Share

159. I Hate You, Marsha

Author: Harmony^-
last update Last Updated: 2023-10-29 23:00:32

Marsha menguap. Wajah tak berdosa itu membuat 3 orang di depannya mengeluh dalam hati.

Bahkan menghela napas kasar berulang kali untuk mengusiknya, namun Marsha malah kembali berbaring dan memejamkan matanya.

“Marsha ....” Derren menatap tajam. Begitu pula dengan Gama dan Lea. “Tahukah apa yang membuat kami bertiga datang dengan wajah kesal begini?”

Dengan enteng Marsha mengangkat bahunya acuh tak acuh. “Aku tidak ingin tahu. Dan ... bisakah kalian keluar dari sini? Aku benar-benar butuh istirahat hari ini.”

Lea memutar bola matanya malas. Ia mendekati Marsha, menunjukkan wajah babak-belurnya.

Lea protes. “Jika bukan karena kamu mati, aku tidak akan mendapat banyak luka begini. Sekarang dengan santainya kamu mau tidur lagi tanpa menjelaskan apa pun?”

Marsha menghela napas kasar. “Pasien memang harus banyak istirahat. Ia tak boleh banyak pikiran. Mengerti?”

Lea menatap geram. “Jangan bersikap dingin begitu, Marsha.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   160. Misi Mandiri

    Marsha diam sepanjang hari. Tak ada yang membuatnya melakukan aktivitas. Ia hanya diam di kamarnya dan menikmati waktu membacanya dengan santai. Ponselnya juga sudah di matikan karena bosan menjawab pertanyaan teman terdekatnya tentang bagaimana kondisinya saat ini. “Nona.” Daniel masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu. Lelaki itu datang dengan Naya dan Salma—tampaknya setelah mereka selesai latihan. “Bagaimana keadaanmu, kak?” Naya bertanya. Gadis itu datang mendekat pada Marsha dan berdiri di sampingnya. “Tak ada yang istimewa. Aku hanya perlu beristirahat, menghabiskan waktu dengan santai selama satu minggu di sini. Setidaknya sampai lukaku tertutup.” Marsha menjelaskan dengan malas. Sepanjang hari hanya di habiskan dengan bersantai, makan dan tidur. Ia benar-benar tak pernah menjadi pemalas seperti ini sebelumnya. “Baguslah. Aku harap Anda bisa tenang berapa saat. Karena kami yang akan mengurus

    Last Updated : 2023-10-30
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   161. Musuh Yang Berteman

     “Aku tidak tahu ini sangat melelahkan, Nona,” gerutu Daniel saat perempuan berambut hitam panjang sepunggung melihatnya dengan senyum mengejek sejak 5 menit yang lalu. “Kau tahu sekarang?” cibir Marsha, seakan menertawakan ajudan terpercayanya. “Bagaimana kalau kau bekerja sama dengan Derren?” Daniel menaikkan sebelah alisnya. “Dengan Tuan pengusaha itu?” Daniel menggeleng. “Aku tidak siap bersanding dengan seorang tentara yang gila membunuh musuhnya seperti rombongannya. Tidak akan!” tegasnya. Marsha mengangkat pundaknya. “Ya, baiklah. Tinggal menunggu hingga Tuan berambut merah ini pulang dengan tangan kosong karena tak memanfaatkan koneksi dengan baik.” Daniel memberengut. Namun wanita cantik di depannya tampak tak memedulikannya. Ia lebih fokus membaca dari pada melihat wajah ajudannya yang kesal dengan hati senang. “Ada yang datang.” Daniel melihat ke arah pintu. Anak perempuan masuk dengan membawa rantang b

    Last Updated : 2023-10-31
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   162. Niat Busuk

    Marsha kembali ke kamar. Langkahnya terhenti di depan pintu saat ia melihat dua orang lelaki berdiri di sana—menjaga pintu. “Selamat siang, Nyonya Marsha.” Kedua lelaki itu menunduk hormat. “Kami akan mengawal Anda mulai sekarang.” Marsha menaikkan sebelah alisnya. Ia melihat Daniel keluar kamarnya dengan menguap lebar sambil merenggangkan tubuh. “Kau yang mengirim mereka?” tanya Marsha. Daniel mengerjapkan mata, menatap kedua orang pengawal di samping kanan dan kirinya. “Ah, Tuan Derren yang meminta mereka ke sini. Tadi saat tidur, aku dengar suaranya di depan pintu,” jelas Daniel. Marsha menghela napas panjang. Ia masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel, lalu pergi ke kamar Derren yang masih satu lorong dengannya. “Saya akan mengantar Anda, Nyonya.” Salah seorang pengawal mengikutinya dengan patuh seperti anjing penurut yang besar. “Aku hanya ke ujung sana. Bertemu Tuanmu.” Marsha menatap lelaki be

    Last Updated : 2023-11-01
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   163. Terlihat Jelas

    Brak! Lea membanting tas koper terakhirnya ke atas lantai. Dua koper besar telah ia angkut seorang diri ke dalam rumah barunya. Rumah ini tepat di samping Marsha. Mulai hari ini mereka akan bertetangga ... selamanya! Lea tak pernah merasa sesenang ini bisa dekat dengan Marsha. Bisa di sebut ia kembali nyaman berada dekat dengan Marsha seperti saat SMP dulu. Marsha kembali melindunginya, menjadi teman dalam diam yang tak banyak berinteraksi tapi selalu ada tiap kali Lea ada dalam kesulitan. “Kau sangat bahagia, ya?” Syam tersenyum simpul, mengejek, melihat Lea yang terus tersenyum senang melihat rumah barunya. Bahkan kedua mata coklat gelap itu tak berhenti melihat sekeliling ruangan di depannya sambil tersenyum. “Ya, nilai saja sesuka kamu.” Lea menatap Syam dan terus tersenyum cantik. “Karena hari ini adalah hari pertamaku tinggal sendiri, aku akan memaafkan semua kesalahan!” serunya bertekat. Syam hany

    Last Updated : 2023-11-02
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   164. Susunan Masalah Yang Pertama

    Gama terlihat santai di depan Marsha yang tengah sibuk bekerja dengan laptopnya. Sepanjang hari Gama hanya rebahan dan makan di dalam kamar rawat inap Marsha sambil sesekali membantu Marsha mengerjakan beberapa tugas kecil seperti mengupas buah atau memesan makanan ringan untuk mereka. “Tentang masalah kemarin, yang kita bicarakan tentang Ibu suamimu ... bagaimana perkembangannya?” Gama bertanya. Marsha menatap lelaki itu beberapa saat dalam diam. “Kau sangat memerhatikan Derren beberapa waktu terakhir ini. Ada apa? Sekarang kamu lebih suka suamiku dari pada aku?” Gama mengerucutkan bibir. Dagunya sedikit terangkat dan terlihat seperti kulit kenari. “Aku hanya menganggapnya sebagai teman. Apa menurutmu itu berlebihan?” Marsha menggeleng. “Aku hanya heran. Bukan menganggapnya aneh. Paham?” Gama mengangguk. “Lalu tentang Ibu Mertua, Daniel masih berusaha mencari cara untuk membawanya kabur dengan aman.” Marsha menat

    Last Updated : 2023-11-03
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   165. Terciduk

    “Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat

    Last Updated : 2023-11-04
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   166. Izin Menyerang

    Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar

    Last Updated : 2023-11-06
  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   167. Selamat Tinggal

    Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia

    Last Updated : 2023-11-07

Latest chapter

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   173. Misi‐CEO Hardy

    Marsha menatap Lea dan Anna yang saling berseteru di depan ruangannya. Sementara dirinya dan Syam, hanya menatap sebagai penonton dari dalam ruangan. “Aku tidak tahu jika hubungan mereka akan seburuk itu,” gumam Syam. Marsha yang mendengar itu hanya tersenyum simpul. “Itu memang karakternya. Kalau sudah membenci seseorang, dia akan terus membencinya sampai akhir. Senior tidak ingat bagaimana Lea memperlakukan aku saat masih bersaing hati untuk Derren?” Syam hanya mengangguk-angguk. Lalu kembali melihat pemandangan menyenangkan di depannya. “Ah, tapi seru melihatnya bertengkar. Aku selalu suka itu. Baik denganmu atau dengan Ibu Tiri mudanya itu.” Syam senyum-senyum tidak jelas. Sementara Marsha yang sibuk memindai data yang masuk lewat emailnya. Baik dari RS Zahara atau Perusahaan Mi. Yang jelas, itu tidak berhenti sejak 2 jam yang lalu. “Perkerjaanmu pasti sangat banyak, kan?” celetuk Syam, seperti mengejek.

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   172. Sedih

    Berjalan melewati lorong-lorong rumah sakit yang di padati perawat dan pasien. Setelah sekian lama akhirnya Marsha bisa kembali bekerja. Pemandangan yang sama membuatnya jenuh. Tapi liburan dua hari kemarin telah membantunya melepas stres. “Selamat pagi, Prof.” Beberapa orang menyapa Marsha dengan ramah. Marsha hanya menunduk singkat menjawab salam itu sambil mengumbar senyum cantiknya. Saat hendak masuk ke dalam ruangan, ia bertemu Lea yang keluar dari dua ruangan yang ada di sebelah kantornya. Lea menatap Marsha dengan sinis. Tampaknya, mood wanita itu sedang tidak baik mengingat reaksinya yang berlebihan. “Padahal aku belum menyapa, tapi kamu sudah melempar tatapan seperti itu? Keterlaluan,” pekik Marsha, mendekati Lea. “Jangan bersikap baik di rumah sakit. Orang-orang Ayahku masih terus mengawasi ... bahkan ia menambah personelnya,” ucap Lea, mengeluh. Marsha menatap sekeliling. “Kalau di s

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   171. Masalah Pelik

    Marsha bangun cukup pagi setelah sekian kama tidak beraktivitas dan hanya rebahan sepanjang hari di rumah sakit. Kini ia bebas. Jadi Marsha akan memulai paginya dengan sesuatu yang baik—seperti membuat masakan untuk suami dan kedua adik iparnya yang cantik. Baru saja keluar dari kamarnya, Marsha sudah melihat kedua ajudan kepercayaannya tertidur pulas di sofa dengan posisi memangku laptop mereka yang masih menyala. “Astaga. Apa yang aku lihat di pagi hari?” gumam Marsha, berjalan mendekati kedua orang itu. “Hey, coba bangun dan pindah ke kamar. Jika ingin tidur, aku punya banyak kamar kosong.” Marsha membangunkan kedua orang itu. Walau akhirnya keduanya sangat sulit untuk di bangunkan. Marsha membutuhkan waktu 10 menit agar melihat kedua orang itu bangun dan meninggalkan ruang tamu. Menghela napas panjang, Daniel dan Salma meninggalkan laptop mereka di atas meja dalam kondisi menyala dan bekerja. “Kalian

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   170. Pergerakkan Awal

    Marsha tidak ingat kapan ia benar-benar tertidur pulas. Yang jelas, saat dia bangun Derren tidur di sampingnya dengan mata sembab. Marsha hanya menghela napas panjang dan membelai puncak kepalanya dengan sayang. Ia masih mengingat bagaimana keluhan dan kesedihan Derren kemarin malam. Cukup mengenai hatinya yang mudah luluh jika itu bersangkutan dengan suami kecilnya. Tapi tak ada kata istirahat untuk mengenang seseorang—walau itu adalah Ibu Mertua yang pernah tinggal bersama dengannya beberapa minggu. “Daniel.” Marsha memanggil dengan tegas. Lelaki yang sedari tadi berdiri di belakang pintu di sisi luar, akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan mengganggu kemesraan kedua patsuri itu. “Apa yang ingin kamu sampaikan? Dari tadi aku melihatmu berdiri di luar dengan ragu-ragu.” Marsha turun dari ranjang, namun  saat satu kaki Marsha baru turun, Derren segera memeluk perutnya dengan mata terbuka lebar—lelaki itu benar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   169. Tentang Anna dan Ayah

    Dena menatap Marsha dengan tatapan serius. “Tentang Ayahmu yang meninggal karena kecelakaan mobil. Ia tidak meninggal karena kecelakaan biasa. Ia di bunuh ... itu kecelakaan yang di sengaja.” Marsha mengerutkan kening. “Apa maksud Mama?” Ia bangkit dari posisi duduk—mondar-mandir tidak jelas dan duduk kembali dengan Dena yang menatapnya lelah. “Tunggu, ini di luar dugaan Marsha, Ma. Kenapa tiba-tiba membahas ini saat semuanya runyam?” Marsha menjambak kedua sisi rambutnya. “Apa sih ini? Kenapa tiba-tiba sekali.” Marsha menatap wanita itu dengan wajah lelah. “Marsha sibuk dengan kasus ini dan itu. Tapi Mama bicara begitu sekarang? Mama mau membuat Marsha botak karena terlalu banyak ‘problem’?” Dena menggeleng. “Bukan itu maksud Mama. Hanya saja ... pelakunya memiliki nama yang sama dengan orang yang kamu kejar dalam kasus beruntung ini.” Marsha mengerutkan kening untuk ke sekian kali. Ia masih tidak habis pikir dengan semua ini. “Anna? Apakah wanita itu ... biang keroknya?” Dena

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   168. Menyingkap Rahasia

    Drtt …. drtt … drtt … Marsha mengejapkan mata. Ini hari terakhirnya berada di rumah sakit. Yang ia pikirkan hanya bermalas-malasan seharian karena mengira ini adalah hari terakhir liburnya. Tapi begitu melihat panggilan telepon dari Daniel, entah mengapa Marsha yakin jika dirinya tak akan bisa bersantai lagi. “Halo.” Marsha menguap lebar. Yana dan Naya yang entah sejak kapan ada di dalam kamarnya, hanya melihat kelakuan kakak iparnya dengan geleng-geleng kepala. [Anda masih di rumah sakit, kan?] Marsha menjauhkan teleponnya dari telinga—memastikan apa benar yang meneleponnya adalah Daniel—karena orang di seberang sana seakan tak tahu kondisinya. “Kenapa bertanya tidak masuk akal?” Marsha bertanya dengan bingung. “Suaramu … apa ada masalah yang terjadi?” Daniel terdengar mendesak kasar. Tampaknya memang ada yang telah terjadi. Daniel adalah orang yang tenang jika berhadapan dengan dirinya. Mende

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   167. Selamat Tinggal

    Lea tersenyum dengan paksa. Air matanya hampir berlinang membasahi pipi. “Kenapa dengan wajahmu?” Marsha bertanya karena murni tidak tahu. Wanita itu datang dengan wajah sembab sambil membawa banyak makanan. Tapi begitu masuk ke dalam ruangan Marsha ia tidak melakukan apa pun dan hanya diam seperti mayat hidup di sofa panjang depan TV. Marsha masih duduk di atas ranjang dengan meninjau data. Setelah mengajukan pertanyaan tanpa jawaban, ia memilih untuk tidak bertanya lagi. Ampai beberapa jam berlalu tanpa obrolan di dalam ruangan itu. Marsha menatap keluar jendela. Langit malam sudah mulai menampakkan diri. Sudah saatnya Lea kembali. Tapi wanita itu hanya diam seperti beberapa saat yang lalu. “Hari makin gelap. Kamu tidak kembali?” tanya Marsha. Lea mengejapkan mata dan memalingkan pandangan ke arah Marsha. “Aku mau menginap.” Setelah mengatakan itu, Lea meletakkan bantal sofa yang dari tadi ia

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   166. Izin Menyerang

    Lea menatap Gama yang duduk di dalam ruang tamunya dengan tatapan bingung.“Apa yang membawamu ke sini?” tanyanya, dengan menyajikan secangkir teh untuk mereka berempat.“Aku datang untuk bertanya sesuatu.” Gama memilik ke arah Derren dan Syam yang masih terus melempar tatapan horor satu sama lain. “Tapi mereka akan mengganggu jika terus begitu. Tidak bisakah kamu membuang salah satunya ke kamar mandi atau ke mana gitu?” Lea menghela napas kasar. “Di antara dua orang ini, mana yang lebih di butuhkan untuk membantu?”Gama langsung menunjuk Derren. Seketika itu juga Lea langsung menyeret Syam dan memasukkannya ke dalam kamar, lalu menguncinya dari luar.“Kamu tidur saja, Senior. Kamu kan belum tidur karena menemaniku semalaman!” ucap Lea dari luar kamar tanpa rasa bersalah.Syam pasrah. Ia yang mulai mengantuk akhirnya menurut. “Baiklah. Bangunkan aku saat jam makan siang.” Lea tak menjawabnya. Ia kembali ke ar

  • Suami Kontrakku Ternyata Dewa Perang   165. Terciduk

    “Kamu mau makan apa?” Derren mengambil piring. Ia siap menjadi banu Marsha seandainya istri cantiknya itu meminta sesuatu. Sayangnya, Marsha sudah mengambil piringnya sendiri dan mengambil makanannya sendiri. Derren menghela napas penat. Ia mengikuti langkah Marsha berjalan pergi meninggalkan tempat hidangan kantin berada dan mencari tempat duduk. “Jangan terus mengikutiku.” Marsha menyuapkan makanan ke dalam mulut dan mulai makan dengan tenang. Derren memperhatikan dengan saksama. “Sampai kapan kamu jadi marah? Kemarin kan masih aku yang marah?” tanyanya, tak mengerti kenapa situasinya menjadi terbalik. Wanita itu hanya mengangkat pundak acuh tak acuh. Derren menghela napas. Ia masih mempertahankan senyumnya dengan sabar. “Bagaimana kalau menonton?” Marsha menaikkan alisnya. Ia terlihat tertarik. Tapi gengsi lebih mendominasi. “Tiba-tiba?” Ia menjawab dengan sewot. “Kamu masih ingat

DMCA.com Protection Status