"Siapa kalian?" tanya Ronald seketika.
Ronald kaget ketika menyadari sudah ada tiga orang yang menjenguknya. Ia sebelumnya termenung sampai tidak menyadari kedatangan Kiyai Sulaiman dan sekeluarga.
Kiyai Sulaiman tersenyum. "Nak, terima kasih kau telah menolongku. Jika bukan karena dirimu, mungkin aku yang berada di posisimu sekarang."
"Oh, jadi kamu kakek-kakek tua yang aku selamatkan itu?" ucap Ronald, Kiyai Sulaiman mengangguk membenarkan apa yang Ronald katakan. Ronald kemudian memalingkan wajahnya.
Aisyah yang menyaksikan dari belakang Abahnya kini hanya bisa menghela napas seraya mencoba untuk bersabar. Inilah, calon suaminya.
"Kau tidak menyesal menolongku, kan?" tanya Kiyai Sulaiman lagi.
"Percuma saja menyesal, semuanya sudah terlanjur terjadi. Terus berandai-andai malah hanya akan menyakiti perasaan dan kesehatan ku," ucap Ronald dengan nada pelan.Meski suara Ronald pelan, namun itu terdengar jelas di telinga Kiyai Sulaiman, Umi Nayla, dan Aisyah itu sendiri.Kiyai Sulaiman kemudian menghela napas. Ia kini benar-benar memantapkan pilihannya untuk menikahkan satu-satunya putri yang ia miliki dengan Ronald."Boleh aku tahu siapa namamu?" tanya Kiyai Sulaiman kemudian."Ronald," jawab Ronald singkat."Tempat tinggalmu?" tanya Kiyai Sulaiman lagi.Ronald hanya diam tidak bisa berkata-kata. Sekilas lihat, Kiyai Sulaiman langsung mengerti bahwa Ronald sebenarnya tidak punya tempat tinggal.
"Baiklah, to the point saja. Maukah kau menikah dengan putriku?" tanya Kiyai Sulaiman kemudian.Aisyah kini tertunduk malu. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi. Usia Aisyah memang sudah pantas untuk menikah. Ia sudah berumur dua puluh lima tahun saat ini sedangkan Ronald telah berumur tiga puluh dua tahun. Perbedaan umur keduanya terpaut tujuh tahun. Tapi, mengapa abahnya langsung melamar pria itu di depannya?
Sementara itu, Ronald terlihat terkejut. "Aku tidak salah dengar?"
"Yah, kau memang tidak salah dengar. Aku menawarkan mu menikah dengan putriku," ucap Kiyai Sulaiman.Ronald kemudian menatap Aisyah yang ternyata juga curi-curi pandang. Alhasil, matanya sempat bertemu selama sedetik sebelum akhirnya Aisyah memalingkan wajahnya lagi.
Ronald kemudian menghela napas. "Jika kau ingin memaksa putrimu menikah denganku hanya karena perasaan bersalah atau merasa berhutang Budi, maka lupakan saja! Aku sama sekali tidak menyalahkanmu atas apa yang menimpaku. Mungkin... aku sedang sial saja."Ia paham kalau Aisyah terpaksa dijodohkan seperti ini. Hal itu terlihat jelas saat Ronald memperhatikan Aisyah.
Kiyai Sulaiman kemudian menjelaskan niatnya yang ingin merawat Ronald yang karena menolongnya, Ronald harus menjadi pria lumpuh. Kiyai Sulaiman juga menyampaikan bahwa ia akan dirawat dengan sangat baik oleh putrinya setelah menikah.Mendengar bahwa ia akan dirawat dan diurus oleh Aisyah setelah menikah, membuat Ronald tertarik untuk menerima tawaran Kiyai Sulaiman.
"Tentu saja, jika kau tidak mau. Aku tidak bisa memaksamu," ucap Kiyai Sulaiman akhirnya.
"Tapi, aku tidak punya rumah, uang, ataupun keluarga. Aku bahkan mantan narapidana yang dituduh membunuh orang. Apa Anda yakin ingin menikahkanku dengan putrimu?” tanya Ronald.Mendengar hal itu, mata Umi Nayla membulat sempurna. Ia sangat mengkhawatirkan satu-satunya putri yang ia miliki. Umi Nayla kemudian memegang tangan putrinya. Sebagai ibu, dia berharap pernikahan Aisyah dan Ronald tidak jadi dilaksanakan.Di sisi lain, Kiyai Sulaiman juga terkejut.Ia mengira Ronald adalah orang baik-baik sebelumnya. Siapa yang akan menyangka dia adalah seorang mantan narapidana? Akan tetapi, Kiyai Sulaiman sudah yakin pada keputusannya. Dia akan membantu penyelamat nyawanya ini. Dan, itu semua dapat dia lakukan bila Ronald bersedia tinggal di rumahnya atau bersama putrinya.
"Kau mungkin merasa aku aneh. Tapi, aku pun sudah sholat istikharah sepanjang malam meminta petunjuk Allah. Tak hanya itu, jika kau menikah dengan putriku, kalian dapat tinggal bersama tanpa mengundang fitnah." ucap Kiyai Sulaiman."Putrimu yang mana? Yang itu?" tanya Ronald sambil menatap Aisyah yang tertunduk. Ia berada tepat di samping Umi Nayla. Saat Ronald mengatakan hal ini, Aisyah mengangkat pandangannya ke arah Ronald dan bertemulah pandangan keduanya meski hanya sedetik saja. Hal itu dikarenakan Aisyah sangat menjaga pandangannya.Hijab dan cadar yang dikenakan oleh Aisyah memang membuatnya terlihat sebagai wanita muslimah yang sangat cantik. Hanya terlihat kedua matanya yang sangat indah. Meskipun begitu, Ronald masih belum bisa memastikan seperti apa wajah Aisyah yang sebenarnya."Yah, dialah putriku yang aku maksud." ucap Kiyai Sulaiman."Sekarang aku tanya, kau bersedia tidak?" tanya Ronald langsung kepada Aisyah. Pandangan Ronald terkunci pada sosok gadis Sholehah itu. Bahkan Ronald tidak berkedip sedikitpun."Y-y-ya, a-aku, aku bersedia!" ucap Aisyah sangat terbata-bata. Ia takut melawan keinginan Abahnya. Ia juga sebenarnya terpaksa membuat keputusan ini. Setelah menjawab, Aisyah menghela napas dan memasrahkan semuanya kepada Allah."Baiklah, jika benar begitu. Aku tidak punya alasan untuk menolak. Tapi..." ucap Ronald."Ada apa lagi?" tanya Kiyai Sulaiman."Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak punya rumah dan tempat tinggal. Dengan kondisiku sekarang, aku khawatir tidak akan pernah bisa menafkahi putri anda. Rasanya aku ragu." ucap Ronald. Aisyah dan Umi Nayla tersenyum senang meskipun senyumnya itu disembunyikan, tapi Ronald dapat melihatnya dengan jelas."Tenang saja, setelah menikah. Aku akan menghadiahi kalian rumah sebagai hadiah pernikahan kalian dari saya. Untuk nafkah, aku yakin pasti akan ada jalannya. Jika memungkinkan, aku akan memberikan uang setiap bulan kepada Aisyah." ucap Kiyai Sulaiman.Kiyai Sulaiman mengatakan semua ini karena mempertimbangkan kondisi Ronald yang sedang lumpuh. Adalah hal yang tidak mungkin jika Ronald harus bekerja di kondisinya yang seperti ini. Ia benar-benar telah menjadi manusia tidak berdaya."Mengenai mahar bagaimana?" tanya Ronald lagi. Ia kemudian mengeluarkan uang sembilan ratus ribu miliknya yang tersisa."Aku tidak punya apapun selain ini," ucap Ronald lagi."Baiklah, kamu bisa membeli seperangkat alat sholat dengan uangmu itu," ucap Kiyai Sulaiman.Ronald menghela napas, kini tidak ada lagi alasan baginya untuk menolak. "Baiklah, aku bersedia menikahi putri anda, bisakah aku tahu siapa namanya?"
"Aisyah!" jawab Aisyah seketika.Lagi-lagi pandangan keduanya kembali bertemu.
Ronald hanya bisa tersenyum. Sebenarnya, Ronald tahu kalau Aisyah terpaksa melakukannya. Tapi, mengingat Ronald tidak punya tempat tinggal dan butuh tempat untuk berteduh, ditambah dengan kondisinya yang sekarang, Ronald juga tidak ada pilihan lain. Ia hanya bisa menerima pernikahan ini demi kelangsungan hidupnya.
"Salam kenal, Aisyah. Namaku Ronald." Entah mengapa, suara bariton dari sang calon suami menggetarkan hati Aisyah.
" ... Jadikanlah hamba dan suami hamba kelak sebagai orang-orang yang beriman dan dirindukan surga. Bimbinglah kehidupan rumah tangga hamba ke jalan yang engkau Ridhoi Ya Allah.""Ya Allah... hamba serahkan semuanya kepadamu."Aisyah berdoa sepanjang waktu di malam hari. Ia menyerahkan segalanya kepada Allah. Aisyah akan menjalani kehidupan dan akan menerima setiap apa yang takdir berikan kepadanya.*****Setelahnya, Aisyah pun telah memantapkan hatinya, ia juga sudah pasrah dengan perjodohan ini. Di usianya yang sekarang, Aisyah memang sudah seharusnya membina kehidupan rumah tangga. Meski calon suaminya sungguh jauh dari harapan, tetapi semua telah terjadi. Namun, jauh di dalam hati, Aisyah dan sekeluarga masih belum tahu kasus apa yang pernah Ronald lakukan, sehingga ia bisa dipenjara selama sepuluh tahun. Pria itu tidak mengatakan apa pun.Pernikahan Aisyah dan Ronald ditunda sampai keadaan Ronald mulai membaik. Menit demi menit. Jam demi jam. Hari demi hari, hingga ak
Di sepertiga malam, Aisyah mengelap air matanya dan bangun untuk melaksanakan salat tahajud.Bukan karena hanya dia seorang ustadzah, Aisyah memang sudah terbiasa untuk melaksanakan salat tahajud di sepertiga malam setiap harinya. Lingkungan tempat tinggal Aisyah yang berada di sekitar pesantren menjadi alasan paling besar terbentuknya pribadi yang sholehah dalam diri Aisyah. Apalagi, kyai Sulaiman selaku Abahnya merupakan seorang yang paham agama.Saat Aisyah bangun ia sempat menoleh dan memperhatikan suami barunya itu."Haruskah kubangunkan?" lirih Aisyah. Namun, dia menggeleng dengan cepat.Gegas, Aisyah kemudian segera bergegas menyiapkan sajadah untuk melaksanakan salat tahajud. Ternyata, kejadian itu disaksikan oleh oleh Ronald, suaminya sendiri. Sebelum memulai melaksanakan salat tahajud, Aisyah sempat melirik dan memperhatikan suaminya.Timbul keinginan lagi di dalam diri Aisyah untuk mengajak suaminya salat tahajud bersama. Namun, mengingat kondisi suaminya yang sedang lum
Aisyah tersenyum ketika Ronald menanyakan mengapa ia masih memasang cadarnya meski hanya ada Aisyah dan Ronald sendiri di rumah itu. "Aku sudah lama menunggumu mengatakan hal seperti ini," ucap Aisyah yang kemudian segera mendekat dan menunduk di depan Ronald. "Jika kau memang ingin melihat wajahku, maka lepaskanlah cadar ku dengan tanganmu sendiri." ucap Aisyah. Ronald sempat merasa ragu, namun rasa penasarannya mendorong Ronald untuk membuka cadar Aisyah. Ronald juga merasa sangat gugup saat melakukannya. Apalagi tatapan tajam mata Aisyah yang indah seolah telah terkunci pada dirinya. Hal itu membuat jantung Ronald berdetak sangat cepat dan tidak karuan. Ronald juga sebenarnya tidak mengerti akan apa yang ia rasakan sekarang. Satu hal yang pasti, mulut Ronald kini berbentuk 'O' ketika melihat wajah cantik istrinya. Ronald kemudian memalingkan pandangan matanya tepat setelah melihat wajah Aisyah yang bagaikan bidadari. Kedua tangan Aisyah yang lembut, kini mengarahkan wajah Ron
"Aku telah menikah dan istriku juga baik dan cantik. Aku tidak mungkin menceraikannya. Sudahlah, lupakan saja aku!" ucap Ronald dengan dingin."Kau begitu tega! Penantianku selama 10 Tahun kau anggap apa? Kalau pada akhirnya seperti ini, kenapa kau membuat janji palsu itu padaku?" Lisa seolah sudah tidak perduli lagi dengan dirinya yang diperhatikan banyak orang. Ia benar-benar sangat kesal. Sepuluh tahun menanti, bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi, Lisa sudah sangat lama menantikan hal ini. Sungguh sangat menyakitkan ketika menerima fakta bahwa penantian 10 Tahun itu hanyalah omong kosong. Faktanya Ronald malah menikahi wanita lain!Bisa dibilang, Lisa yang namanya dulu adalah Jennifer, rela pindah negara, tempat tinggal, sekaligus ganti nama, hanya demi Ronald. Tapi, Ronald malah menikah dengan wanita lain?Saking kesalnya, Lisa bahkan sudah memegang kerah baju Ronald. "Aku di sini, menagih janjimu, Ronald!" ucap Lisa sekali lagi dan yang terakhir kalinya. Ronald tersenyum p
"Hahaha, kejutan!" Ronald dan Aisyah terkejut ketika melihat Dion dan Dany akhirnya tiba. "Ronald, kau mungkin masih mengenalku dan mungkin terkejut melihat kehadiranku. Setelah mendengar kabar bahwa kamu telah lepas dari penjara, aku langsung naik pesawat menuju tempat ini. Tidak disangka, lima hari berkeliling dan mencarimu, aku bertemu dengan Jennifer, dia memberi tahu keberadaanmu." ucap Dany. Ronald kini berdecak kesal, ia tidak menyangka bahwa Lisa atau Jenifer atau siapapun itu namanya--kini membuatnya dalam masalah besar. "Aku sudah menanggung hukuman 10 Tahun setelah membunuh adikmu, apakah itu masih belum membuatmu puas?" tanya Ronald. "Yah, aku tidak puas!" ucap Dany yang langsung berteriak keras di depan wajah Ronald ya v tidak berdaya di atas kursi roda. Saat Ini, Aisyah merasa sangat takut. Ia memegangi dengan erat kursi roda suaminya itu. Ronald dan Aisyah sekarang sudah dikelilingi oleh setidaknya delapan orang bertubuh kekar. "Andai saja aku tidak lumpuh, mere
Ronald kemudian menutup matanya, seketika ia teringat kejadian sebelas tahun yang lalu. Saat itu, musuh-musuhnya berkolaborasi demi ingin menghancurkan Ronald, ketua Geng Naga Hitam yang sangat tersohor. Tidak bisa menyentuh Ronald, mereka memutuskan untuk menggunakan orang-orang terdekatnya. Alhasil, Ronald saat itu ditangkap kemudian diikat menggunakan rantai besi. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat adik Dany, Dirga Ferguson menodai kehormatan adik Ronald. Sementara Ronald yang terikat hanya bisa berteriak memaki dengan kemarahan. Sampai pada akhirnya, Ronald kemudian melihat adiknya bunuh diri setelahnya. Disaat seperti itulah, adiknya mengatakan pesan terakhirnya. "Maafkan aku Dik... aku akan mengikuti keinginan terakhir mu, tapi setelah membunuh Dirga sialan itu!" ucap Ronald saat kematian adiknya. Disaat itulah, Ronald seorang diri pergi membunuh Dirga Ferguson beserta para anak buahnya. Total Ronald berhasil membunuh sebelas orang termasuk Dirga Ferguson. Setelah
Ronald dan Aisyah kini sudah berada di depan gerbang pesantren saat Ronald memegang kedua bahu istrinya itu. "Aisyah dengarkan aku, musuh-musuhku pasti akan segera berdatangan setelah mendengar kabar kematian Dany dan Dion Ferguson. Jika kita terus tinggal di pesantren ini, Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman pada akhirnya akan menjadi target oleh musuh-musuhku. Kita harus pindah dari tempat ini secepatnya." Ronald mencoba meyakinkan Aisyah akan hal ini. Aisyah yang masih sangat syok kini tidak bisa mencerna dengan baik apa yang Ronald katakan. Ia hanya diam dengan ekspresi wajah datar. Sebenarnya Aisyah merasa takut akan suaminya itu. Mengingat kejadian saat di Villa. "Sekarang kau masuk ke dalam dan kemas semua barang-barang kita, besok pagi kita akan pergi setelah pamit dengan Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman. Sementara aku akan pergi untuk mengurus sesuatu." ucap Ronald. Aisyah kemudian masuk ke dalam pesantren milik Abahnya itu. Tampak Ronald memantau istrinya, saat dirasa istrinya suda
Ronald hanya tersenyum ketika melihat Umi Nayla dan istrinya sedang sholat. Selesai sholat, Umi Nayla terkejut melihat Ronald yang ternyata sudah bisa berdiri. "Ronald? Kau sudah bisa berdiri?" ucap Umy Nayla yang sangat terkejut. Ronald kemudian hanya bisa tersenyum menanggapinya. "Yah, aku memang sudah bisa berdiri sekarang." ucap Ronald. Umi Nayla sangat senang mendengarnya. Jika Ronald sudah bisa berdiri, maka itu berarti putrinya sudah tidak perlu lagi merawat Ronald seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa saat setelahnya, pukul 06.00 pagi. Ronald, Kiyai Sulaiman, Umi Nayla, dan Aisyah sudah duduk di sebuah kursi. "Ronald, kenapa kau ingin pindah?" tanya Kiyai Sulaiman. "Aku sekarang sudah bisa berdiri, aku tidak ingin menumpang dan ingin menjalani kehidupanku sendiri bersama istriku." ucap Ronald. "Tapi..." "Tolong hargai keputusanku!" ucap Ronald lagi. Kiyai Sulaiman dan Umi Nayla kemudian saling menatap satu sama lain. Sebelum akhirnya menghela napas. "Lantas, kamu mau
Dari belakang pria yang menodongkan pistol, muncul seorang pria kurus dengan membawa alat pemukul bola bisbol. Dengan wajah tersenyum, ia mulai memukuli sang pria bejat sambil berkata, "Beraninya kau memaksa nafsumu pada wanita tidak berdosa, mati saja kau!" Aisyah segera ditarik keluar dari ruangan itu. Sementara dua orang mulai memukuli pria bejat itu.Orang itu terus memukuli sampai tongkat bisbolnya hancur. Beberapa tembakan juga menembus kaki dan tangan pria hidung belang itu. Aisyah berhasil diselamatkan sebelum pria bejat itu melakukan hal intim. Meskipun sebenarnya itu sudah termasuk pelecehan. Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, Ronald terlihat lemas. Ia nyaris tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Andai saja Ronald tidak diikat menggunakan rantai, Enzo dan Frigia beserta anak buahnya telah wafat. "Bagaimana rasanya melihat orang-orang yang kau sayangi di perlakukan seperti ini?" tanya Enzo, mencengkeram rahang bawah wajah Ronald. "Akan ada seseoran
Aisyah menangis ketika melihat Rian dipukuli tanpa boleh melawan. Kepalanya kini telah berlumuran darah. Tapi tatapan Rian tetap tertuju pada ibu angkatnya. Dalam hati, Rian hanya ingin melindungi Aisyah. Meskipun sebenarnya ia tidak sanggup dan tidak dapat melakukan apapun. Pada akhirnya, Rian harus pingsan lantaran tubuhnya sudah tidak sanggup dipukuli lagi. Setelah puas melihat adegan itu, Frigia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Aisyah dan Rian pergi menemui Ronald di kota Chester. ***Di sebuah gudang besar dengan lampu yang sedikit redup. Terlihat Ronald yang sedang diikat dengan rantai. Tampak sangat jelas di tangannya ada bekas jahitan. Sepertinya Enzo memang tidak membiarkan Ronald mati dengan mudah. Hanya karena ingin melihatnya mati perlahan. Bagaimanapun, Enzo juga memiliki dendam kesumat dengan Ronald. Karena telah membunuh kedua putra kesayangannya. Ketika Ronald membuka matanya, ia menatap Enzo penuh kemarahan. "Tidak perduli kau menyiksaku bagaimana, itu t
Melihat Ferdi ditembak mati, Ronald akhirnya murka. Ia mengeluarkan dua pistol dan menembak dengan sangat cepat. Setiap peluru yang dilepaskan mengenai jantung dan langsung membuat korbannya meninggal dunia. Namun, jumlah yang harus dilawan oleh Ronald ada puluhan. Dan masing-masing dari mereka telah membidik Ronald sejak awal. Sehingga, sebuah peluru mengenai lengan kiri dan kanannya. Nasib Lisa juga tidak kalah mengenaskan. Lengan kanan dan kirinya terluka akibat serangan peluru. Itu membuat Lisa tidak mampu mengangkat pistolnya untuk menyerang. Seseorang mendekat dan memukul kepala Lisa dengan keras, sampai ia pingsan. Sementara Ronald, ia mengeluarkan belati dan menyerang orang yang hendak menangkapnya. "Sudah terluka parah dan kau masih melawan? Ronald... kau memang tidak pernah mengecewakan ku." kata Enzo dari jauh. Ronald bergerak sangat cepat, membunuh delapan orang dengan belati, kemudian sesekali menggunakan pistol untuk menembak. Tangannya yang terluka karena peluru
Ronald sekeluarga akhirnya sampai di desa Routh setelah menempuh perjalanan. Kedatangan Ronald disambut baik oleh para warga di desa Routh. Aisyah kemudian dibawa masuk ke rumah besar, yang dulunya adalah kediaman Tuan George. "Rumah ini dulu adalah rumah milik tuan George, tapi sekarang tidak lagi. Rumah ini sudah dijadikan tempat pemerintahan desa Routh. Kantor desa, puskesmas, perpustakaan, dan balai desa, bahkan juga sekolah di bangun di halaman belakang. Semuanya menyatu di tempat ini." kata seorang penatua desa. Dia bernama Jigar. Seseorang yang dituakan dan dihormati di desa Routh. "Sepertinya desa ini mengalami perkembangan. Aku ikut senang melihatnya." kata Ronald. "Tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa bantuan Tuan Ronald. Kau tahu, banyak warga desa menatap patung mu di lapangan dengan ekspresi kagum. Mereka menjadikan mu sebagai sesuatu yang harus dicontoh. Anak-anak rajin belajar, berinovasi, dan kreatif. Ada juga yang berlatih beladiri agar kelak bisa menjadi sepert
"Jika Ayah nanti pergi, tolong jaga Aisyah seperti kamu menjaga ibu kandung mu." kata Ronald, sedang berjalan menuju apartemennya. "Aku sudah menganggap ayah dan ibu sebagai keluargaku, aku pasti akan melindungi ibu dengan segenap kemampuan ku." kata Rian. "Kau juga jangan malas latihan. Meski aku belum mengajari mu bertarung, tapi kau harus memperkuat fisik mu dengan latihan berat setiap hari sebagai pondasi." "Jangan meremehkan konsisten, bahkan batu yang sangat keras sekalipun dapat dilubangi dengan setetes air yang dijatuhkan dengan konsisten. Begitupun dengan tubuhmu, meski kau lemah, jika kau konsisten untuk berlatih, maka kau akan menjadi sangat kuat nantinya." kata Ronald. "Aku akan mengingatnya, Ayah!" kata Rian. Ronald tersenyum. Akhirnya Ronald dan Rian sampai di apartemen. "Apa yang ingin kau lakukan di luar kota?" tanya Aisyah. "Hanya urusan mendadak. Ini mengenai teman-temanku, Aisyah. Tolong pengertiannya." kata Ronald. Aisyah menghela napas. "Aku ikut saja den
Beberapa hari berlalu, Ronald dan Rian keluar untuk bekerja di restoran ketika pagi hari.Ketika baru saja keluar dari apartemen, langkah Ronald terhenti ketika melihat pria tua dengan pakaian compang-camping dari seberang jalan."Ayah, kasihan banget orang itu. Bagaimana kalau kita kasih sedikit uang?" tanya Rian. Ronald tersenyum dan menjawab, "Jangan lihat dirinya yang tua dan penampilan yang lusuh. Dia itu adalah orang yang sangat berbahaya. Kau harus menjauh darinya." Ronald berjalan, Rian mengejar dari belakang, memegang tangan Ronald dan bertanya, "Kenapa? Kelihatannya dia cuma kakek-kakek tua yang kasihan." Rian kemudian kaget saat tiba-tiba tangan seorang kakek tua berada di pundaknya. "Nak, apa yang ayahmu katakan benar." pria tua itu kemudian berada di depan Rian sambil tersenyum. "Kau tampan dan gagah seperti ayahmu," kata pria tua itu. Ronald menangkap tangan pria tua dan menjauhkannya dari Rian. "Apa yang kau inginkan? Sudah lebih sepuluh tahun, kita juga tidak ad
Ronald kini tersenyum ketika melihat Aisyah sang istri sudah berada di depan pintu. "Baiklah, Rian. Kita sudahi saja malam ini. Kita pergi makan dulu, atau Ibu Aisyah akan marah nantinya." kata Ronald yang kini mencoba untuk bercanda. Namun terasa garing. Baik itu Rian dan Aisyah, tidak ada yang tertawa. Pada akhirnya mereka bertiga kini sudah duduk di meja makan. "Bagaimana perkembangan latihan mu?" tanya Aisyah pada Rian."Baru saja mulai, aku belum latihan bertarung sama sekali. Aku cuman disuruh push up oleh Ayah." kata Rian. "Hey, kekuatan fisik memang selalu menjadi poin utama untuk mempelajari suatu keterampilan beladiri. Kamu jangan terburu-buru, kamu harus sabar jika ingin mendapatkan hasil yang baik." kata Ronald. "Betul kata Ayahmu. Bagaimanapun, aku ikut senang melihat kegigihan mu untuk berlatih." kata Aisyah. Ia tersenyum dan senang melihat Rian sebab ia tahu kalau Rian mempunyai tujuan mulia. Yakni menjadi seorang yang menegakkan keadilan di masa depan. "Baiklah,
"Tuan Ronald, aku tidak menyangka bahwa itu kamu. Ada apa Tuan Ronald mengikuti pertandingan semacam ini?" kata Lisa."Justru aku yang seharusnya sangat terkejut. Awalnya aku kira sang juara bertahan adalah seorang pemuda bertubuh kekar yang sangat berbakat. Tapi ternyata adalah seorang wanita dan wanita itu adalah orang yang aku kenal." kata Ronald. "Tujuan Tuan Ronald ikut di acara seperti ini, memangnya untuk apa?" tanya Lisa. "Sederhana saja, aku membutuhkan uangnya. Aku ingin mendapatkan uang dengan berusaha sendiri. Setelah memenangkan pertandingan ini, seharusnya uang hadiahnya akan menjadi uang halal bukan?" kata Ronald. Lisa kemudian segera menaikkan alisnya sebelah merasa sangat heran. Namun ia kemudian menghela napas. "Hey aku tidak membayar untuk melihat kalian mengobrol!" "Apa yang kalian lakukan? Ayo bertarung!""Dewi ku, hajar bajingan itu sampai mampus.""Ada apa dengan mereka? Sedang bernegosiasi kah?" Berbagai gosip kini mengudara. Suara gemuruh dari para penon
Inspektur Eva kini di rumahnya yang terletak agak jauh dari apartemen tempat Ronald tinggal. "Beginilah mudahnya aku mendapatkan uang. Lama-lama, aku akan menjadi seorang yang sangat kaya. Aku senang dengan pekerjaanku sekarang." kata Inspektur Eva. Ia kemudian membuka brangkas besar miliknya dan mulai memindahkan segepok demi segepok uang. Sampai pada akhirnya, mata Eva terbuka lebar saat melihat apa yang ada di bawah uang-uang itu. Duar!Terdengar suara ledakan keras di sebuah rumah klasik ukuran delapan kali dua belas meter. Rumah yang cukup besar. Inspektur Eva meninggal seketika. Sementara itu di seberang jalan rumah. Ronald dan Rian kini tersenyum melihat ledakan di salah satu ruangan di rumah itu. Hingga mengakibatkan kebakaran. "Ayah benar, sesuai prediksi. Dia benar-benar meninggal saat memindahkan uang-uang itu dari dalam koper." kata Rian. "Inilah yang akan didapatkan oleh orang yang dengan berani membuatku merasakan bagaimana rasanya dipenjara walau sebenarnya aku ti