Sebelum berangkat ke kantor, Daisy mengajak Richard untuk berbicara berdua saja di dalam kamar. Richard menebak itu pasti berhubungan dengan misi Richard yang baru saja diberikan oleh Sandra yaitu melamar kerja di perusahaan Alex.Daisy menutup pintu kamar, ia lantas mengajak Richard menjauh dari sisi pintu karena ada hal yang sedikit tabu yang ingin ia bicarakan bersama Richard, suami barunya.“Richard, kau sudah melihat sendiri bagaimana reputasiku di keluarga ini bukan? Aku tahu ini akan terdengar bodoh, tapi kurasa aku sudah tak punya pilihan lain.” Daisy tampak gelisah dan sesekali matanya tak fokus kepada lawan bicaranya.“Daisy, apa yang mengganjal di hatimu?”Daisy tersenyum kaku lalu melanjutkan apa yang ingin ia katakan. “Richard, aku tahu semua laki-laki tak mungkin menolak tubuh perempuan. Ah… Maksudku adalah… Oh, bagaimana aku memulainya…” Daisy semakin gelisah, ia kesulitan mengucapkan apa yang sedang mengganjal di kepalanya.“Pelan-pelan, Daisy… Kalimatmu terpotong-poto
Lezon Company berada di pusat kota Roxburgh. Letaknya yang cukup strategis membuat Richard tak mendapat kesulitan sama sekali untuk menemukan tempat tersebut. Ketika memasuki gedung Lezon Company, Richard juga tak dipersulit oleh security yang bertugas. Cukup menjelaskan bahwa Richard datang atas rekomendasi Nona Clair dari Miller Company, security segera membawa Richard ke bagian HRD.Ketika bagian HRD telah mengonfirmasi identitas Richard, kepala HRD mengajak Richard untuk naik ke lantai atas.“Kebetulan sekali Tuan Alex telah menunggumu.” Kepala HRD terlihat kesulitan menyembunyikan senyum sinisnya saat mendampingi Richard naik ke lantai atas.Hati Richard sedikit berdebar-debar sebab ia yakin Alex sudah menyiapkan sesuatu untuknya. Bagaimana bisa, dia yang hanya orang biasa, melamar pekerjaan di perusahaan besar, tetapi justru hendak disambut oleh sang CEO. Seharusnya, Richard hanya perlu berurusan dengan bagian HRD tanpa perlu melibatkan sosok penting seperti CEO.Mengingat Alex
Baru saja Richard selesai bertanya, satu pukulan Alex tiba-tiba dihantamkan tepat ke rahang Richard. Karena Richard tak menduga hal itu terjadi, pukulan Alex mengenai sasaran dengan sempurna, membuat Richard terpekur mundur beberapa langkah.“Tuan Alex… Apa-apaan ini?!” Richard bertanya seraya memegangi rahangnya yang terpukul.“Kau sudah resmi menjadi bawahanku dan aku berhak melakukan apa yang aku mau!”BUG! BUG! BUG!Alex memukuli Richard sambil sesekali tertawa bangga. Tak hanya memukul kepala dan dada Richard, Alex juga menggunakan kakinya untuk menendang. Karena Richard tak memberikan perlawanan, hanya dalam waktu singkat darah mulai mengucur dari hidung dan bibirnya.“Itu adalah latihan yang harus kau jalani sebelum terjun menjadi petugas keamanan di perusahaan Alex. Kau telah menandatangani surat perjanjian dan bersedia untuk mendapatkan latihan yang dibutuhkan untuk posisimu. Jadi, nikmati saja dan jangan coba-coba melawan! Ha ha ha, jujur saja menurutku kau itu pria yang ben
Alex keluar dari Volkswagen dengan membusungkan dada. Dari wajahnya yang berbinar-binar, ia tampak merasa unggul lebih dari 1000% di atas Richard. Dengan membawa Richard sebagai pelayan dirinya, Alex sepertinya berharap jika Daisy akan mencampakkan Richard dan kembali memilih dia sebagaimana mereka dulu pernah menjadi sepasang kekasih.Bersamaan dengan kaki Alex keluar dari Volkswagen miliknya, sebuah GeekVape Aegis Legend terjatuh tak begitu jauh dari ujung sepatu Alex. Lebih tepatnya, Alex menjatuhkan Vape secara sengaja.“Ambil!”Alex membentak Richard, ingin menunjukkan dominasinya atas orang rendahan macam Richard di mata teman-teman reuninya. Karena sudah menjadi bawahan Alex, Richard menuruti perintah Alex. Ia membungkuk rendah untuk memungut GeekVape Aegis Legend di dekat kaki Alex.“Itu untukmu!”Saat Richard hendak berdiri, ia menemukan selembar dolar dijatuhkan dari atas. Richard memungut uang tersebut dan di waktu yang bersamaan, telinganya mendengar suara cekikikan yang b
Richard memasuki Jasmine’s Room, tempat di mana reuni teman-teman Alex dan Daisy diselenggarakan. Tatapan-tatapan mengejek segera bermunculan dan ditujukan kepada Richard ketika dia berjalan celingukan mencari keberadaan Alex. Richard sudah terbiasa menerima cemoohan hingga tatapan sinis orang-orang tak begitu menjadi gangguan yang berarti untuknya. Hanya saja, Richard menjadi sedikit risih setelah menemukan ternyata Alex tampak sedang menggoda Daisy. Richard berjalan lebih cepat, melihat Daisy dirayu oleh pria lain ternyata rasanya lebih tak menyenangkan dari pada ketika dia dicemooh dan direndahkan.Richard semakin dekat, Thomas yang sedang berdiri di samping Alex lantas menyenggol siku Alex karena tampaknya Alex tak menyadari kedatangan Richard. “Hei, Alex… Pelayan yang kau tunggu sudah datang.”Alex menolehkan kepala lalu senyum lebar lekas merekah di bibir. Tangan kanan Alex menepuk-nepuk pundak kirinya. “Pijat sebelah sini… Bahuku entah bagaimana rasanya capek sekali.”Richard
Alex sekuat tenaga menahan rasa panas yang menjalar di lututnya, tetapi ia gagal. Alex berteriak kesakitan sementara kulit wajahnya merah padam akibat otot-ototnya yang menengang. Sebuah pemandangan yang cukup janggal karena seharusnya sosok yang lebih pantas menjerit kesakitan adalah Richard, orang yang sedari tadi dipukul dan ditendang oleh Alex.“Panggil ambulans… Panggil ambulans!” Alex menjerit kepada siapa saja. Ia merasakan sensasi panas bercampur nyeri menyerang dua lutut dan sikunya sekaligus. “Aku bisa mati jika terus begini!”Teman-teman Alex terpaku melihat keadaan. “Ada apa dengan Alex?”“Apa yang terjadi padanya?!”Orang-orang kini menyaksikan Alex menggeliat dan berguling-guling ke lantai dengan tetap berteriak meminta dipanggilkan ambulans. Tetapi karena semua orang masih terkejut dengan kejadian tersebut, tak ada satu pun dari teman-teman Alex yang mengambil ponsel untuk memanggil ambulans atau 911.“Apakah Alex punya riwayat penyakit ayan atau semacamnya?”Ketika Bel
Richard telah membawa Alex ke rumah sakit terdekat. Ketika Richard hendak pergi meninggalkan Alex, Richard menyempatkan diri untuk berbisik di telinga Alex. “Alex, dilihat dari keadaanmu saat ini, kuprediksi kau akan menghabiskan sisa hidupmu di atas tempat tidur atau kursi roda.” Setengah sadar, Alex mendengar ucapan Richard. ‘Bedebah! Apa jangan-jangan memang dirimu yang mencelakaiku?’ Alex ingin berteriak memaki Richard karena mulai curiga jangan-jangan rasa sakit yang ia alami adalah akibat dari Richard memberikan racun kepada tubuhnya. Apa daya, Alex tak bisa berteriak karena kesadarannya timbul dan tenggelam. Begitu Richard telah pergi dan dokter menghampiri Alex, dengan menggunakan sisa-sisa kesadarannya, Alex memohon kepada sang dokter. “Dokter, aku yakin tubuhku telah diracun! Angkat racun yang ada di tubuhku. Dokter, racun ini sangat menyiksaku! Aku akan membayar berapapun agar racun di tubuhku dikeluarkan semuanya…” Alex tak bisa mengucapkan apa-apa lagi karena kesada
Richard baru saja keluar dari rumah sakit saat ia menyadari beberapa orang tengah mengendap-endap membuntutinya. Richard tersenyum kecil lantas membuat gerakan isyarat tertentu yang tidak bisa dimengerti oleh orang biasa namun cukup dipahami oleh beberapa orang yang membuntutinya. Dua dari penguntit Richard mengangguk lalu pergi ke bagian rooftop rumah sakit.Sepuluh menit berselang, Richard telah berdiri di rooftop rumah sakit dan tak lama setelahnya, tiga orang berpakaian hitam mendekat lalu membungkuk hormat. Richard menyela dengan gerakan isyarat, meminta tiga pria itu untuk tak bersikap formal.“Tuan Muda, anda terluka. Tapi tampaknya anda sudah menghukum orang yang mencelakai anda. Apakah anda ingin kami menghukum keluarganya juga?” Salah seorang dari tiga pria itu bertanya setelah mengamati wajah Richard masih dipenuhi dengan luka lebam akibat pukulan Alex.Richard buru-buru menggeleng. “Tidak perlu. Ini urusanku pribadi, Naga Langit tak perlu terlibat.” Richard lantas mengamat