Akbar dan Ilham saling tatap, ketika merespons perkataan Damar. Anak angkat? Jadi, Firman bukanlah anak kandung Damar? Tapi... apakah harus dipercaya perkataan Damar? Dia pernah berbuat jahat pada keluarga mereka, bisa saja dia belum berubah. Dan sengaja mengatakan hal demikian agar jika ada apa-apa damar tidak akan di salahkan.Mengerti akan sikap Akbar dan Ilham yang terlihat tidak mempercayai perkataannya. Membuat Damar kembali buka suara. Ia sengaja memanggil istrinya untuk membuat bukti jika Firman memang bukan anak kandungnya."Apa kalian tidak percaya padaku? Jika seperti itu aku akan membuktikan jika Firman memang bukan anak kandungku. Aku sudah menghubungi Istriku dan sebentar lagi dia akan datang membawa bukti.'' Ujar Damar begitu yakin.Tepaksa, Akbar dan Ilham pun menunggu. Padahal mereka tengah mengejar waktu. Tapi, demi keamanan dan bukti mereka rela menunggu.Sekitar setengah jam lamanya, akhirnya Istri Damar bernama Ratih datang. Ia datang sudah memasang wajah tidak su
Sofi serasa dicampakkan begitu saja. Ia merasa dirinya sudah tidak dibutuhkan lagi. Setelah apa yang diinginkan oleh firman tercapai. Firman sama sekali tidak peduli akan perasaannya. Oleh karena itu, Firman dengan mudahnya bicara seperti tadi. Dengan amarah yang sudah di ubun-ubun, Sofi berdiri ia lalu dengan beraninya mengambil asbak. Ia melempar Firman dengan asbak tersebut.."Firman!" Teriak Sofi.Mendengar namanya disebut, Membuat Firman tersenyum miring lalu Firman pun menoleh berbarengan dengan Sofi yang melempar asbak.Bugh....Asbak yang dilemparkan oleh Sofi mengenai kepala Firman. Firman mematung disertai dengan lelehan darah keluar dari kepalanya lalu mengotori baju. Firman lalu menatap Sofi dengan rahang yang mengeras. Sedangkan Sofi ia sama sekali tidak menyesal dengan apa yang ia perbuat."Sofi, kamu...." ucapan Firman tertahan, saat ia mulai merasakan pusing dan sakit berbarengan."Argh, kamu..." firman mengaduh disertai tangan yang memegangi kepala."Ini balasan unt
Nada kembali mendengar suara teriakan dan gedoran di sebelah kamarnya. Saat lihat jam ternyata menunjukkan pukul dua belas malam. Sedari tadi Nada memang belum tidur, rasa kantuknya tiba-tiba tidak ada. Pikirannya terlalu terfokus pada Nazril dan Akbar.Untuk mengurangi suara beresik itu, Nada memutuskan untuk ke balkon. Menikmati udara segar malam hari. Nada berdiri di depan pagar pembatas balkon. Ia memejamkan matanya, menghirup dalam-dalam udara. Namun, apa yang ia lakukan sekarang malah membuat ia teringat pada Nazril pada Akbar.Air matanya kembali luruh. "Nazril sayang, kamu sedang apa? Apakah kamu merindukan Bunda? Bunda merindukan kamu. Bunda mau ketemu kamu. Tapi.... Bunda sama sekali tidak tahu ada di mana. Bunda takut," racau Nada, ia terisak semakin keras. Kedua telapak tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang banjir air mata."Akbar, tolong aku. Tolong cepat datang, aku sendirian, aku takut." Racau lagi Nada.Tanpa Nada sadari, jika disebelah balkonnya tepatnya di
"Dari penampilanmu, aku Lihat kamu adalah wanita terhormat, wanita berkelas. Namun, entah apa yang membuat kamu bisa berbuat nekat seperti itu?" ujar Nada. Lebih tepatnya ia menyindir."Cinta, ini semua karena cinta," jawab Sofi. Nada tersenyum, dia pernah ada di posisi seperti Sofi. Saat Aziz meninggalkan dirinya. Suami sekaligus cinta pertamanya. Berat sangat berat awal-awal ditinggal pergi. Namun, karena cintanya ia rela menunggu hingga akhirnya tahu jika suaminya meninggal.Tapi, meskipun demikian Cinta tidak membuat dirinya kehilangan akal sehatnya. Cinta tidak membuat ia melakukan hal buruk. Justru cinta mengajarkan dirinya untuk setia, sabar dan ikhlas.Beda halnya dengan wanita dihadapannya. Hanya karena cinta ia rela melakukan kejahatan. Bukankah itu namanya cinta yang salah? Cinta yang tidak benar, cinta yang tidak sehat."Jangan pernah menodai kesucian cinta. Cinta tidak akan menjerumuskan kamu pada hal buruk. Justru sebaliknya, cinta mengajarkan pada hal yang baik." Ujar
Di tengah obrolan Nada dan Sofi tiba-tiba Nada mendengar seseorang seperti hendak membuka pintu kamarnya. Nada lalu pamitan pada Sofi, ia harus masuk.. Firman tidak boleh melihatnya bersama Sofi. "Aku masuk! Kamu jangan menyerah aku yakin Firman pasti akan luluh." Ujar Nada sebelum akhirnya ia masuk ke kamar."Ya semoga saja," balas Sofi begitu singkat.Sofi menghela napas seiring dengan menghilang tubuh Nada masuk ke kamarnya. "Dia orang baik. Apa aku juga harus jadi orang baik? Agar banyak orang yang menyukaiku? mungkin kedua orang tuaku bisa baik pula padaku dan menerima kehadiranku,'' gumamnya dan tidak terasa air matanya luruh."Ya Tuhan! Kenapa mataku berair terus sih! Sepertinya ini efek udara malam," ujar Sofi mencoba untuk menepis kenyataan jika dirinya sebenarnya menangis.Sementara itu, Nada merasa beruntung. Saat Firman masuk dirinya sudah berada di dalam kamar. Ia berpura-pura melamun di depan jendela..Firman terkejut karena mendapati Nada belum tertidur. Ia malah tenga
Pagi-pagi sekali, Nazril sudah mengitari rumah. Ia seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin tengah mencari orang. Kayla yang memang sejak kemarin menginap menghampiri Nazril dan bertanya."Kakak perhatiin kamu mondar-mandir terus. Cari apa? Biar kakak bantu," ujar Kayla m ia sengaja mengkakakakan dirinya agar Nazril ikut memanggilnya kakak bukan Tante. Sebab baginya kata Tante mengganggu telinganya."Nazril cari Bunda sama Ayah. Apa mereka sudah pulang?. Kenapa Nazril cari tidak ketemu terus?'' Kata Nazril dan sukses membuat Kayla bungkam. Ia tidak tahu harus berkata apa."Mmmm, itu, eh.. biar kakak telepon Akbar. Eh, maksud kakak biar kakak telepon ayahmu. Kamu langsung bicara saja sama dia, ya. Tunggu sebentar."Sekarang Akbar memang memerintahkan Nazril untuk memanggilnya ayah. Karena statusnya memang sudah jadi ayah sambung Nazril.Kayla lalu mengeluarkan handphone, ia bukan menelepon Akbar ia justru malah menelepon Ilham. Dan membuat Ilham marah."Halo"["Ada apa telepon?"] Ke
Satu jam perjalanan Akbar, Ilham dan para polisi sudah sampai di tempat kedua di mana kemungkinan Firman ada di sana. Namun, sayang Firman dan Nada sama sekali tidak ada di tempat itu. Polisi sudah hampir menyerah, tapi Akbar terus ngotot agar polisi tetap membantu mereka."Masih ada satu tempat yang belum kita kunjungi. Katanya kamu polisi , tugas polisi kan membantu rakyatnya. Jadi bantulah kami sampai istriku ketemu," ujar Akbar ."Kami akan membantu kalian. Tapi, sebaiknya kita buat berita orang hilang dan tidak kalah pentingnya, kita pasang pelakunya. Jika memang kalian yakin orang itu pelakunya " polisi mencoba mencari cara untuk membuat Akbar mengerti. Dari pada mereka terus, cari, ke sini cari ke sana namun hasilnya tidak ada. Tentunya itu bukanlah cara yang efektif. Yang ada waktu terbang percuma."Aku akan melakukan itu setelah aku mengecek tempat terakhir. Jika masih tidak ditemukan maka aku ikuti usulan kalian. Aku juga ingin menyewa detektif. Istriku pokoknya harus kete
Firman melihat Nada baru masuk dari pintu balkon. Firman langsung terdiam, pikiran buruk terlintas begitu saja. "Habis ngapain kamu?" Tanya Firman penuh curiga.Nada menelan Salivanya, ia gugup, otaknya sedang berpikir bagaimana cara mengungkapnya. "Itu... aku... habis cari udara segar . Diam terus di kamar rasanya pengap, bosan, tidak ada handphone, tidak ada telivisi. Apa kamu memang sengaja?" Akhirnya Nada bisa lancar berkilah, tiba-tiba ide ngalir begitu saja.. Firman tampak berpikir, apa yang dikatakan oleh Nada ada benarnya. Dirinya mengurung Nada tanpa diberikan fasilitas. Handphone tidak mungkin ia memberikannya. Mungkin... televisi bisa mengurangi rasa bosannya.Firman menghampiri Nada yang berdiri di depan pintu balkon. Saat didekati, Nada merasa takut, tubuhnya mulai bergetar. "Ka-kamu mau apa? Jangan mendekat!" Cegah Nada dengan terbata dan Firman pun langsung diam di tempat."Aku tidak akan berbuat apa-apa, aku hanya.... ingin memotretmu . Boleh kan?" Tanya Firman."U-
Satu tahun kemudian....kehidupan Nada begitu penuh warna, keputusannya untuk menikah dengan Akbar adalah sesuatu yang tepat. Bagaimana tidak Akbar begitu sangat mencintainya, sangat menyayanginya sampai-sampai Nada serasa diratukan oleh Akbar.Tepat satu tahun pernikahan mereka dan penantian lama mereka berdua akhirnya Nada dan Akbar mendapatkan berita bahagia. Di mana dokter mengatakan jika saat ini nada Tengah mengandung 4 Minggu, kebahagiaan itu tentunya terasa berkali-kali lipat.Di usianya yang mungkin menurut orang sudah tak mudah lagi, ia harus kembali merasakan mengandung dan melahirkan. Bagi Nada itu bukan suatu persoalan. karena anak adalah rezeki, anak adalah titipan yang tidak mungkin ia tolak.Selain kehidupan Nada yang penuh dengan warna dan kebahagiaan. kehidupan Sofie pun perlahan membaik, dia kini sudah mantap untuk berhijab menggunakan gamis panjang sama seperti Nada.Hubungan dengan orang tuanya pun masih sama hanya saja tidak renggang seperti dulu. sesekali Sofi s
Keesokan paginyaHari ini adalah pagi pertama Nada memerankan perannya sebagai seorang istri yang baik. Setelah tadi melakukan salat bersama sang suami, nada langsung turun dan memasak untuk sarapan keluarga kecilnya tak lupa Sofi ikut turun membantu Nada.Biasanya Kayla dan asisten rumah tangga yang melakukannya. Namun karena Nada sudah kembali maka ia melakukannya sendiri. sedangkan Kayla dia pulang begitu juga dengan Ilham dan Lidya.Mengingat kejadian semalam, Nada berharap semoga Kayla dan Ilham diberikan jalan yang terbaik. Nada begitu yakin jika Kayla bisa mengatasinya."Kenapa malah turun? Tetaplah di kamar. Jika sudah selesai Mbak panggil kamu." Titah Nada pada Sofi. Saat wanita itu tiba-tiba ada di dekatnya.Sofi menggeleng, ia malah membawa pisau dan mulai membantu Nada memotong sayuran. "Aku bukan tamu, Mbak. Jadi biarkan aku membantu. "Nada tertawa kecil, "Baiklah lakukan yang kamu mau. Mbak justru senang jika kamu seperti ini. Tidak merasa seperti tamu. Bersikaplah seola
Saat ini Akbar berada di dalam kamar dia dan nada. kamar yang harusnya menjadi saksi penyatuan mereka dan terpaksa harus tertunda karena sebuah insiden yang sama sekali tidak mereka duga.Kelopak bunga mawar berbentuk hati menghiasi kasur pengantin baru yang tertunda itu l. kelopak bunga mawar yang kemarin diganti karena yang dulu sudah mengering.Hiasan ornamen pengantin baru saja masih terpasang indah di sana. Lampu kelap kelip-tirai cantik dan juga kelopak bunga mawar segar pemandangan indah di kamar pengantin baru yang tertunda itu.Entah kenapa Akbar merasa nervous saat ingin menyambut nada, dia berulang kali menelan salivanya, berulang kali memegangi telapak tangan yang terasa dingin. Ia bingung apa yang harus mereka lakukan setelah berada di dalam kamar berdua saja?Jika boleh jujur Akbar sama sekali tidak memiliki pemikiran untuk meminta haknya yang seharusnya satu minggu lalu ia terima. Iya nervous dan bingung hanya karena untuk pertama kalinya mereka akan berada di dalam sat
Karena waktu semakin malam, Nada pun membawa Sofi ke kamar yang akan menjadi miliknya. Kamar tersebut berada di samping kamar Nazril."Ikut Mbak ya. Mbak akan tunjukkan kamar milikmu." tutur Nada "Aku malu Mbak," ucap Sofi "Kenapa harus malu? Tidak ada yang mempermalukan kamu." seru Nada karena pada dasarnya memang iya. "Aku sepertinya menyusahkan kamu, Mbak. mungkin aku lebih baik tinggal di rumah orang tuaku saja." Mendengar hal itu membuat Nada menatap Sofi dengan tatapan penuh tanda tanya.."Tinggal di rumah orang tuamu yang sama sekali gak pernah menganggap kehadiranmu. Orang tua yang selalu menyakiti perasaanmu, bukankah Mbak sudah bilang, Mbak rela kamu kembali ke orang tuamu asalkan mereka benar-benar mau menerima kamu. karena walau bagaimanapun yang namanya ikatan anak dan orang tua nggak ada yang bisa terputus. Enggak ada yang namanya mantan anak apalagi mantan orang tua. Orang tua kamu aja yang terlalu egois. pokoknya kamu tenang Mbak akan urus masalah ini. Bukan berarti
"Bagaimana, kau mendengarnya sendiri bukan? apa yang diinginkan oleh Lidya." tanya Nada kepada Kayla saat obrolannya dengan Lidya berakhir.Kayla mengganggukan kepalanya dengan posisi masih menyendirikan punggungnya pada dinding. Tubuhnya mendadak terasa lemas."Lalu apa yang harus aku lakukan? Sedangkan aku sendiri saja bingung, bagaimana caranya menyayangi dia. Ayahnya saja tidak aku cintai tidak aku sukai. Bagaimana dengan anaknya?" tanya Kayla pada Nada."Cobalah posisikan dirimu sebagai Lidya. Bagaimana posisi kamu Jika kamu seperti Lidya, orang tua salah satunya sudah meninggal, lalu salah satunya harus menikah lagi." tanya balik Nada pada Kayla ."Cobalah untuk memperbaiki diri, ya. Aku tahu, aku sendiri saja bukan manusia yang sempurna. Bukan manusia yang baik, tapi setidaknya aku selalu ingin membuat diri ini ada gunanya di mata orang lain. kandang aku selalu berpikir hidupku ingin bermanfaat bagi orang lain. Tidak apa-apa jika aku terluka yang penting orang lain bahagia, kar
Nada menatap Lidya yang baru saja pergi, bahkan menabrak dirinya tanpa mengucapkan maaf. Nada merasa telah terjadi sesuatu antara ayah dan anak itu. Hingga membuat gadis tujuh tahun itu tidak sedikitpun meminta maaf. Padahal, Lidya begitu dekat dengannya dan Lidya begitu hormat padanya.Melihat hal ini, Nada harus turun tangan. Ia harus bisa mengatasi masalah yang terjadi antara ayah dan anak ini."Ada apa dengan Lidya? Kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya nada kepada Ilham saat ia baru saja sampai di hadapan Ilham.Ilham yang kalau itu Tengah terduduk lemas, seraya menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, hanya bisa membalas pertanyaan Nada dengan sebuah helaan nafas yang sangat panjang. sepertinya dia belum siap untuk bercerita.Lama terdiam, akhirnya Ilham buka suara."Apa yang harus aku lakukan? Lidya marah padaku gara-gara aku akan menikah lagi. Dia enggak suka pada Kayla." Ucap Ilham dengan lemesnya dan tak bertenaga.Sudah Nada duga, jika terjadi sesuatu dengan Ilham d
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal