Dengan keringat bercucuran di dahi karena khawatir, Leonie mendorong pundak Richard sekuat tenanga. “Tuan, saya mohon cepatlah pergi. Itu adalah Manajer Jill! Tidak hanya anda, saya juga akan mendapat masalah jika anda tetap berada…” Leonie tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena tiba-tiba, Jill datang dengan tergesa-gesa lalu membungkuk cukup rendah kepada Richard. “Tuan Forger… Perkenalkan saya Jill, Manager Green Maple restaurant. Kami sungguh meminta maaf jika security kami telah bersikap tidak sopan kepada anda. Kami akan mengajarinya tata krama setelah ini, jika perlu, kami akan memecatnya hari ini juga!” Wajah Jill pucat pasi, lebih pucat daripada Leonie sebab Joseph Winston telah memberi pesan, jika Richard Forger mendapat masalah di Green Maple Restaurant, orang pertama yang akan dipecat oleh Joseph adalah Manager Jill. Butuh beberapa detik bagi Leonie untuk mencerna kalimat yang baru saja diucapkan oleh Manajer Jill. Meski tak memahami secara keseluruhan, Leonie menang
Sementara itu di lantai lima Green Maple Restaurant… “Tahukah kalian bahwa yang bisa masuk ke lantai lima di Green Maple hanya ada kurang dari sepuluh orang di seluruh kota Roxburgh!” Max lagi-lagi sedang menyombongkan harta keluarganya. Jessy, salah satu teman Max membuka mulut lebar-lebar karena itu artinya berada di lantai lima Green Maple Restaurant merupakan sesuatu yang membanggakan. “Max, kau yakin akan mentraktir kami semua? Maksudku, bukankah makanan di sini pasti lebih mahal dari lantai-lantai sebelumnya?” Max mengangguk bangga. “Ha ha ha, membayar tagihan makan kalian semua bagiku hanya seperti jajan makanan ringan di pinggir jalan! Jangan terlalu khawatir, ini hanya hal kecil bagiku. Bahkan, jika aku tak sibuk mengelola perusahaan, aku bisa-bisa saja mentraktir kalian setiap hari di sini. Sungguh!” Clair, Jessy dan Rosaline menggeleng-gelengkan kepala karena takjub pada kekayaan yang dimiliki Max. Nyatanya, Max berbohong. Untuk mentraktir teman-temannya ke Green Maple R
Beberapa waktu sebelumnya, ketika Richard dan Jill baru memasuki Green Maple Restaurant, Jill menceritakan tentang keunggulan fasilitas di lantai tujuh. Jill juga mengatakan bahwa ia akan mendapat kemarahan dari Joseph Winston jika tidak memberikan layanan terbaik kepada Richard Forger.“Tempat terbaik di Green Maple Restaurant adalah lantai tujuh, Tuan Forger. Saya khawatir, jika Tuan Winston mengetahui saya menempatkan anda di lantai lima, dia akan memecat saya. Saya mohon anda bersedia mempermudah tugas saya.”Meski sebenarnya Richard merasa tak memerlukan fasilitas yang berlebihan, ia juga tak ingin mempersulit Jill yang sudah membantunya. Akhirnya, Richard menganggukkan kepala tanda setuju.“Baiklah, kau membuatku tak bisa menolak tawaran itu, Nona Jill.” Tepat setelah Richard mengatakan demikian, Jill segera menghubungi bawahannya dan memerintahkan bawahannya untuk memindahkan rombongan Max dari lantai lima ke lantai tujuh.Beberapa waktu kemudian, Richard dan Jill telah tiba
Max bertepuk tangan menyambut kedatangan Richard, ia lantas berdiri dan mulai mengajukan pertanyaan pada Richard. “Sial! Bagaimana bisa kau berhasil masuk ke Green Maple! Katakan padaku dengan jujur, apa kau memiliki member card di Green Maple?”Richard tersenyum canggung lalu menggeleng. “Tidak, tetapi aku…”Max mengepalkan tangan dan meninjukannya ke telapak tangannya yang lain. “Ya! Sudah kuduga bahwa kau tak mungkin memiliki kartu anggota di sini!” cibir Max pada Richard. Ketika Richard hendak melanjutkan kalimatnya, Max menghentikan Richard dengan Bahasa isyarat.Max lantas berujar lagi, “Biar kutebak, kau pasti menggunakan nama besarku untuk bisa memasuki tempat ini?! Ah, sial! Andai bukan karena suasana hatiku sedang baik, aku pasti akan mempermasalahkan hal ini!” ucap Max dengan ekspresi sombong. Seolah-olah, dirinyalah yang paling berjasa sekaligus juga berkuasa.Richard mengerutkan kening karena terkejut atas ucapan Max yang ditujukan kepadanya. “Max, apa kau mengira namamu
Pada akhirnya, Richard membiarkan Max menikmati praduganya. Lagipula, cepat atau lambat, fakta yang sebenarnya juga akan terungkap. Richard pun mengambil duduk di sebelah Daisy. Sembari menanti hidangan utama tersaji, Richard terlebih dahulu melahap olok-olokan yang terus menerus dilontarkan oleh Clair, Rosaline, Jessy, dan juga Max.Ketika hidangan utama pertama disajikan, Max dan yang lainnya menyerbu makanan tersebut dengan antusias yang berlebihan. Membuat Daisy menarik napas lega karena untuk beberapa waktu ke depan, telinganya tak akan panas mendengar ocehan teman-temannya yang menghina Richard.“Sssst…” Richard mendekatkan kepalanya ke telinga Daisy. “Daisy, jangan tekuk wajahmu seperti itu. Santailah sedikit, aku baik-baik saja…” Richard berbisik pada Daisy setelah melihat istrinya hanya diam menekuk wajah ke bawah.Daisy memijit-mijit keningnya sembari menggelengkan kepala. “Richard, bagaimana aku bisa tenang sementara mereka tak mau berhenti menghinamu. Sudah kukatakan sedar
“Diam kalian semua!” Max menengahi. Ia lantas memandang wajah Daisy lembut, lalu berkata, “Daisy, jika kau memang menyukai hidangan di sini, tenang, meski suamimu tak sanggup memberikannya untukmu, aku yang akan membelikanmu.” Sejenak, Max membenahi dasi di lehernya lalu bergumam lagi, “cepat atau lambat, kau akan sadar Daisy, siapa laki-laki yang lebih unggul dan lebih pantas mendampingimu.”Richard menelan sepotong Sushi seraya mengangguk dan menunjuk ke arah Max. “Nah… Kali ini kau benar, Max!”“Richard, bahkan sampai sekarang kau tak menyadari di mana posisimu?! Max baru saja memberi pesan bahwa sejatinya kau berada jauh di bawah Max.” Clair menyela Richard. Membuat Richard mengangkat bahu seoalah bertanya, memangnya, apa peduliku?Tentu saja gerakan isyarat tubuh Richard semakin membuat Max dan teman-temannya jijik.“Ingat, Richard! Andai bukan karena pengaruh nama besar keluargaku, kau bahkan tak akan pernah mendapat izin untuk menginjakkan kaki di lantai ini!” Max pun kini terl
Max masih memiliki satu bukti yang membuatnya yakin bahwa kepala pramusaji telah salah memberikan informasi. Bukti kuat itu bisa ia gunakan untuk memojokkan Richard sekaligus menunjukkan kepada semua orang bahwa di antara dirinya dan Richard, Max-lah yang lebih unggul. Kepercayaan diri Max pun kembali meningkat.“Begini saja…” Max saat itu merogoh dompet kulit dari sakunya, mengeluarkan sesuatu dari sana lalu melempar ke atas meja. “Richard, tunjukkan kartu membermu di Green Maple Restaurant! Jika kau memang memiliki kartu member, aku akan mempercayai ucapan pramusaji. Jika kau tak memilikinya, sudah jelas bahwa pramusaji pasti salah memberi informasi!”Rosaline, Jessy, dan Clair merasa puas atas tindakan tegas yang dilakukan oleh Max. Nyali mereka yang sebelumnya menciut, kini telah membesar lagi. Mereka semakin yakin bahwa pegawai Green Maple telah melakukan kekeliruan dengan mengira Richard-lah yang memesan lantai tujuh.‘Ya! Richard sudah mengatakan bahwa ia tak memiliki kartu mem
Sambungan telepon terputus. Max diam terpaku dengan perasaan yang campur aduk. Max melirik ke arah Richard yang kini sedang tersenyum sembari merangkul pundak Daisy.“Mungkin ayahku yang sedang mabuk.” Max pura-pura menggaruk kepalanya dengan tangan yang bergetar ketakutan. “Ya, ayahku memang pemabuk berat, ha ha ha!” Max tampak berjuang keras mencairkan suasana tetapi justru ia sendiri yang terlihat paling gugup di antara yang lain.Pramusaji tersenyum puas menatap kegelisahan di wajah Max. Untuk melengkapi kegelisahan tersebut, si kepala pramusaji menambahkan, “Tuan Max, sebentar lagi Manajer Jill akan datang ke mari. Beliau adalah manajer di Green Maple Restaurant. Dia akan meluruskan masalah di sini.”Max semakin panik. “Tidak, aku sedang sangat terburu-buru! Lagipula, tak ada yang perlu diluruskan. Aku akan pergi sekarang…” Max meraih kartu member yang beberapa waktu lalu ia lempar ke atas meja.Max ingin cepat-cepat pergi dari tempat itu tetapi Richard menghadang Max. “Santai du