Share

Bab 29

Auteur: Wening
last update Dernière mise à jour: 2021-11-05 16:24:19

*Dio. Darah Perawan*

Kepalaku berdenyut nyeri. Ketika hasrat memuncak mencari muara, Enjang justru beranjak. Apa dia mempermainkanku?

“Kak Dio.” Sayup kedengar suara memanggil.

Kuikuti arak gerakan mata Enjang ke sebuah sudut. Sesosok perempuan berdiri di depan pintu ruangan ini yang … terbuk? Kutarik kain yang terjangkau tangan menutupi tubuhku. Ketegangan di bawah sana menyakitiku. Aku bergelung karenanya, sampai suara istriku berbisik lembut.

“Dia juga milikmu. Halal. Sampaikan hasratmu padanya,” katanya sambil menarik tanganku menyentuhkan pada sesuatu.

Respont tubuhku menjadi jadi. Otakku buntu tak sanggup lagi berpikir. Kutarik tubuh itu mencari suatu yang lain untuk kuraih dengan bibirku yang bergetar. Dapat. Balasannya membuat pusatku bergelora.

Kusingkirkan segala penghalang. Napasku memburu mendapatkan hal berbeda. Tak

Chapitre verrouillé
Continuer à lire ce livre sur l'application

Related chapter

  • Suami Mudaku   Bab 30

    Rindi menerobos masuk kamar mandi begitu aku keluar. Mungkin dia merasa tidak nyaman dengan penampilannya yang hanya berbalut handuk hotel. Kantong loundri penuh baju kotor kami sudah tak ada. Mungkin petugas telah mengambilnya.“Semoga lekas beres.” Aku bicara sendiri.Kami harus menunggu baju itu siap dipakai lagi baru bisa keluar hotel. Belanja pakaian ganti dulu jelas tak mungkin buat keadaan kami tadi. Online juga perlu waktu pengiriman. Hanya cara ini yang terbaik. Sementara kami bisa pakai baju mandi berbahan handuk yang disediakan pihak hotel sambil menunggu pakaian kami siap dipakai kembali.Menunggu Rindi mandi serasa lama sekali. Dasar perempuan. Apa saja sih yang dilakukannya di dalam sana? Hatiku terus ngedumel. Ada yang harus kulampiaskan pada wanita itu. Pelik ini jelas dia penyebabnya.“Datang tak diundang dan menerobos kamar? Apa yang kamu pikirkan? Hah!&rdquo

    Dernière mise à jour : 2021-11-07
  • Suami Mudaku   Bab 31

    “Nduk … apa semua baik-baik saja?”“Nggih, Bu. Kenapa bertanya begitu?”Aku tersenyum pada wanita istimewa ini. Menutupi gundah dalam hati walau beliau selalu tahu jika anaknya ini sedang banyak memikirkan sesuatu. Filingnya sebagai ibu sungguh tajam. Menghambur kepelukannya adalah hal paling mampu memberikan ketenangan.“Kamu itu bukan anak kecil lagi. Asam garam kehidupan bukan sebentar kita rasakan. Berusahalah untuk bertanggung jawab akan segala resiko setiap keputusan yang kita ambil.”“Inggih, Bu.”“Sekarang temui suamimu sana! Kalau ada masalah, segera selesaikan dengan kepala dingin. Ibu tahu Enjang pengalaman dalam hal ini lebih dari, Nak Dio. Jangan membuatnya kebingungan.”Mendengar suaranya disebut segera saja adegan itu berkelebat di pelupuk. Syarafku kembali tegang.

    Dernière mise à jour : 2021-11-08
  • Suami Mudaku   Bab 32

    “Apa! Dirubah lagi, Bu?” Pekikan bapak setengah baya itu membuatku merasa tak enak hati.Aku tak mungkin terus mengingatnya. Semua harus dilupakan. Tak menyangka hal seperti itu akan membuatku merasa trauma bahkan pada suamiku sendiri. Tak mungkin sebuah kesalahan kemudian membuatku menyerah akan pernikahan yang baru seumur jagung. Tidak. Itu bukan Enjang yang gampang menyerah. Akan kuatasi trauma ini. Menghilangkan segala jejak tak menyenangkan dan menggantinya dengan suasana baru pasti membantu.“Dirubah lagi, Bu?” tanya Rina pegawaiku takut-takut.Wanita yang kuserahi untuk mengurus proses setiap perubahan di wilayah usahaku mematung. Dahinya Nampak berkerut karena pekerjaan itu belum lama serah terima dan aku sudah berkata puas akan hasilnya kemarin. Selang tiga hari saja aku minta merubahnya.“Tiba-tiba aku tak suka, Mbak.”&

    Dernière mise à jour : 2021-11-08
  • Suami Mudaku   Bab 33

    “Apa! Hamil?” Bu Ratih mengguncang bahu anak permpuannya keras.Dengan wajah kusut masai Rindi sama sekali tak bereaksi. Membiarkan badannya terantuk-antuk ke depan dan belakang. Perutnya kembali bergejolak. Dengan lemah melepaskan diri dari pegangan ibunya berlari ke arah wastafel.“Hueeekk!!”“Ya ampun, Rindi!” Sang mama kembali memekik gemas.“Kamu gimana sih, belum bisa kuliah dan sukses, status istri yang dimadu, malah sekarang hamil. Pinter banget sih kamu jadi perempuan?” Bu Ratih terus merutuk kesal.“Sudahlah, Ma … mau gimana lagi? Hueekk!”“Kamu saja yang bodoh!” Bu Ratih mendelik menatap suaminya yang ikut campur masalah perempuan.“Apa sih maksudmu, Mas?”“Kau jaga anakmu itu. Tak perlu kuliah susah-susah dia s

    Dernière mise à jour : 2021-11-09
  • Suami Mudaku   Bab 34

    Hamparan permadani di depan ruang keluarga tampak lengang. Hanya ada suara siaran TV yang menampilkan seorang wanita sedang menyampaikan berita dunia. Padahal ada tiga orang yang seperti sedang focus pada benda kotak berwarna hitam yang menempel pada bagian tengah dinding ruang.“Istrimu sudah tidur?” tanya Bu Salma.“Ayah tebak. Kalau belum tidur dia tak mungkin bertingkah manja begitu sama kamu, Ma.”Dio yang tengah menikmati belaian tangan lembut di pangkuan Sang Ibu mencibir. “Bilang aja, Ayah cemburu.”Percakapan mereka yang akrab dan hangat sedikit membuat Dio lega karena kedua orang tuanya tak menanyakan kapan dirinya berbaikan dengan Rindi hingga membuatnya hamil. Pasalnya sejak kejadian di hotel, mama dan ayahnya hanya tahu menantu pertamanya dititipkan pada orang tua di Solo sementara anak semata wayangnya ini justru ke Yogja untuk menikah lagi.&n

    Dernière mise à jour : 2021-11-09
  • Suami Mudaku   Bab 35

    Pagi ini Dio sengaja menghabiskan waktu di rumah bersama Rindi. Sore nanti jatahnya kembali ke rumah Sarah. Kedua orang tuanya pergi mengunjungi kerabat jauh yang sedang mengadakan acara keluarga.Rindi menuruni anak tangga dengan wajah masih kusut. Dio yang tengah menyiapkan sarapan bagi mereka berdua tersenyum menyadari kehadiran istrinya.“Sudah bangun? Kenapa tak merapikan diri sedikit dulu? Ke kamar mandi cuci muka, gosok gigi, terus turun lagi sarapan, ya … aku tungguin,” perintah Dio sambil mengedipkan sebelah mata.Rindi tersenyum malu lalu kembali ke atas. Saat turun wajahnya telah segar terbasuh air dan sapuan bedak tipis. Pasangan muda itu lalu duduk menghadap sarapannya masing-masing. Dio membuat omelet sayur untuk menu sarapan.“Cobalah, apa bisa makan ini?” katanya menyodorkan sendok miliknya.Rindi mencoba membuka mulut dan mengecapny

    Dernière mise à jour : 2021-11-09
  • Suami Mudaku   Bab 36

    “Sayang, ada yang mau Mas bicarakan.”“Soal apa?”“Apa usahaku cukup berhasil?” Aku mengerutkan kening.Belakangan sikap Mas Dio jadi banyak diam. Usilnya berkurang banyak, apa lagi tengilnya saat bersamaku. Predikat Ayah yang sebentar lagi akan disandang mungkin yang membuatnya jadi berubah. Istri muda eh, pertama yang masih muda sekarang sedang hamil.Aku lega karena suami mudaku bakal punya keturunan meski bukan dari rahimku sendiri. Rindi cukup bisa diandalkan walaupun masih sangat muda. Usianya Sembilan belas tahun sekarang ini. Sebaya anakku Royyan. Begitu yang kudengar.“Malah melamun.” Aku tergagap mendapat sentilan di dahi.‘Tentu saja. Istri mudamu sedang hamil, kan? Kau tak mau berbagi bahagia denganku?’“Sebenarnya apa yang ada di kepalamu sekarang

    Dernière mise à jour : 2021-11-10
  • Suami Mudaku   Bab 37

    Aku merasa bersalah sekali. Mas Dio sangat menerima anak-anakku. Kasih sayangnya tulus membuat jiwa polos mereka mudah menerima sampai dalam hati berdampingan dengan ayah kandung. Keresahan seorang ayah yang ketakutan anaknya tak akan diterima membuatku sungguh kerdil sebagai istri dan ibu. Hanya karena rasa cemburu.“Maafkan aku.” Kupeluk suamiku erat.“Berapa bulan kandungannya?” Mas Dio diam saja menatapku.“Kenapa?”“Namanya Rindi. Apa aku egois kalau berharap kalian saling menerima?””Hanya dengan legowo menerima, kalian bisa berhubungan baik dalam batasan yang kalian inginkan. Sikap kalian akan terlihat oleh anak-anak kita, Sayang.”“Apa, dia ….”“Rindi!”“Iya! Iya, Rindi. Apa bisa juga menerimaku

    Dernière mise à jour : 2021-11-10

Latest chapter

  • Suami Mudaku   Bab 128. Musibah atau Berkah?

    Prosesi pemakaman papa berjalan lancar dihadiri segelintir tetangga yang mengenal keluarga mama. Rumah yang ditinggali sekarang memang rumah warisan nenek untuk anak perempuannya itu dan keluarga nenek dulu termasuk orang baik di lingkungan.Kak Dio dan keluarga besar Pratama juga hadir termasuk Azka dan … Enjang.Aku mengabari Kak Dio berharap mendapatkan simpatinya tak menyangka mereka datang rombongan termasuk wanita itu.Mama Salma memelukku dengan tangis lirih. Aku tahu beliaulah yang paling menerimaku dalam keluarga itu. Ayah mertua yang dulu juga sangat mendukung aku dan putranya menjadi keluarga utuh monogamy sekarang acuh tak acuh karena kepercayaannya telah ternodai oleh perbuatan jahat orang tuaku di masa lalu.“Mama … ayo pulang.”Mama masih bergeming menatap kosong pada gundukan tanah merah di mana jasad papa beristirahat untuk selamanya. Wanita itu seperti punya naluri bahwa keluarganya tengah berkabung. Meski tidak menangis tapi terus-terusn berwajag sendu. Sangat penu

  • Suami Mudaku   Bab 127. Sah sebagai Janda

    Hari sudah malam ketika aku berjalan lunglai menuju pintu rumah. Lampu ruang tamu masih menyala seperti saat kutinggalkan mengikuti Kak Dio tadi. Dari balik kaca aku masih bisa melihat dengan jelas tubuh kurus Papa yang terduduk membisu di depan TV. Aku tahu beliau tidak sedang menonton karena layar datar di depannya terlihat gelap.Apakah yang sedang dipikirkannya?Kalah oleh tubuh ringkihnya pikiran papa masih normal untuk memahami banyak hal. Tentu itu penyiksaan tersendiri bagi beliau. Beda dengan mama yang sekarang bahkan tak mengingat aku sebagai putrinya.“Papa ….”Rupanya papa duduk sambil memejamkan mata. Mungkin tertidur saat menungguku pulang karena sejak aku datang lelaki yang dulu selalu lembut pada keluarga itu tak melepas pandangan dari putri kesayangannya ini. Bagaimanapun jahatnya papa di luar sana dia tetap seorang suami dan ayah terbaik.Aku tersentak mendapati tubuh papa yang sangat panas. Kuraba dahi untuk memastikan dan ternyata benar kalau papa demam tinggi. Su

  • Suami Mudaku   Bab 126. Mengalah untuk Menang

    Telah satu jam lebih lamanya kami tetap duduk berhadapan terhalang sebuah meja kecil dan saling membisu. Di meja itu terdapat dua gelas minuman dingin yang es batunya telah mencair juga sebuah map yang tergeletak begitu saja.Setelah ketegangan di rumah mama dan papa tadi kami sepakat untuk bicara berdua secara pribadi. Café inilah yang dipilih Kak Dio. Lelaki yang kulihat semakin tampan diusia matang itu setia menekuri lantai dibawahnya. Wajah cantic istrinya ini yang telah lima tahun berpisah pun bahkan tak menarik minatnya. Justru lembaran berkas perceraian yang disodorkan di depanku.Keterlaluan!“Sampai kapan kau akan bersikap begitu, Rindi?” tanya, Kak Dio menatapku lelah.Haruskah aku mengalah?“Pikirkan baik-baik. Uang dan waktumu bisa kau gunakan untuk mengurus keluargamu yang sekarang keadaannya memprihatinkan. Juga adik yang perlu perhatianmu. Aku tak mungkin terus mengurus mereka apalagi kau sudah kembali.” Uraian panjang itu justru membuat emosiku menanjak.“Semua itu ka

  • Suami Mudaku   Bab 125. Keluargaku yang Berharga

    “Benar, Pak. Bu Rindi datang ke rumah lama Pak Amir lalu pergi lagi setelah mendapati rumah berpindah pemilik.” “Apa kau tahu ke mana lagi dia pergi setelahnya?” “Ya. Pak. Kami terus mengikutinya dan perkiraan kita tepat sekali. Bu Rindi kemudian mengunjungi rumah lama orang tuanya. Seperti perintah Pak Dio, pengurus rumah tidak bekerja di hari sebelumnya hingga keadaan mereka menjadi sangat menyedihkan.” “Baik. Terus awasi dia! Saya meluncur kesana,” kataku mengakhiri panggilan telephon orang suruhan yang bekerja mengikuti pergerakan Rindi. Aku tak boleh kembali kecolongan. Sikap polos istri pertamaku itu telah melenceng jauh dari harapan agar menjadi wanita yang pantas untuk Azka putra pertamaku bersamanya. Rindi merusak semuanya. Menyakiti anaknya sendiri demi ego, juga bertindak keterlaluan pada Enjang yang nota bene seseorang yang telah menolongnya bertahun-tahun mengasuh seorang anak dari suami dengan wanita lain meski itu adalah istri pertama suaminya. Aku memiliki anak-a

  • Suami Mudaku   Bab 124. Perjuangan Rindi

    Rindi melesat membelah jalanan bersama limousine hitam yang kendarainya. Bentuknya yang panjang sebenarnya sedikit merepotkan mengingat di Indonesia begitu banyak daerah macet lalu lintas dan juga sangat repot ketika mendatangi wilayah padat penduduk dengan gang-gang sempit seperti kota J. “Aku harus segera ganti mobil,” gerutu Rindi sambil berjuang keras mengendalikan kendaraannya. Limousine itu dibelinya menghabiskan tabungan nafkah yang selalu dikirimkan oleh sang suami tetapi tidak terpakai. Dengan harapan menaikkan status social di depan Enjang ketika kembali dari luar negeri. Sayangnya mencari sopir pribadi untuk layaknya pemilik sebuah limousine tidaklah mudah apa lagi dulu Rindi selalu tergantung suami, mama atau papanya untuk segala urusan hidup. Bahkan ketika dirinya telah berstatus istri Dio, peran orang tuanya tetap besar menyetir hidup Rindi. Rindi kesulitan hidup mandiri di Negara ini yang memang armada umum tak sebaik kota terakhir dirinya tinggal di luar sana. Setel

  • Suami Mudaku   Bab 123

    Dio melajukan mobil dengan kecepatan sedang ke arah timur kota. Melewati pemukiman yang cukup padat kemudian lurus naik mengarah ke tanah luas berbukit. Suasana asri segera terpampang memanjakan penglihatan. Pepohonan rindang berjejer rapi di kanan kiri jalan. Hingga sampailah pada sebuah gerbang yang lengkap dengan post penjagaan.Bimm!!!Seorang lelaki berseragam biru tua dengan topi di kepala bergegas keluar memeriksa. Setelah dipastikan mengenal mobil dan pengendaranya, kemudian dia bergegas membuka gerbang.Dio melesat masuk bersama kendaraannya menyusuri taman yang cukup luas untuk mencapai rumahnya bersama Rindi.Tampak di kejauhan petugas yang membuka gerbang tengah bicara dengan seseorang.“Benar, Pak Amir. Pak Dio datang sendirian.”“....”“Baik, Pak.”🍀“Ada apa, Pak?” tanya Bu Amir melihat ketegangan di wajah suaminya.“ Den Dio datang sendirian tanpa memberi kabar terlebih dahulu.”“Kita tidak pernah membuat masalah, Pak ... Kenapa harus khawatir?” tanya istrinya lagi de

  • Suami Mudaku   Bab 122

    Denting sendok terdengar berirama di meja makan rumah Enjang dan Dio. Meja oval dengan enam kursi yang mengelilingi telah terisi lima dan menyisakan satu yang kosong. Biasanya kursi itu akan digunakan seorang pengasuh untuk membantu anak-anak. Hanya saja sejak si kembar tiga tahun Enjang memutuskan untuk mengasuh mereka dengan tangannya sendiri. Azka berusia menjelang empat tahun saat itu. Usia pra sekolah adalah masa penting anak banyak belajar dan meniru orang terdekat hingga dirinya rela bersusah payah karena tak ingin anak-anaknya salah didikan. Enjang sangat protektif akan perkembangan anaknya termasuk anak Sang Suami dengan wanita lain sekalipun. “Pergi ke kamar kalian dan kerjakan tugas seperti biasa. Jam sembilan bunda naik untuk memastikan kalian sudah bersiap untuk tidur. Besok sekolah,” kata Enjang begitu ketiga anak itu sudah menyelesaikan makan malam. Mereka bergegas beranjak meninggalkan ruang makan menuju lantai dua di mana kamar mereka berada. Sang ayah membuat sebu

  • Suami Mudaku   Bab 121

    “Bagaimana sebenarnya Ibu menyampaikan pesan Rindi sama perempuan itu?” tanyaku langsung tanpa basa-basi. Tampak dahi wanita berbusana serba hitam itu mengerenyit dalam. Aku tak peduli karena saat ini hati tidak sedang dalam mode baik-baik saja. Hatiku sakit karena ulah mereka semua. Bahkan guru mengaji pribadi yang selalu koar-koar padaku agar menjaga keutuhan keluarga demi surga ini tidak becus mengemban tugas kecil. Menyampaikan pada wanita itu bahwa aku pergi bukan karena tak mencintai suami. Aku dan Kak Dio saling mencintai. “Sepertinya Mak Rindi datang dengan rasa marah. Ada apa?” tanyanya dengan suara lembut. Tak pengaruh bagiku dengan kelembutannya karena hati sedang panas. “Ada apa? Ibu yang kenapa?” Aku menunjuk dengan jemari lentik berhena coklat ini tepat ke arah wajahnya. Dia mundur dengan secara reflek. Kerutan di dahinya semakin bertumpuk. “Rindi minta tolong untuk menyampaikan pesan bahwa kami saling mencintai agar wanita tua itu tidak songong, bukan suruh dia

  • Suami Mudaku   Bab 120

    Rindi tertegun menyaksikan ruang kerjanya sangat berantakan. Perlahan dirinya bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama kemudian penampilannya telah rapi dan segar dengan busana muslim simple melekat ditubuh langsingnya.Rindi melangkah anggun keluar dari ruangan pribadinya melewati para pegawai butik yang segera menyibukkan diri masing-masing.Tak tampak kekacauan yang baru saja terjadi pada dirinya.“Tolong bereskan ruangan atas, ya.Saya mau keluar jadi selesaikan segera sebelum saya kembali.” Perintahnya lugas layaknya bos.“Baik, Bu.”Rindi memang menjadikan lantai dua butiknya sebagai kantor dan tempat tinggal sementara. Dirinya belum kembali ke rumah kediamannya bersama Dio karena cukup jauh dari kantor Sang Suami.Niatnya sebelum kembali ke rumah itu, Rindi akan memantau kehidupan suami bersama madu dan juga anaknya yang dalam pengasuhan istri kedua suaminya itu.Sayang, se

DMCA.com Protection Status