"Selamat datang di resort kami, Om dan Tante beserta keluarga!" sambut Brian dengan ramah serta sopan di restoran Terrace Paradiso Resort, Candi Dasa.Mama Indra yang memang berdarah Indonesia menjawab dengan simpatik, "Terima kasih, Brian. Dan salam kenal dari keluarga Gustavo. Resort yang kamu kerjakan sangat indah. Amazing!""Tante Theresa terlalu memuji, tapi terima kasih. Memang kru kami mengerjakannya dengan sepenuh hati agar para tamu terkesan ketika pertama kali melihat resort ini. Mari semuanya duduk di meja makan saja biar lebih nyaman ngobrolnya!" Brian mengantar rombongan keluarga besannya ke sebuah meja bundar berkursi 10 di restoran.Para staf restoran segera menghidangkan menu makan siang spesial yang telah dipesan oleh bos mereka sejak pagi tadi. Belasan piring keramik lebar berisi berbagai signature dish dari executive chef diletakkan di tengah meja makan. Semuanya nampak menggugah selera."Wah, kok repot-repot begini sih, Bang Brian!" ujar Indra tak enak hati. Dia ta
"Jadi kita akan menggelar soft opening bersama Mister Rodrigo tanggal dua puluh September. Tolong Hendrawan pastikan ke event organizer persiapan acara itu!" ujar Brian yang memimpin meeting managemen perusahaannya cabang Bali.Hendrawan menanggapi dengan siap sedia seperti biasanya. Namun, sebelum Brian melanjutkan membagi tugas ke anak buahnya yang lain, ponselnya di meja mendadak berbunyi nyaring. Dia pun melihat ID caller dan menghentikan rapat kerja tersebut. Ternyata Suzy yang meneleponnya."Halo, Suzy Sayang. Ada apa? Aku lagi rapat nih." Brian menanyakan kepentingan istrinya yang menelepon tiba-tiba.Suzy dengan sabar menjawab suaminya, "Halo, Mas Brian. Maaf ya kalau ngeganggu, tapi aku cuma mau ngingetin buat jemput aku di bandara siang ini. Nggak lupa 'kan?" "Astaga! Suz, sori banget ... aku sibuk banget sampai lupa sama sekali. Ini kamu ada di mana?" tanya Brian panik seraya menyugar rambut tebalnya."Apa aku naik taksi bandara aja ya, Mas?" tawar Suzy tak ingin manja dan
Brian membaca pesan terakhir dari Suzy yang mengatakan bahwa dia berada di daerah Sukowati. Perasaannya entah kenapa mendadak tidak nyaman, jantungnya berdebar tak menentu. Maka dia pun langsung menelepon nomor HP istrinya. Akan tetapi, ponsel Suzy tidak lagi aktif dan panggilan itu pun tidak tersambung."Hendrawan! Kamu ikut aku berangkat ke daerah Sukowati. Suzy tadi kirim posisi dia di map aplikasi taksi online. HP dia sudah nggak aktif sekarang!" Brian bertitah sembari naik lift untuk turun dari ruang meeting mess karyawan dengab asisten pribadinya.Bella yang mendengar sekilas perbincangan Brian dengan Hendrawan tersenyum sinis. Dia malah berharap Suzy dibawa kabur sopir taksi online. Di daerah pusat pariwisata hal seperti itu lumrah terjadi karena penumpang buta arah dan jalan.Sesampainya di parkiran mobil depan mess, Brian menyerahkan kunci Pajero Sport baru miliknya ke Hendrawan. "Kamu aja yang nyetir, Hen!" ucapnya lalu naik ke bangku samping sopir.Kedua pria tersebut berke
"TOK TOK TOK!" Ketokan jamak di pintu kamar tidur Robby yang terkunci dari dalam itu terdengar keras."Bli, buka pintunya cepat! Jangan perkosa wanita itu!" teriak Aris cemas di depan pintu ditemani oleh Brian dan Hendrawan.Sementara itu Robby yang sudah kesal karena hasratnya gagal tersalurkan. Suzy melawan terus hingga celana jins yang coba dia lucuti masih terpasang pada tempatnya. Akibatnya dia melakukan kekerasan fisik dengan menempeleng wanita cantik nan sexy itu beberapa kali."Tolong ... tolong!" jerit Suzy dengan suara parau akibat banyak menangis."Diam kamu! Bikin kesel aja sedari tadi, ngelawan melulu sih!" gerutu Robby masih berusaha membuka pakaian Suzy dengan menepis tangan wanita itu yang menghalanginya."Buka pintunya atau kudobrak sekarang juga!" ancam Brian dengan suara menggelegar terbakar emosi sembari menggedor-gedor pintu.Hendrawan yang ikut cemas dengan kondisi Suzy di dalam bersama penjahat kelamin pun berkata, "Pak, kita dobrak saja bertiga pasti bisa kebuk
"Wah, kamu cantik sekali, Suzy Sayang!" puji Brian saat dia masuk ke kamar mandi. Istrinya sedang menyelesaikan riasan wajahnya di depan cermin wastafel yang lebar.Gaun mermaid dress off shoulder warna hitam dengan aksen pita besar warna silver di bagian dada itu membalut tubuh berlekuk sexy itu dengan sempurna hingga menutupi mata kaki Suzy Malika. Sedangkan, rambut bergelombang sepunggung itu tergerai rapi dengan hiasan kristal Swarovski berkilauan di sisi kanan kepalanya yang menambah elegan tampilan suami Brian Teja Kusuma malam itu.Setelah selesai membubuhkan liptint merah coral di bibirnya, Suzy membalik badannya menghadap ke Brian dengan senyum manis berlesung pipit di pipinya. "Mas Brian juga ganteng banget pake tuxedo hitam ini. Dasinya kurapiin ya, Mas!" jawab Suzy lalu mulai mengetatkan simpul dasi warna silver yang memang senada dengan kostumnya. Outfit yang terkesan berpasangan itu memang sengaja dipilih oleh Brian dengan memesan khusus ke desainer lamgganannya yang te
"Ada apa kok keliatan panik begitu, Pak Brian?" tanya Hendrawan yang duduk di deretan bangku tamu paling belakang. "Hen, bantu aku cari si Suzy. Dia sudah hampir sejam nggak balik dari toilet. Btw, di mana aja toilet yang dibuka buat tamu?" ujar Brian berdiri berdekatan dengan Hendrawan. Mereka berdua pun berpencar mencari Suzy ke beberapa toilet yang dibuka untuk fasilitas tamu grand opening. Dengan handytalkie-nya Hendrawan menghubungi rekan-rekan panitia yang lain agar membantu mencari istri bosnya yang menghilang tiba-tiba.Sekalipun ada tulisan 'TOILET RUSAK!' di depan pintu toilet wanita, Brian tetap bersikeras memeriksa ke dalamnya. Dia berpikir jangan-jangan Suzy tidak membaca peringatan tersebut dan jadi terkunci di dalam salah satu bilik di situ."Suz ... Suzy, kamu di mana?!" teriak Brian saat memasuki salah satu toilet wanita yang ada di sisi sepi lantai lobi. "Mas Brian, apa itu kamu, Mas? Aku kekunci di dalam toilet sedari tadi. Mungkin pintunya rusak, coba deh Mas bu
"Brian, jangan lupa janji kita besok sore! Kutunggu kedatanganmu bersama Suzy di Ubud. Sekarang aku pamit pulang duluan. Sampai jumpa lagi besok, okay?" pesan Mister Rodrigo sembari bertukar pelukan dan jabat tangan dengan Brian di depan pintu keluar lobi bangunan induk Terrace Paradiso Resort."Pasti saya akan berkunjung ke sana besok, Señor!" jawab Brian lalu melepas kepergian tycoon Italia itu dengan lambaian tangan kanannya didampingi oleh Suzy Malika.Sekalipun senyum manis tersungging di bibir wanita cantik bermata cokelat keemasan itu, tetapi dia menjadi lebih pendiam seperti berjarak dengan Brian. "Pak Brian dan Bu Suzy, apa mau diantar pulang ke mess karyawan sekarang atau masih ada urusan lainnya?" tanya Hendrawan karena memang hari telah larut malam nyaris pukul 23.00 WITA."Iya, Hen. Kita balik mess sekarang aja deh!" jawab Brian lalu dia merangkul bahu istrinya untuk berjalan sedikit ke parkiran mobil agar tidak merepotkan Hendrawan.Pencahayaan outdoor resort baru di Ca
Sesampainya di Pantai Candidasa yang berpasir putih dengan ombak tenang, Brian mengajak Suzy berlari-lari di tepi pantai tanpa alas kaki. Langit di atas mereka biru muda cerah dengan sedikit gumpalan awan putih yang nampak bagaikan lukisan seniman. Bulatan berwarna kuning jingga mulai nampak di garis batas cakrawala sehingga membuat pemandangan sunset yang dinikmati oleh Brian dan Suzy menjadi sempurna. "Mas, udah dulu ... capek larinya!" Suzy meraih lengan Brian yang basah oleh keringat. Brian pun berhenti berlari dan menata napasnya di samping Suzy. Dia lalu berjalan bergandengan tangan bersama istrinya menyusuri pantai berpasir putih yang sepi pengunjung itu. Ada beberapa nelayan di tengah laut dan beberapa warga lokal yang berjalan-jalan pagi di sana, tetapi tak banyak."Oke, jadi kamu mau ngomong apa, Suzy Sayang. Mas mau dengerin tentang yang semalem bikin kamu nangis itu!" Brian berbicara dengan persuasif tanpa nada mayor."Mas Brian janji ya nggak akan marah sama Suzy?" sah
Liburan tanggal merah nasional kali ini, Indra mengundang kakak iparnya untuk bercengkrama bersama keluarga kecilnya di halaman belakang rumah yang dia buat seperti danau buatan dengan anjungan kayu Jati dari Kalimantan yang dia pesan khusus dulu."Hai, Thalita, Indra! Wow, gila gede banget rumah kalian yang baru!" seru Suzy ketika menjumpai pasangan itu di area santai di halaman belakang rumah megah mereka.Thalita tertawa riang menyambut kakak iparnya dengan pelukan hangat. Dia pun menjawab, "Yang bosenan dan suka nomaden Mas Indra tuh, Mbak Suz!""Wajarlah, anak kita sudah empat jadi butuh ruang gerak yang lebih luas 'kan, Cayangku!" jawab Indra ringkas dan logis.Keempat buah hati mereka; Gregory, Aiden, Peter, dan Chloe bermain bebas di lantai kayu yang dipelitur licin berhadapan langsung dengan danau. Bocah-bocah imut dan Gregory 9 tahun yang tertua itu nampak girang didatangi oleh kedua sepupu mereka yaitu William dan Jeremy. Tawa ceria diselingi bahasa anak-anak memeriahkan su
Sosok yang dijemput oleh Hendrawan di Bandara Soekarno-Hatta sore itu bukan sembarang perempuan. Jantung pemuda yang sudah lama menjomblo belasan tahun lamanya tersebut berdetak kencang seakan nyaris lompat dari dadanya menatap sosok berambut brown gold panjang sepunggung dengan sepasang mata birunya."Hello, Handsome! Terima kasih sudah menjemputku lagi. Apa kabar?" Miss Veronica Barnfield melemparkan senyum manisnya kepada Hendrawan seraya berjabat tangan."Hai juga, Cantik. Kabarku baik. Wow, rambut kamu sudah panjang semenjak kita berpisah di Denpasar. Jadi ada pekerjaan dengan Boss Brian ya makanya kamu datang ke Jakarta?" balas Hendrawan seraya mengambil alih koper dari tangan Vero.Namun, wanita berdarah Inggris itu enggan menjawabnya langsung. Dia hanya tersenyum misterius seraya berkata, "Ada deh pokoknya!""Kalau bukan karena pekerjaan, kenapa dong kamu jauh-jauh ke Jakarta, Baby?" tanya Hendrawan dengan penasaran. Dia memasukkan koper ke bagasi belakang mobil pribadinya yai
"Halo, apa kabar, Mas Brian?" sapa Suzy Malika dengan keceriaan yang susah payah dia tampilkan.Brian pun membalasnya dengan senyuman tulus usai menghela napas. Ada kesedihan yang tersirat dalam raut wajahnya. Namun, Brian tetap membalas sapaan istrinya yang selalu menjadi wanita terindah di hidupnya, "Hai, Suzy Sayang. Kabarku selalu baik. Selamat datang kembali di Jakarta. Ayo kita pulang ke rumahku!" "Apa kamu yakin bisa merawat puteriku di rumahmu, Brian? Andaipun tidak mampu, aku masih kuat untuk merawat Serena. Hubungi saja nomor ponselku kalau kamu berubah pikiran, okay?" ujar Tuan Harry Livingstone dengan nada tegas yang pasti dipahami oleh menantunya."Baik, Pa. Saya mengerti, biarkan saya mencoba merawat Serena terlebih dahulu," jawab Brian sekalipun nampak ketidak yakinan dalam ucapannya yang ditangkap oleh ayah dan anak itu.Suzy mengangguk meyakinkan papanya untuk melepaskan kepergiannya bersama Brian. Akhirnya Tuan Harry Livingstone menepuk-nepuk bahu Brian sebelum beli
Proses fisioterapi kedua kaki Suzy Malika yang cedera akibat tabrak lari yang dilakukan oleh Bella telah berlangsung selama nyaris setahun. Atas izin dari fakultas, Suzy menjalani kuliah secara daring terkait keterbatasan fisik yang dia alami. Namun, sisa satu semester kuliah yang harus dia jalani pada akhirnya berhasil ditutup dengan sempurna. Nilai ujian assesment semester 8 Suzy sangat bagus sehingga diputuskan layak diwisuda dengan menilik seluruh nilai mata kuliah lengkap beserta nilai sidang skripsinya yang sempurna, A. Akan tetapi, wisuda itu pun dijalani secara daring saja dari Amerika Serikat dan duduk di kursi roda."Selamat atas wisudamu, Darling. Papa sangat bangga karena kamu telah berjuang mendapatkan gelar Sarjana Psikologi di tengah segala kelemahan yang kamu derita, Serena!" ujar Tuan Harry Livingstone penuh rasa haru hingga mata coklatnya berkaca-kaca."Terima kasih atas dukungan dan juga pendampingan Papa untukku. Itu sangat berarti buatku pribadi. Ini saat-saat te
"Hooeekk hooeekk hooeekk!" Suara mual-mual di pagi hari dari arah dalam kamar mandi itu membangunkan Indra dari tidur panjangnya pasca semalam puas bermain kuda-kudaan bersama istri kesayangannya. Dia pun segera bangkit dari tempat tidur dan refleks menoleh ke kotak tempat tidur bayi. Namun, Gregory masih terlelap tanpa suara di dalam sana."Tha, apa kamu sakit?" tanya Indra cemas dari ambang pintu kamar mandi sebelum menghampiri perempuan muda yang sedang berjongkok menghadap ke kloset yang terbuka itu.Wajah istrinya pucat pasi dan tangannya pun dingin. Indra yang tak kunjung mendapat jawaban dari Thalita pun kesal lalu menegurnya, "Kok nggak dijawab sih? Kamu kenapa ini, Tha?""Ini kayaknya morning sick, Mas. Ngerti nggak sih?" jawab Thalita dengan lemas. Kemudian dia berkumur di wastafel dengan air keran. Suaminya menggendong Thalita kembali ke tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya yang lemah di tengah ranjang. Indra terdiam karena bingung memikirkan istrinya yang hamil lagi s
"OEEEKKK ...OEEKK!" Suara tangis bayi nyaring terdengar di tengah malam sunyi.Gregory kecil terbangun karena lapar dan juga pampersnya sudah penuh. Dia tidur di kotak keranjang khusus yang ditutupi kelambu tipis anti nyamuk warna biru muda. Sudah hampir lima menit penuh dia menangis, tetapi mama cantiknya masih tertidur nyenyak dalam pelukan papa gantengnya. Indra yang mengetahui masa nifas Thalita telah usai tak mau melewatkan kesempatan menghajar wanita cantik kesayangannya beronde-ronde di atas ranjang malam ini. Alhasil, putera sulung mereka terabaikan karena orang tuanya kelelahan bercinta."Ohh ... bising banget sih kayak ada kucing jantan minta kawin! Hoamph!" Indra merepet sambil menguap karena kantuk, dia tidak menyadari bahwa itu adalah suara tangis anaknya sendiri.Thalita pun terbangun karena gerakan lasak badan besar suaminya di sampingnya. Dia mendengar tangisan buah hatinya dan langsung bangkit dari tempat tidur. Sementara Gregory yang kesal diabaikan bermenit-menit l
Dengan sigap Tuan Harry Livingstone menangkap tubuh Bella sesuai teriakan Brian tadi. Wanita itu meronta-ronta sekuat tenaga hingga nyaris membuat papa Suzy kewalahan. Maka dia pun memukul tengkuk Bella hingga pingsan."Siapa wanita liar ini, Brian? Apa wanita yang pernah menjalin affair denganmu dulu?" tanya Tuan Harry Livingstone penasaran. Dia masih memeluk tubuh lunglai Bella yang tak sadarkan diri."Iya, benar. Maaf merepotkan Anda, Pa. Dia yang menabrak Serena, sebaiknya kita geledah kantongnya dulu. Kurasa dia pasti masih menggunakan mobil yang dipakai untuk melakukan kejahatannya tadi siang," ujar Brian, dia menunggu Tuan Harry memeriksa saku-saku pakaian Bella. Ternyata benar ada sebuah kunci remote mobil.Tuan Harry menekan remote untuk membuka pintu mobil dari jarak jauh. Dan sebuah mobil bertipe Avanza warna hitam menyala lampunya. "Itu dia mobil yang menjadi barang bukti kejahatan tabrak larinya!" ujar Brian seraya menunjuk mobil yang terparkir di arah jam sebelas dari p
"Brian, sekarang Papa sedang ada di rumah sakit menemani Serena. Dia mengalami tabrak lari mobil dan didiagnosa patah kaki kanan kiri dibagian tulang paha kanan dan tulang betis kiri, selain itu dia juga gegar otak," tutur Tuan Harry Livingstone melalui sambungan telepon ke suami puterinya.Jantung Brian serasa dipukul keras ketika mendengar kabar buruk dari Jakarta. Dia lalu menjawab papa mertuanya, "Sore ini juga, Brian akan terbang ke Jakarta. Tolong kirim nama rumah sakit tempat Serena dirawat, Pa!""Baiklah, kutunggu di rumah sakit. Hati-hatilah di jalan, okay?" balas Tuan Harry Livingstone lalu menutup panggilan teleponnya. Pria yang seharusnya berulang tahun ke 49 itu hari ini berjalan mondar- mandir di depan pintu ruang operasi. Asisten pribadinya Evan O'Brient menemaninya dalam diam duduk di bangku tunggu operasi.Sungguh kado ulang tahun yang buruk, pikir Harry. Dia sangat bersedih hati karena ketika telah berhasil menemukan puteri kandungnya yang berpuluh tahun terhilang j
"Suzy Sayang, hati-hati di jalan ya! Sampai jumpa Jumat depan," pesan Brian saat mengantar keberangkatan istrinya di Bandara Ngurah Rai. Pelukan hangat suaminya membuat Suzy enggan pulang ke Jakarta, tetapi masih ada kuliah tersisa satu semester hingga dia wisuda. "Oke, Mas. Kamu juga jaga kesehatan ya, pasti sibuk kerjaannya di proyek. Ya sudah, Suzy boarding ke pesawat sekarang. Bye, Mas Brian!" pamit wanita itu lalu melambaikan tangannya sembari melangkah pelan menuju ke antrean pemeriksaan tiket akhir.Selepas kepergian Suzy, dia pun bergegas ke parkiran mobil Bandara untuk menjumpai Hendrawan yang akan mengantarnya ke lokasi proyek pembangunan resort. Ada banyak pekerjaan menantinya di Senin pagi itu. Biasanya memang Suzy pulang hari Minggu malam, hanya saja mereka terlalu rindu untuk cepat-cepat terpisah lagi hingga kepulangan Suzy tertunda.Brian naik ke bangku sebelah pengemudi dan menyapa Hendrawan yang nampak berseri-seri wajahnya entah mengapa, "Hen, kita berangkat sekaran