya tersayang memasak dan beres-beres rumah? Biar nanti kalau menikah, dia bisa menyenangkan suami dan mertuanya," ucapku sembari mencib

    Last Updated : 2024-03-18
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    18. Menjalankan Rencana

    "Aku selalu takut dibonceng pakai motor ini," keluhku seraya duduk dengan waspada di atas sepeda motor butut milik Abra."Aku tahu. Besok aku akan beli motor yang baru," ujar Abra sembari mengenakan helmnya."Alasan apa yang akan kamu gunakan kalau bapakku bertanya?" tanyaku lagi."Hutang!" jawab Abra dengan santai."Ah~" Aku pun tanpa sadar mengangguk sebagai tanda mengerti."Udah siap belum?" tanya Abra yang hendak memulai ancang-ancang untuk menarik gas."Udah," jawabku setelah menelan ludah dengan tidak nyaman.Tidak lama kemudian, sepeda motor butut milik Abra sudah meluncur di atas jalanan. Dan butuh waktu sekitar 30 menit berkendara dari rumah hingga kami tiba di kos-kosan itu. "Alhamdulillah. Fiuh~" gumamku seraya mengusap peluh tak kasat mata dari dahiku. Jantung yang sempat menegang pun kini mulai rileks ketika kami selamat sampai tujuan."Itu Pak Rahmat yang sebelumnya aku mintai tolong untu

    Last Updated : 2024-03-19
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    19. Testpack Garis Dua di Tempat Sampah

    "Kamu terlihat sangat bersemangat hari ini. Ada hal membahagiakan apa?" tanya Abra. Dia pasti penasaran karena aku terus berdendang dengan ceria sembari membersihkan setiap sudut kamar."Semalam aku bermimpi indah," jawabku. Ada senyum cemerlang yang terus menghiasi wajahku.Abra pun mendengus geli. "Ternyata gara-gara mimpi. Aku pikir uang 300 juta sudah membuatmu gila," celetuknya asal-asalan."Tidak gila, tapi hampir," balasku dengan bercanda. Kami lalu terkekeh pelan.Berbeda dengan harmoni yang terjadi di dalam kamar kami, suara misuh-misuh ibu tiriku terdengar sampai ke dalam kamar. Wanita paruh baya yang sebelumnya selalu berada di pihak putrinya itu mulai merasakan ketidakpuasan."Nak, ayolah bantuin ibu nyapu sekali-sekali. Terakhir kali lantai di rumah ini disapu dua hari yang lalu," pinta ibu tiriku dengan suara memohon pada putrinya.Aku yang masih terkikik bersama Abra spontan terdiam. Jari telunjuk pun aku dekatkan

    Last Updated : 2024-03-20
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    20. Ternyata Begitu

    "AARGGGGHH!""Lepaskan! Sakit!"Jemima terus menjerit karena genggaman tanganku pada rambutnya semakin menguat. Segala emosi yang beberapa hari ini telah aku pendam jauh di lubuk hati pun berusaha untuk aku salurkan pada rambut halus saudara tiriku ini."Dasar anak nakal. Lepaskan, nggak?!" seru ibu tiriku seraya berusaha melepaskan tanganku dari rambut putrinya.Namun, bukannya menurut dengan patuh, aku justru semakin mengencangkan genggaman tanganku."Aw! Dasar wanita gila! Lepaskan!" maki Jemima dengan galak. Kedua tangannya berusaha untuk balas meraih rambutku. Akan tetapi, aku dengan cepat memundurkan kepala untuk menggagalkan usahanya. Untungnya, kondisi badanku yang lebih tinggi darinya memberikan keuntungan dalam perkelahian ini."Pak, kenapa Bapak cuma bengong aja. Pisahin mereka dong!" seru ibu tiriku semakin gencar berusaha melepaskan tanganku dari rambut putrinya."Mil, lepaskan. Kasihan, Jemima!" t

    Last Updated : 2024-03-21
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    21. Jangan Sampai Jatuh Cinta

    "Sudahlah. Daripada terus memikirkan pria itu, kenapa kamu tidak memberitahuku mengenai usaha baru apa yang kamu rencanakan untuk di ruko itu? Dan kapan akan mulai dibuka?" tanya Abra menyela lamunanku." ... "Sebelum menjawab, aku menepuk kedua pipiku dengan keras hingga memerah agar tidak terus meratapi kemalanganku sendiri. Toh, di balik kemalangan ini, ada juga hikmah yang aku dapatkan."Kamu tahu Wak Saroh yang jualan lauk di perempatan jalan sana 'kan?""Yah, apa hubungannya dengan ini?" tanya Abra."Aku juga ingin mencoba menjual lauk seperti itu. Aku sering melihat kalau sedang beli lauk di sana, banyak ibu-ibu berseragam pegawai yang berbelanja di sana. Mumpung di sampingnya ada sekolahan, aku mau mencoba peruntungan," ungkapku mengutarakan rencana yang ada di dalam kepala.Abra menganggukkan kepala mengerti. "Boleh juga. Lauk yang kamu buat lumayan enak kok," puji Abra. "Lalu, kapan rencananya kamu akan mulai?" tanyany

    Last Updated : 2024-03-22
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    22. Isi Piring yang Berbeda

    "Mau sampai kapan kalian akan memperlakukan orang tua kalian seperti ini? Apa kalian tidak kasihan pada orang tua kalian? Terutama pada ibu yang sudah lelah mengurus kalian dari kecil?" tukas bapak dengan marah.Sebagai tanggapan, aku hanya mendengus sinis. "Siapa itu kalian yang dimaksud? Sejauh yang bisa aku ingat, aku selalu dengan suka rela membantu mengurus pekerjaan rumah ini. Baru-baru ini aja sih aku memberontak. Itu pun karena taulah ya alasannya," tuturku panjang lebar. Tentu saja aku tidak melupakan sindiran dalam kalimatku."Kamu!""Apa?""Huh! Terserah kamu. Bapak capek ngomong sama kamu!" tukas Bapak seraya melenggang ke dalam rumah dengan langkah menghentak kesal.Aku tidak peduli. Setelah sosok bapak menghilang di balik pintu ruang tamu, aku segera mengalihkan perhatian pada Abra."Kamu beli apa?" tanyaku dengan antusias sembari menatap kantong plastik hitam yang tergantung di motor. "Coba tebak,"

    Last Updated : 2024-03-23
  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    23. Mempersiapkan Usaha Baru

    Keesokan harinya masih berlalu seperti biasa. Perdebatan antara Jemima dan ibunya pun kembali terdengar, tapi kali ini aku tidak mau tahu. Pagi-pagi sekali, aku dan Abra sudah mandi dan bersiap. Pagi ini kami memiliki rencana untuk membersihkan ruko yang telah kami sewa agar bisa segera ditempati."Kamu yakin mau bantuin aku beres-beres?" tanyaku sanksi pada Abra."Iya, memangnya kenapa? Apa kamu pikir aku tidak bisa diandalkan?" pungkas Abra dengan nada ketidakpuasan atas pertanyaanku."Bukan begitu, kamu 'kan pernah bilang kalau keluargamu adalah keluarga nomor lima terkaya di Negara ini. Jadi, aku pikir kamu tidak terbiasa melakukan pekerjaan kuli," ujarku."Kalau dulu awal-awal sih memang tidak terbiasa, tapi sekarang sudah biasa aja," timpal Abra dengan santai.Aku menganggukkan kepala mengerti. "Kalau begitu, ayo berangkat. Nanti kita cari sarapan di pinggir jalan," ucapku seraya menyelempangkan tas kecilku."Yuk!"

    Last Updated : 2024-03-24

Latest chapter

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    51. Damar POV | Jatuh Miskin

    "Mas, minta uang dong!" ujar Jemima ketika aku hendak berangkat bekerja."Nggak ada!" jawabku dengan terus terang. Biaya mahar dan hutang untuk menyelenggarakan pernikahan kemarin telah membuatku jatuh miskin. Uang di dalam tabunganku hanya tersisa dua juta saja. Sementara gajian masih lama. Terlebih lagi, aku enggan untuk memberikannya pada wanita culas ini."Mas, kamu nggak bisa gini dong. Aku ini istri kamu. Sudah sepantasnya kamu memberi nafkah padaku," protes Jemima tidak terima.Aku mengangkat bahu dengan masa bodoh. "Uangku sudah habis untuk membayar maharmu beserta biaya pernikahan dan lain sebagainya. Sampai nanti hutangku pada Januar habis, aku tidak bisa memberikan nafkah finansial untukmu," ungkapku."APA?!" pekik Jemima membuat telingaku seketika pengang."Kamu tidak usah teriak. Aku bilang kalau aku tidak akan memberikan nafkah padamu sampai hutangku pada Januar habis," ucapku mengulang pernyataan sebelumnya.

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    50. Seatap Dengan Mantan

    Berbeda dengan suasana hatiku yang ceria karena mengetahui satu lagi fakta soal Abra, suasana yang meliputi pengantin baru di keluarga ini tampak lebih suram. Sama sekali tidak ada rona bahagia yang seharusnya dimiliki oleh pasangan pengantin baru."Wah, senang ya. Sekarang rumah ini jadi makin ramai. Meja makannya sampai nggak muat nih," celetukku memecah kesunyian yang menyelimuti anggota keluargaku malam ini.Meja makan di rumah kami yang seharusnya hanya muat untuk empat orang itu kini ketambahan satu penghuni baru lagi. Tidak heran jika meja makan ini semakin terasa sempit dan penuh sesak."Iya, kamu dan suami kamu tuh yang menuh-menuhin tempat," balas Jemima dengan sewot.Bukannya marah, aku justru memiliki hasrat untuk ingin terus menggoda pasangan pengantin baru ini."Aku tahu kalau aku dan suamiku yang menuh-menuhin tempat. Oleh karena itu, aku ingin mengucapkan terima kasih pada semuanya karena telah membuat hal ini terjadi. Aku

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    49. Tentang Januar

    "Kamu benar-benar mengenal kakaknya Mas Damar?" tanyaku dengan sedikit keterkejutan."Iya!" jawab Abra singkat."Wah, betapa sempitnya dunia ini," ucapku kemudian. "Ngomong-ngomong, bagaimana kamu bisa mengenalnya?" tanyaku dengan nada sedikit terlalu antusias." ... "Abra tidak langsung menjawab, dia hanya menatapku dengan kening berkerut. Mungkin juga dia tengah menimbang apakah akan memberitahuku atau tidak."Kalau kamu tidak mau memberitahu, aku juga tidak akan memaksa," ucapku dengan cepat. Aku tidak mau Abra beranggapan bahwa aku ini wanita ceriwis yang terlalu ingin ikut campur dengan urusannya." ... "Abra tidak menanggapi. Dia masih tetap diam dengan sorot mata menyipit tajam ke arahku. Situasi ini membuatku merasa canggung dan kikuk."J ... Jangan melihatku seperti itu," ujarku dengan terbata. Dipandang seperti ini membuatku gugup. Sorot mata itu terlalu tajam hingga membuatku merasa tatapa

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    48. Damar POV | Kenapa Dia Datang

    "Nanti kamu tinggal aja di belakang. Kalau-kalau ada makanan yang kurang agar bisa langsung segera ditangani,"Sudah tidak terhitung berapa kali kalimat pengingat ini dilontarkan oleh ibu tiriku. Apalagi di hari-hari menjelang pernikahan Jemima. Sekarang bahkan lebih parah. Sejak pagi buta dia sudah mengulang kalimat yang sama sampai aku bosan mendengarkan."Aku tahu. Ribut banget sih!" timpalku dengan sewot."Awas aja kamu. Jangan sampai berkeliaran. Orang-orang sini masih sensi sama kamu," tukas ibu tiriku memperingatkan sekali lagi."Iya! Iya!" tukasku dengan tidak sabar.Hari ini adalah hari pernikahan Jemima dan Mas Damar. Sejak subuh tadi, seisi rumah sudah heboh karenanya. Tentu saja aku juga tidak ketinggalan. Bahkan sebelum subuh, aku sudah mulai memberi komando pada para pekerjaku untuk memasak.Akhirnya setelah perdebatan alot dengan ketiga anggota keluargaku itu, mereka setuju untuk menggunakan jasaku. Itu pun karena

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    47. Pernikahan Jemima

    "Nanti kamu tinggal aja di belakang. Kalau-kalau ada makanan yang kurang agar bisa langsung segera ditangani,"Sudah tidak terhitung berapa kali kalimat pengingat ini dilontarkan oleh ibu tiriku. Apalagi di hari-hari menjelang pernikahan Jemima. Sekarang bahkan lebih parah. Sejak pagi buta dia sudah mengulang kalimat yang sama sampai aku bosan mendengarkan."Aku tahu. Ribut banget sih!" timpalku dengan sewot."Awas aja kamu. Jangan sampai berkeliaran. Orang-orang sini masih sensi sama kamu," tukas ibu tiriku memperingatkan sekali lagi."Iya! Iya!" tukasku dengan tidak sabar.Hari ini adalah hari pernikahan Jemima dan Mas Damar. Sejak subuh tadi, seisi rumah sudah heboh karenanya. Tentu saja aku juga tidak ketinggalan. Bahkan sebelum subuh, aku sudah mulai memberi komando pada para pekerjaku untuk memasak.Akhirnya setelah perdebatan alot dengan ketiga anggota keluargaku itu, mereka setuju untuk menggunakan jasaku. Itu pun karena

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    46. Damar POV | Pusing Tujuh Keliling

    Damar POV,"Kamu bicara sendiri sama kakakmu sana. Jangan ibu terus yang disuruh ngomong. Ibu juga malu!" ujar ibu ketika aku memintanya untuk meminjam uang lagi pada kakakku itu."Yah, Bu. Aku juga malu!" tukasku terus memohon pada ibu.Meskipun aku dan sang kakak bersaudara kandung, tapi hubungan kami hampir tidak bisa disebut saudara. Aku dan kakakku yang bernama Januardi itu terpaut usia 5 tahun. Sejak kecil kami tidak pernah akur. Sikap pembeda bapak adalah pemicunya. Tidak peduli bagaimana nakalnya kakakku ini, bapak tidak pernah memarahinya. Dia senantiasa selalu menjadi favorit dalam keluarga. Berbeda sekali dengan aku yang meskipun berjuang keras dalam bidang akademik, tapi itu tidak pernah cukup untuk membuat bapak terkesan. Prestasi-prestasi yang aku peroleh di sekolah seolah tidak memiliki arti. Ketidakadilan yang mendera kami tidak hanya terbatas pada sikap bapak, tapi alam pun seolah turut serta. Aku yang setengah mati bel

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    45. Pesanan Katering

    "Widih, kamu kenapa jalannya begitu? Habis bertempur semalaman ya?" celetuk Jemima ketika melihatku keluar dari kamar dengan langkah sedikit mengangkang. Mendengar celetukan frontal wanita ini, aku segera melemparkan delikan sinis. "Jangan sembarangan ngomong kamu!" sentakku dengan kesal.Jemima mengangkat bahu dengan acuh tak acuh. "Santai aja kali. Kayak gitu tuh sudah biasa di antara suami istri. Tidak usah disembunyikan," ujarnya.Tanpa sadar aku pun menggertakkan gigi karena kesal. Sesekali aku juga melirik ke arah pintu kamar di belakangku. Aku sama sekali tidak mau Abra mendengar perkataan Jemima yang kurang ajar ini."Terserah kamu!" ucapku dengan niat ingin mengakhiri topik yang sangat tidak nyaman ini.Dengan langkah tertatih karena kakiku yang terasa berat, aku kemudian berjalan menuju kulkas yang tidak jauh. Pagi ini aku memutuskan untuk bolos bekerja. Tubuhku yang serasa remuk redam ini terlalu enggan untuk diajak bekerja ke

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    44. Usaha Menjadi Bihun

    Hari-hari yang aku dan Abra lalui masih sama seperti biasanya, hanya ada sedikit perbedaan di jam pulang. Kami yang biasanya berangkat setelah subuh dan pulang setelah isya, kini membatasi jam kerja hingga sampai jam 3 sore saja. Untuk meringankan pekerjaan, aku juga menambah dua pekerja lagi. Mereka adalah ibu-ibu paruh baya yang memang sudah berpengalaman di dapur. Nama mereka adalah ibu Dewi dan juga ibu Humairah."Aku tidak mempunyai pengalaman dalam berolahraga, jadi apa yang harus aku lakukan untuk memulai nih?" tanyaku pada Abra di suatu sore yang cerah.Saat ini aku sudah mengenakan sepasang pakaian training, dan berdiri di tengah-tengah lapangan bersama Abra."Pertama-tama, kamu harus pemanasan dulu. Lari keliling lapangan ini sebanyak lima kali," tukas Abra."Hah?""Jangan banyak protes. Lari ini baik untuk kesehatan. Jangan cuma mikir kurusnya aja tapi kondisi organ dalam tidak jelas," tukas Abra. "Dengan berlari minimal 30 men

  • Suami Paksaku Ternyata Konglomerat    43. Gara-Gara Lemak Perut

    Sejak mulai mengenal Abra, aku merasakan hidupku menjadi terombang-ambing. Seringkali apa yang sudah aku rencanakan dengan mantap hancur berantakan begitu saja. Seperti misalnya hari ini.Di tengah perjalanan pulang, Abra tiba-tiba berceletuk. "Kapan rencananya kamu akan mulai make over diri. Katanya mau tampil lebih percaya diri, tapi belum ada pergerakan juga tuh?" ucapnya."Hah? Kamu bilang apa?" tanyaku.Ada sedikit rasa tidak pasti ketika mendengar ucapan Abra yang seperti ini, apalagi karena kami sedang berada di atas sepeda motor, dan suara deru angin yang berhembus kencang membuat pendengaranku agak tidak jelas."Apa kamu tidak berniat untuk menjadi wanita yang tinggi, putih, dan langsing kayak bihun itu? Habisnya aku merasa lemak di perutmu agak tebal," tukas Abra dengan suara yang sedikit lebih dikeraskan kali ini."Kamu bilang apa?!" pekikku seraya menepuk bahu Abra dengan keras.Dengan Abra yang mengatakan bahwa lemak

DMCA.com Protection Status