Akhirnya mobil Maybach hitam yang mengantar Edward dan Meirasty ke Tanjung Priok telah sampai di sana. Para pengawal Edward yang naik mobil bertipe van karena jumlah personil pengawalan pria itu cukup banyak hingga mencapai selusin. Semuanya ikut dalam pelayaran kapal pesiar kali ini, mereka mengamankan perimeter bos besar mereka karena pelabuhan Tanjung Priok sangat ramai oleh orang yang berlalu lalang dengan berbagai tujuan baik itu bekerja maupun mencari transportasi laut.Seolah telah terbiasa dengan pengawalan ketat, Edward turun dari mobil sedan pribadinya bersama Meirasty lalu melangkah dengan tujuan yang pasti menuju ke sebuah kapal pesiar yang sedang bersandar di pelabuhan besar nan ramai itu.New Starlet Goddes by Victory Eternal Shipping tertulis jelas di lambung kapal pesiar yang berwarna putih itu. Meirasty sampai terbengong-bengong ketika melihat kapal pesiar mewah itu. Ukurannya sangatlah besar dengan banyak jendela yang kemungkinan adalah kompartemen untuk masing-masin
Setelah beristirahat sepanjang siang hingga petang, Meirasty pun mandi dan bersiap-siap untuk mendampingi bosnya menghadiri pesta penyambutan tamu pelayaran perdana kapal pesiar baru perusahaan VES.Gadis itu memilih sebuah midi dress Givenchy warna putih gading berkerah halter neck yang tampak elegan. Bahan gaun itu terbuat dari kain chiffon yang tipis berlapis-lapis begitu lembut teksturnya saat disentuh. Gaun itu ikut bergerak perlahan mengikuti gerakan alami tubuh Meirasty karena begitu ringan.Seusai memoles lipstick merah muda di bibirnya, Meirasty bangkit dari kursi rias di hadapan cermin lebar lalu mengambil tas tangan mungil pasangan gaunnya yang bermerk Givenchy juga berwarna gold berbentuk seperti tiram dengan rantai tipis keemasan yang dapat digantungkan ke pergelangan tangannya juga. Dia pun keluar dari kompartemen pribadinya dan menguncinya sebelum melangkahkan kakinya ke depan pintu kompartemen VIP di ujung lorong kapal selantai dengan tempatnya menginap.Tiga ketokan d
Rasanya Edward ingin tertawa sejadi-jadinya mengetahui perubahan sikap Meirasty akibat ramuan spesial pemberian kawannya. Ya, benar ... itu adalah obat perangsang yang kuat. Baik pria atau wanita yang datar dan tak memiliki libido bila meminum ramuan itu akan menjadi liar dan memiliki birahi tinggi seperti kucing yang ingin kawin. Sama seperti yang dialami oleh Meirasty saat ini.Perangkap sudah berhasil menjerat mangsanya, malam panjang ini akan menjadi sangat panas baginya dan juga sang gadis perawan. Satu langkah menuju ke langkah berikutnya akan terasa begitu menyenangkan. 'Mario, adikmu akan menjadi senjataku untuk merebut kembali Inez ke dalam pelukanku!' batin Edward dengan tatapan licik. Sementara Meirasty sudah semakin tak tahu malu di lantai dansa. Bibirnya mengecupi wajah dan leher Edward dengan penuh napsu, tatapan matanya berkabut gairah yang asing, dia merasa kepalanya pusing dan badannya gerah. Panas. Dia mendambakan sesuatu yang berbeda dengan pria yang tengah memeluk
Ketika malam telah berlalu hingga hari berganti pagi, gadis belia yang telah hilang keperawanannya itu terbangun dengan tubuh serasa remuk redam. Meirasty menggerak-gerakkan tubuhnya perlahan dan menyadari beban berat di atas tubuhnya yang tak mengenakan pakaian sehelai pun.Matanya membulat terkejut setengah mati saat tersadar ia sedang berada di atas ranjang dan didekap erat oleh bosnya. Ini sesuatu yang memalukan sekalipun ia diam-diam menyukai pria itu. 'Bagaimana ini bisa terjadi?' pikirnya kalut. Gadis lugu itu bingung antara ingin marah dan takut.Perlahan Edward membuka kelopak matanya karena merasakan gerakan tubuh yang sedang ia peluk erat seperti guling di sisinya. Dia menguap karena masih merasa lelah sekaligus mengantuk menghajar partner ranjangnya berkali-kali tadi malam."Hoamph ... pagi, Cantik! Kamu bangun awal sekali, hmm?" sapa Edward tanpa merasa jengah dan tentunya tak menyiratkan rasa bersalah sedikit pun. Kedua lengannya masih melilit tubuh ramping di pelukannya
"Selamat pagi, Bu Inez. Maaf sekali saya harus memberi kabar buruk tentang kondisi keuangan perusahaan." Pak Effendi Widjaja yang menjadi manager keuangan PT. Jansen Pharma duduk sambil membawa laporan keuangan bulan ini di hadapan meja kerja Inez di ruangan CEO.Sedikit terkejut dengan pemberitahuan itu, tetapi Inez sangat paham akar masalah keuangan perusahaannya. Kasus keracunan produk herbal Pria Perkasa itu memberi efek domino ke seluruh performa penjualan produk perusahaannya. Tingkat kepercayaan masyarakat dengan merk obat-obatan PT. Jansen Pharma menurun parah hingga rantai penjualan tersendat."Bisa dijelaskan masalahnya lebih detail, Pak Effendi?" sahut Inez bersedekap di atas meja dan menyimak apa yang akan dikatakan oleh bawahannya.Pria itu membetulkan kaca mata yang bertengger di hidungnya lalu mulai berbicara, "Gaji karyawan bulan ini nilainya lebih besar dari cadangan keuangan perusahaan, Bu Inez. Pendapatan dari penjualan produk sudah mencapai angka terendah hingga su
Hentakan demi hentakan yang membuat senjata laras panjang Mario timbul tenggelam di dalam lembah sempit nan basah milik istrinya. Dia melenguh panjang sebelum menyemburkan magma panasnya ke labirin lembut milik Inez, "Uuugghh!" Sepasang suami istri itu berpagutan bibir dalam pelukan erat di bawah derasnya air shower hangat yang menghujani tubuh mereka berdua. "Mas, kita mandi sebentar terus udahan ya?" ucap Inez seraya memencet pompa shower gel beraroma bunga sakura.Dengan penuh perhatian Inez menyabuni tubuh berotot liat milik suaminya. Lekuk-lekuk otot di dada, perut yang kencang, serta lengan Mario selalu membuat Inez terkagum-kagum. Ia membalurkan busa melimpah itu merata hingga kulit Mario terasa licin di telapak tangannya."Enak banget dimandiin sama Mamanya Reyvan! Gantian ya sekarang, aku yang mandiin kamu, Inez Sayang," ujar Mario lalu mulai meratakan shower gel wangi itu ke tubuh molek yang selalu membuatnya mendamba indahnya bercinta.Bulatan kembar padat lembut di dada I
"Halo, Inez. Lama nggak ada kabar ... kamu baik-baik aja 'kan? Apa ada yang bisa kubantu?" jawab Tristan, pengusaha pemilik perusahaan obat herbal dan produk perawatan kecantikan asal Surabaya yang tadinya menjadi kompetitor PT. Jansen Pharma.Inez tersenyum mendengar sambutan hangat Tristan dengan telepon darinya. Dia pun menjawab, "Halo, Tris. Kabarku sayangnya kurang baik saat ini. Kamu pasti sudah lihat berita tentang kasus keracunan produk herbal Pria Perkasa 'kan?""Hmm ... iya aku sudah baca di koran nasional beritanya. Turut prihatin ya, Nez. Lalu apa yang bisa kubantu? Jangan sungkan katakan saja," sahut Tristan dengan nada simpatik. Dia masih menyukai CEO wanita yang cantik itu."Tris, mitra petani yang mengirim hasil tanaman herbal ke pabrikku masih memiliki banyak kontrak pembelian dari PT. Jansen Pharma, padahal produksi barang dagangan kami sangat menurun karena distribusi tidak lancar. Apa boleh kalau kamu ambil alih pembelian bahan baku herbal itu?" tutur Inez dengan h
Pagi itu Tristan terbang bersama dua orang kepercayaannya dari Surabaya ke Jakarta dengan pesawat Batik Airlines. Perjalanan udara itu bisa dikatakan singkat karena hanya terbang jarak dekat antar provinsi dalam satu Pulau Jawa sebelah timur ke sisi barat.Pukul 10.30 WIB pemberitahuan dari pihak Bandara Soekarno-Hatta terdengar dari pengeras suara. Pesawat yang dinaiki oleh rombongan Tristan dari Surabaya telah tiba. Inez yang menjemput mereka pun telah siap menunggu di deretan penjemput di depan gerbang kedatangan penumpang pesawat domestik.Akhirnya setelah menunggu sekitar 15 menit, Inez pun melihat pria bersetelan jas hitam yang gagah dan rupawan itu berjalan keluar dari gerbang kedatangan penumpang pesawat. Tristan menyunggingkan senyum tampannya di wajahnya dan bergegas menghampiri Inez.Tanpa Inez duga, dia sudah dipeluk dan dicium pipinya kanan kiri oleh Tristan. Ia pun hanya bisa menanggapi dengan sopan dengan berkata, "Welcome to Jakarta ya, Tris! Perjalanannya kuharap tadi
Tepat pukul 18.00 WIB, pesawat private jet membawa Edward dan Meirasty yang tetap dikawal oleh John Whitman beserta 2 rekan pengawal lainnya terbang menuju ke Amsterdam. Sekitar 16 jam durasi perjalanan itu tanpa mendarat transit sama sekali. Pukul 04.00 waktu Amsterdam mereka tiba di bandara, memang ada perbedaan waktu kedua negara yang lebih cepat 6 jam di Indonesia bagian barat dengan Amsterdam."Mey, kita check in hotel dulu saja buat istirahat, nanti pukul 11.00 baru mulai jalan-jalan ke kota," ujar Edward menggandeng tangan Meirasty menuruni undakan pesawat private jet itu."Aku ngikut rencana Kak Edu aja," sahut Meirasty mengikuti langkah-langkah lebar kaki suaminya yang bertubuh jangkung itu melintasi lobi bandara internasional Amsterdam. Mereka dijemput karyawan kantor VES dengan mobil SUV hitam merk buatan Belanda.Hotel yang dipilih Edward sengaja sama seperti saat dia menginap di kota itu bersama Inez, Inntel Hotels Amsterdam Zaandam. Saat memasuki kamar yang sama, dia t
"Halo, Pak Edward. Ada sebuah kiriman lukisan dari Nyonya Inez Jansen di kantor VES Jakarta," ujar David Sutomo, sekretaris pribadi Edward yang mengurusi kantornya yang ada di Jakarta Pusat.Pria itu mengerutkan keningnya, dia menduga itu pasti lukisan replika karya Rembrandt berjudul The Storm on The Sea of Galilee yang dulu pernah ia kirimkan untuk mengancam Inez. Kemudian ia pun bertanya, "Apa ada surat yang dikirimkan untukku juga, David?""Ada, Pak Edward. Saya belum membukanya, apa perlu saya fotokan isinya atau bacakan di telepon?" jawab David yang memang sedang memegangi sepucuk surat beramplop putih dengan tulisan tangan di alamat tujuan penerima."Bacakan saja, tapi nanti fotokan juga dan kirim ke nomorku, oke?" balas Edward lalu diam menunggu sekretarisnya membacakan surat dari Inez.David pun membacakan isi surat dari Inez itu, "Hai, Mas Edward. Semoga kabarmu baik-baik saja di sana. Inez ingin mengembalikan lukisan ini, aku harap Mas sudah mengakhiri dendam yang ada di an
Seusai makan malam di rumahnya yang ada di Paris bersama keluarga kecilnya, Edward duduk sendiri dalam ruang kantor rumahnya. Di genggaman tangannya ada beberapa lembar kertas bertuliskan "Surat Pernikahan Kontrak" dimana pada bagian bawah dari surat itu terdapat tanda tangan Meirasty dan juga tanda tangannya sendiri. Sudah hampir 2 tahun ini dia mengenal Meirasty, segalanya berjalan di luar dugaannya. Rencana awalnya untuk menghancurkan rumah tangga Inez dan Mario menggunakan adik kandung Mario memang awalnya berhasil. Namun, dalam perjalanannya justru dirinyalah yang terjerat dalam perasaan cinta yang sulit untuk ditepis olehnya.Inez terlalu keras kepala baginya, wanita itu lebih memilih untuk menjadi gila dibanding merelakan dirinya menjalin percintaan dengannya. Sungguh mengecewakan!Dari informan yang dia bayar untuk memata-matai Inez di rumah wanita itu yang ada di Jakarta, kondisi kesehatan mental dan kejiwaan Inez berangsur pulih sekalipun pada akhirnya dia berhenti bekerja
Sekalipun pernikahan kali ini adalah yang kedua bagi Clara, tetapi dia masih merasakan debaran kencang di dadanya saat mendengar calon suaminya mengucap janji di hadapan penghulu. Ketika semua mengucapkan kata "SAH", dia dan Tristan menghela napas lega. Sekarang mereka berdua adalah pasangan suami istri resmi di mata hukum dan agama."Tris, nitip puteri kesayanganku ya! Tolong kamu bahagiakan dan jaga dia selalu," pesan Inez saat dia menerima sujud sungkem mohon doa restu orang tua dari Tristan, menantu barunya.Kemudian dengan yakin Tristan pun menjawab, "Pasti, Nez. Ehh—Mama Mertua ... aku pasti serius jagain Clara. Mohon doa restunya ya!" Mario yang diam-diam mendengarkan pembicaraan istrinya dengan Tristan pun mendengkus geli. Pasalnya, kedua orang itu pernah terlibat cinta terlarang, sebuah one-night-stand. Dan itu pun karena Tristan merasakan obsesi cinta yang hampir sama dengan Edward. Bedanya, takdir berbicara lain untuk hubungan kedua pria itu dengan Inez."Mama ... Clara, m
Hari-hari selanjutnya setelah Inez kembali ke Jakarta terasa menenangkan. Dia memang terkadang seperti melamun saat sedang sendirian. Namun, histeria mimpi buruknya berangsur mulai jarang muncul. Mario pun mendukung penuh proses pemulihannya dengan tidak memaksakan harus berhubungan suami istri secara intim. Baginya kesehatan mental kejiwaan istrinya jauh lebih penting dibanding memaksakan ego serta kebutuhan biologisnya.Pagi jelang siang itu Nyonya Valeria Jansen, mama mertua Inez dari mendiang suami pertamanya dulu mengunjunginya di rumah. Dia sudah mendengar cerita dari Clara serta Mario mengenai penculikan Edward. Sekalipun bagi dirinya sebagai orang awam terasa absurd peristiwa itu. Namun, begitulah kenyataannya ... ketika seseorang dibutakan oleh obsesi gila segalanya dihalalkan untuk mendapatkan keinginannya."Pagi, Inez!" sapa Nyonya Valeria yang masih begitu sehat berjalan tanpa alat bantu sekalipun rambut sepunggungnya sebagian besar telah memutih. Inez menoleh lalu berjal
Sepasang kekasih yang akan segera menikah beberapa hari ke depan itu duduk berdekatan di bangku ruang tunggu bandara. Clara melihat-lihat berita yang sedang menjadi trending topik di jagad maya melalui layar ponselnya, sedangkan Tristan yang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti itu lebih tertarik untuk bermesraan dengan kekasihnya.Dia menempelkan badannya dan wajahnya kepada Clara sambil membelai rambut panjang dan wajah pacarnya itu dengan gaya pria yang sedang bucin. Mau tak mau Clara pun menjadi geli sendiri dengan tingkah pacarnya yang menggemaskan. Memang Tristan itu seorang CEO perusahaan berkelas nasional, smart, ganteng, perfectlah pokoknya. Namun, kelakuannya kalau sedang bersamanya seperti bocah yang manja begitu kekanak-kanakan. "Mas Tristan nggak lapar?" tanya Clara iseng.Tristan langsung menegakkan tubuhnya dan menatap Clara. "Apa kamu lapar, Sayangku? Mau dibeliin apa?" tanyanya kembali."Hahaha. Hey, 'kan yang nanya duluan aku! Mas jawab dong," balas Clara ter
"TIIIDAAAAAKKKKK!!" Teriakan nyaring itu seolah memecah keheningan malam di kamar hotel bintang 5 di Swiss. Dengan segera Mario memeluk erat tubuh Inez yang bersimbah keringat dingin dan gemetaran. "Nez, tenang—kamu aman sama Mas sekarang! Edward sudah nggak ada lagi, dia nggak akan bisa ganggu kamu lagi!" bujuk Mario agar istrinya yang sedang mengalami serangan panik akibat trauma itu tenang.Perlahan tubuh Inez mulai rileks kembali dalam dekapan Mario. Kemudian Mario pun bertanya, "Apa kamu butuh minum obat penenang dari Dokter Martina, Sayang?""Sepertinya iya, Mas. Aku akan meminumnya, apa bisa tolong ambilkan?" jawab Inez dengan suaranya yang masih bergetar.Mario berjalan ke kopernya lalu mencari obat yang tadi ditebusnya di bagian farmasi Paracelsus Recovery. Ada keterangan nama obat dan fungsinya di label pembungkus obat yang berjumlah 3 macam itu. Dia memilih tablet kecil berwarna putih bertuliskan 'if necesarry' (bila perlu) yang hanya diberikan pada kondisi serangan panik
Perjalanan udara Jakarta-Zürich menghabiskan waktu sekitar 19 jam lebih, sangat melelahkan memang. Akan tetapi, Mario terlalu rindu kepada Inez. Dia membiarkan Justin dan Hernandes check in ke hotel untuk beristirahat, sedangkan dirinya langsung naik taksi ke Paracelsus Recovery.Dalam perjalanan mobil itu Mario berusaha menenangkan dirinya untuk menghadapi situasi buruk apa pun yang tengah terjadi pada istrinya. Hal yang di luar perkiraan bila Edward mau melepaskan Inez setelah berbulan-bulan lamanya menculiknya. Pastilah ini bukan sesuatu yang Edward sukai karena pria itu terobsesi begitu gila kepada Inez."Sir, Anda sudah sampai di tempat tujuan," ucap sopir taksi yang mengantarkan Mario dari bandara tadi. Mario pun membayar ongkos perjalanannya sesuai argo lalu turun tanpa kopernya. Tadi dia menitipkannya ke Justin untuk disimpan di kamar hotel. Pusat rehabilitasi mental dan ketergantungan obat itu sangat mewah. Karyawan yang bekerja di sana juga sangat kompeten dan nampak profes
Malam itu Mario masih duduk bersandar dengan bantal di kepala ranjangnya sambil memeriksa akun sosial medianya yang mendapat banyak direct messages dari para penggemarnya. Dia tidak membaca isinya hanya mencoba peruntungannya siapa tahu Inez menghubunginya via DM sosial media Mario Chandra official seperti dulu saat dibawa kabur oleh Edward.Suara notifikasi pop up masuk ke ponsel yang tengah ia genggam dan Mario sontak terperangah. User bernamakan Edward L. Sinaga mengiriminya pesan, dengan segera ia menerima permintaan kiriman pesan itu lalu membaca isinya.'Ini aku, Edward. Kalau kau ingin menjemput istrimu, aku akan mengembalikannya dengan beberapa syarat.' Itulah isi pesan dari Edward untuk Mario. "Ohh God, orang psiko itu online, aku harus segera membalasnya!" ucap Mario heboh sendiri lalu mengetikkan balasan pesan untuk Edward.'Oke, aku akan jemput Inez. Katakan syaratnya, Edward!' Jawaban pesan Mario cepat dikirim.Di sisi Edward, pria itu merutuk kesal setengah tak ikhlas m