"Bos, Tuan Ronald ternyata sudah bebas. Sekarang ini, ia sedang berada di kota Xudong." salah seorang sedang melapor kepada seorang pemuda tampan dengan tampang yang terlihat kejam. Pemuda itu bernama Ferdinand Sinaga, ketua Gangster Naga Hitam milik Ronald sebelumnya. Beberapa bulan setelah Ronald dipenjara, Ferdinand Sinaga yang mengambil alih Geng Naga Hitam dan perlahan mendapatkan pengakuan dan diangkat menjadi ketua gangster. "Sudah 10 Tahun, akhirnya Tuan Ronald keluar dari penjara." Ferdinand Sinaga, merasa sangat senang ketika mendengar kabar ini. Ia tersenyum dan berkata, "Siapkan penerbangan, aku akan segera pergi ke Kota Xudong." ***Sementara itu di kota Xudong!Ronald terlihat sedang membawa sebuah tas besar di belakangnya dan kedua tangannya membawa dua koper sedangkan Aisyah membawa satu koper kecil berwarna pink. "Ronald, kita mau kemana?" tanya Aisyah yang sudah mulai lelah berada di pinggir jalan terus menerus. "Tenang saja, hanya seratus meter lagi, kita akan
Ronald hanya bisa tersenyum pahit saat ia sedang duduk di kursi panjang yang terletak di sebuah taman kota-tidak jauh dari apartemen tempat tinggalnya. "Aku sudah berkeliling dan mencari pekerjaan yang halal, tapi tidak juga menemukan pekerjaan yang cocok. Uang yang diberikan kiyai Sulaiman tinggal sedikit, cepat atau lambat pasti akan habis." pikir Ronald yang merenungi nasibnya. Uang Ronald saat ini hanya tersisa 20 Juta setelah membayar biaya sewa apartemen selama 5 Tahun. Pada akhirnya, uang itu akan habis.Masih sedang duduk, seseorang sambil membawa balok kayu di tangannya kini menghampiri Ronald. Pemuda itu menunduk dan mensejajarkan kepalanya dengan Ronald. Kemudian, sebuah asap rokok menyembur keluar dari mulutnya membuat Ronald merasa kesal. "Hey anak muda! Berikan uangmu sekarang juga, atau aku akan memukuli mu." ucap si preman jalanan. Ronald kemudian menghela napas sebelum akhirnya menatap kepada preman amatir di depannya. "Siapa bos-mu sampai berani memalak'ku sepe
"Hm... kami memang menyediakan lowongan pekerjaan untuk posisi cleaning servis di rumah sakit ini. Jika tidak keberatan, kamu boleh bekerja sekarang." ucap salah seorang pemuda yang berada di depan Ronald.Ronald yang saat itu berada di dalam sebuah ruangan, sedang wawancara kerja kini merasa sangat senang. "Terima kasih, aku bersedia bekerja sebagai cleaning servis di rumah sakit ini. Kapan aku bisa bekerja?" tanya Ronald. "Kau ingin mengambil jam kerja malam atau jam kerja pagi?" tanya pemuda itu. "Jam kerja malam saja." ucap Ronald. "Baiklah, besok malam pukul 18.00 kamu datanglah ke rumah sakit ini!" ucap pemuda itu lagi. Ronald kini akhirnya keluar dari rumah sakit dengan wajah yang berbinar-binar. "Akhirnya aku mendapatkan pekerjaan halal, setidaknya ini jauh lebih baik dari pada aku menjadi seorang mafia dan menjual narkoba seperti sebelumnya." batin Ronald. Ronald segera pulang untuk memberi tahu kabar baik ini kepada istrinya Aisyah. "Jika aku bekerja malam, mungkin a
Saat Aisyah sudah masuk ke dalam untuk melaksanakan shalat fardhu Maghrib, Ronald memilih untuk menunggu di luar saja. "Ronald, tidakkah kau ingin sholat? Sekali aja!" ucap Aisyah memohon. Namun Ronald tetap pada pendiriannya. "Aku tidak tahu bagaimana caranya sholat, aku tidak hapal bacaannya." ucap Ronald dengan suara pelan agar tidak kedengaran orang lain. "Kau cukup ikuti saja gerakan imam nanti." ucap Aisyah. Karena sudah terlanjur masuk ke area masjid, ditambah Aisyah yang memaksanya ikut sholat, Ronald pun hanya bisa tersenyum kecut sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, tapi hanya sekali ini saja." Ronald kemudian segera masuk ke dalam saat Iqomah sudah dikumandangkan. Aisyah mengenakan mukena yang memang tersedia di masjid dan diperuntukkan untuk kaum wanita. Ronald kini bergabung dengan para jamaah lain, padahal dirinya belum berwudhu sama sekali. "Allahuakbar!" takbir seorang imam, kemudian diikuti oleh para jamaah. Sholat Maghrib pun kemudian dimulai. Ronald sempat me
Saat Ronald masih enak-enak tidur, tiba-tiba Aisyah membangunkannya. "Ada apa?" tanya Ronald. "Bukankah kau sudah berjanji kepadaku, akan berpuasa di bulan Ramadhan ini?" ucap Aisyah saat menatap suaminya masih di tempat tidur dengan ekspresi malas. "Ini kan masih jam 03.00 dini hari Aisyah, masa kamu sudah bangunin aja sih?" Ronald merasa kesal, sebab baru saja tidur, tiba-tiba dibangunkan."Yah, memang waktu sahur jam segini, Kok!" ucap Aisyah sambil melipat kedua tangannya di depan. "Hah?! Kalau begitu aku tidak perlu sahur!" ucap Ronald kembali memeluk bantal guling di sebelahnya, siap untuk tidur kembali. "Tapi, bagaimana jika kamu nantinya kelaparan karena tidak sahur?" tanya Aisyah, ia sekarang sudah duduk di samping Ronald sambil menggoyangkan tubuhnya. "Gampang, bukankah tinggal dibatalkan saja?" ucap Ronald tanpa menoleh dan tanpa membuka matanya. Aisyah terbelalak mendengar jawaban itu, benar-benar tidak masuk akal Ronald ini. "Aku bahkan sampai mau belajar masak de
"Aku adalah Mila Smith, orang yang waktu itu menabrak mu di Kota Asland. Aku dengar, kamu menderita lumpuh dan tidak bisa berjalan setelahnya." ucap Mila. "Bisakah kita bicara empat mata?" tanya Mila kemudian. Ronald mengangguk setuju. Mereka berdua kemudian segera pergi ke sebuah kafe untuk mengobrol. Para anak buah yang mengikuti Mila akhirnya disuruh pulang. "Jadi kamu yang menabrak ku? Kenapa waktu itu aku tidak melihat mu? Kau melarikan diri?" tanya Ronald. Ia memang tidak pernah melihat Mila sebagai orang yang menabraknya. "Aku tidak melarikan diri. Aku telah bertanggung jawab dengan membayar lunas semua biaya rumah sakit. Bahkan saat mendengar kamu lumpuh, aku tidak langsung pulang ke kota Xudong dan tetap menunggu mu di sana. Aku setiap hari memantau kondisi mu. Aku pun terkejut ketika mengetahui Kiyai yang kau selamatkan malah menikahkan putrinya yang seorang ustadzah kepadamu." ucap Mila. "Oh, jadi kau memantau ku selama ini?" tanya Ronald.
"Allahu Akbar Allahu Akbar!" Wajah Ronald berbinar-binar saat mendengarnya. Suara adzan Maghrib ini memang sudah sedari tadi ia nanti-nantikan. Bukan karena suara adzan yang merdu atau karena waktu sholatnya, namun karena waktu berbuka yang Ronald nantikan. "Hahaha, akhirnya aku berhasil melewati satu hari. Aisyah, ada apa saja sebagai menu buka kali ini?" tanya Ronald kepada istrinya dengan sangat bersemangat. Aisyah tersenyum bahagia, ia kemudian menunjuk ke arah meja makan. "Kau lihat saja sendiri, ada apa di sana." ucap Aisyah. Ronald kemudian memperhatikan ke arah meja dan menemukan dua porsi es teler. "Hanya, es itu saja?" Ronald seketika protes saat melihat hanya ada dua porsi es teler. "Iya, memangnya kenapa?" tanya Aisyah sambil buru-buru memberikan es teler itu kepada Ronald. Ronald yang sudah menegang es teler yang porsinya pun tidak banyak, kini merasa kecewa. "Ini saja? Bagaimana aku mau kenyang coba? Kamu mengerti
"Ferdi? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ronald. "Aku banyak berhutang pada Tuan Ronald, mana mungkin aku melupakanmu? Jika mau, Tuan Ronald bisa kembali menjadi ketua gangster Naga Hitam." ucap Ferdi. "Sayangnya, aku tidak akan pernah terjun ke dunia kriminal lagi. Aku akan menjalani kehidupan yang damai bersama istriku sekaligus memenuhi janji pada adikku." Ronald kemudian menyentuh pundak Ferdi dan kembali berkata, "Kumohon jangan mengusik hidupku lagi, aku sudah bisa menjalani kehidupan yang tenang sekarang ini." ucap Ronald. "Aku sudah menduga jawaban ini akan keluar dari mulut Tuan Ronald. Aku pun tidak bisa memaksa, hanya meminta satu permohonan saja." ucap Ferdi. "Ada apa?""Bisakah Tuan Ronald ikut bersamaku dan pergi ke suatu tempat? Ada orang yang sudah menunggu Tuan Ronald di sana." ucap Ferdi. "Tidak lama kan? Aku harus pergi menjemput istriku di masjid," ucap Ronald. "Tidak lama kok, hanya menemui orang itu saja. Setelahnya terserah pada Tuan Ronald." kata Ferdi
Dari belakang pria yang menodongkan pistol, muncul seorang pria kurus dengan membawa alat pemukul bola bisbol. Dengan wajah tersenyum, ia mulai memukuli sang pria bejat sambil berkata, "Beraninya kau memaksa nafsumu pada wanita tidak berdosa, mati saja kau!" Aisyah segera ditarik keluar dari ruangan itu. Sementara dua orang mulai memukuli pria bejat itu.Orang itu terus memukuli sampai tongkat bisbolnya hancur. Beberapa tembakan juga menembus kaki dan tangan pria hidung belang itu. Aisyah berhasil diselamatkan sebelum pria bejat itu melakukan hal intim. Meskipun sebenarnya itu sudah termasuk pelecehan. Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, Ronald terlihat lemas. Ia nyaris tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Andai saja Ronald tidak diikat menggunakan rantai, Enzo dan Frigia beserta anak buahnya telah wafat. "Bagaimana rasanya melihat orang-orang yang kau sayangi di perlakukan seperti ini?" tanya Enzo, mencengkeram rahang bawah wajah Ronald. "Akan ada seseoran
Aisyah menangis ketika melihat Rian dipukuli tanpa boleh melawan. Kepalanya kini telah berlumuran darah. Tapi tatapan Rian tetap tertuju pada ibu angkatnya. Dalam hati, Rian hanya ingin melindungi Aisyah. Meskipun sebenarnya ia tidak sanggup dan tidak dapat melakukan apapun. Pada akhirnya, Rian harus pingsan lantaran tubuhnya sudah tidak sanggup dipukuli lagi. Setelah puas melihat adegan itu, Frigia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Aisyah dan Rian pergi menemui Ronald di kota Chester. ***Di sebuah gudang besar dengan lampu yang sedikit redup. Terlihat Ronald yang sedang diikat dengan rantai. Tampak sangat jelas di tangannya ada bekas jahitan. Sepertinya Enzo memang tidak membiarkan Ronald mati dengan mudah. Hanya karena ingin melihatnya mati perlahan. Bagaimanapun, Enzo juga memiliki dendam kesumat dengan Ronald. Karena telah membunuh kedua putra kesayangannya. Ketika Ronald membuka matanya, ia menatap Enzo penuh kemarahan. "Tidak perduli kau menyiksaku bagaimana, itu t
Melihat Ferdi ditembak mati, Ronald akhirnya murka. Ia mengeluarkan dua pistol dan menembak dengan sangat cepat. Setiap peluru yang dilepaskan mengenai jantung dan langsung membuat korbannya meninggal dunia. Namun, jumlah yang harus dilawan oleh Ronald ada puluhan. Dan masing-masing dari mereka telah membidik Ronald sejak awal. Sehingga, sebuah peluru mengenai lengan kiri dan kanannya. Nasib Lisa juga tidak kalah mengenaskan. Lengan kanan dan kirinya terluka akibat serangan peluru. Itu membuat Lisa tidak mampu mengangkat pistolnya untuk menyerang. Seseorang mendekat dan memukul kepala Lisa dengan keras, sampai ia pingsan. Sementara Ronald, ia mengeluarkan belati dan menyerang orang yang hendak menangkapnya. "Sudah terluka parah dan kau masih melawan? Ronald... kau memang tidak pernah mengecewakan ku." kata Enzo dari jauh. Ronald bergerak sangat cepat, membunuh delapan orang dengan belati, kemudian sesekali menggunakan pistol untuk menembak. Tangannya yang terluka karena peluru
Ronald sekeluarga akhirnya sampai di desa Routh setelah menempuh perjalanan. Kedatangan Ronald disambut baik oleh para warga di desa Routh. Aisyah kemudian dibawa masuk ke rumah besar, yang dulunya adalah kediaman Tuan George. "Rumah ini dulu adalah rumah milik tuan George, tapi sekarang tidak lagi. Rumah ini sudah dijadikan tempat pemerintahan desa Routh. Kantor desa, puskesmas, perpustakaan, dan balai desa, bahkan juga sekolah di bangun di halaman belakang. Semuanya menyatu di tempat ini." kata seorang penatua desa. Dia bernama Jigar. Seseorang yang dituakan dan dihormati di desa Routh. "Sepertinya desa ini mengalami perkembangan. Aku ikut senang melihatnya." kata Ronald. "Tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa bantuan Tuan Ronald. Kau tahu, banyak warga desa menatap patung mu di lapangan dengan ekspresi kagum. Mereka menjadikan mu sebagai sesuatu yang harus dicontoh. Anak-anak rajin belajar, berinovasi, dan kreatif. Ada juga yang berlatih beladiri agar kelak bisa menjadi sepert
"Jika Ayah nanti pergi, tolong jaga Aisyah seperti kamu menjaga ibu kandung mu." kata Ronald, sedang berjalan menuju apartemennya. "Aku sudah menganggap ayah dan ibu sebagai keluargaku, aku pasti akan melindungi ibu dengan segenap kemampuan ku." kata Rian. "Kau juga jangan malas latihan. Meski aku belum mengajari mu bertarung, tapi kau harus memperkuat fisik mu dengan latihan berat setiap hari sebagai pondasi." "Jangan meremehkan konsisten, bahkan batu yang sangat keras sekalipun dapat dilubangi dengan setetes air yang dijatuhkan dengan konsisten. Begitupun dengan tubuhmu, meski kau lemah, jika kau konsisten untuk berlatih, maka kau akan menjadi sangat kuat nantinya." kata Ronald. "Aku akan mengingatnya, Ayah!" kata Rian. Ronald tersenyum. Akhirnya Ronald dan Rian sampai di apartemen. "Apa yang ingin kau lakukan di luar kota?" tanya Aisyah. "Hanya urusan mendadak. Ini mengenai teman-temanku, Aisyah. Tolong pengertiannya." kata Ronald. Aisyah menghela napas. "Aku ikut saja den
Beberapa hari berlalu, Ronald dan Rian keluar untuk bekerja di restoran ketika pagi hari.Ketika baru saja keluar dari apartemen, langkah Ronald terhenti ketika melihat pria tua dengan pakaian compang-camping dari seberang jalan."Ayah, kasihan banget orang itu. Bagaimana kalau kita kasih sedikit uang?" tanya Rian. Ronald tersenyum dan menjawab, "Jangan lihat dirinya yang tua dan penampilan yang lusuh. Dia itu adalah orang yang sangat berbahaya. Kau harus menjauh darinya." Ronald berjalan, Rian mengejar dari belakang, memegang tangan Ronald dan bertanya, "Kenapa? Kelihatannya dia cuma kakek-kakek tua yang kasihan." Rian kemudian kaget saat tiba-tiba tangan seorang kakek tua berada di pundaknya. "Nak, apa yang ayahmu katakan benar." pria tua itu kemudian berada di depan Rian sambil tersenyum. "Kau tampan dan gagah seperti ayahmu," kata pria tua itu. Ronald menangkap tangan pria tua dan menjauhkannya dari Rian. "Apa yang kau inginkan? Sudah lebih sepuluh tahun, kita juga tidak ad
Ronald kini tersenyum ketika melihat Aisyah sang istri sudah berada di depan pintu. "Baiklah, Rian. Kita sudahi saja malam ini. Kita pergi makan dulu, atau Ibu Aisyah akan marah nantinya." kata Ronald yang kini mencoba untuk bercanda. Namun terasa garing. Baik itu Rian dan Aisyah, tidak ada yang tertawa. Pada akhirnya mereka bertiga kini sudah duduk di meja makan. "Bagaimana perkembangan latihan mu?" tanya Aisyah pada Rian."Baru saja mulai, aku belum latihan bertarung sama sekali. Aku cuman disuruh push up oleh Ayah." kata Rian. "Hey, kekuatan fisik memang selalu menjadi poin utama untuk mempelajari suatu keterampilan beladiri. Kamu jangan terburu-buru, kamu harus sabar jika ingin mendapatkan hasil yang baik." kata Ronald. "Betul kata Ayahmu. Bagaimanapun, aku ikut senang melihat kegigihan mu untuk berlatih." kata Aisyah. Ia tersenyum dan senang melihat Rian sebab ia tahu kalau Rian mempunyai tujuan mulia. Yakni menjadi seorang yang menegakkan keadilan di masa depan. "Baiklah,
"Tuan Ronald, aku tidak menyangka bahwa itu kamu. Ada apa Tuan Ronald mengikuti pertandingan semacam ini?" kata Lisa."Justru aku yang seharusnya sangat terkejut. Awalnya aku kira sang juara bertahan adalah seorang pemuda bertubuh kekar yang sangat berbakat. Tapi ternyata adalah seorang wanita dan wanita itu adalah orang yang aku kenal." kata Ronald. "Tujuan Tuan Ronald ikut di acara seperti ini, memangnya untuk apa?" tanya Lisa. "Sederhana saja, aku membutuhkan uangnya. Aku ingin mendapatkan uang dengan berusaha sendiri. Setelah memenangkan pertandingan ini, seharusnya uang hadiahnya akan menjadi uang halal bukan?" kata Ronald. Lisa kemudian segera menaikkan alisnya sebelah merasa sangat heran. Namun ia kemudian menghela napas. "Hey aku tidak membayar untuk melihat kalian mengobrol!" "Apa yang kalian lakukan? Ayo bertarung!""Dewi ku, hajar bajingan itu sampai mampus.""Ada apa dengan mereka? Sedang bernegosiasi kah?" Berbagai gosip kini mengudara. Suara gemuruh dari para penon
Inspektur Eva kini di rumahnya yang terletak agak jauh dari apartemen tempat Ronald tinggal. "Beginilah mudahnya aku mendapatkan uang. Lama-lama, aku akan menjadi seorang yang sangat kaya. Aku senang dengan pekerjaanku sekarang." kata Inspektur Eva. Ia kemudian membuka brangkas besar miliknya dan mulai memindahkan segepok demi segepok uang. Sampai pada akhirnya, mata Eva terbuka lebar saat melihat apa yang ada di bawah uang-uang itu. Duar!Terdengar suara ledakan keras di sebuah rumah klasik ukuran delapan kali dua belas meter. Rumah yang cukup besar. Inspektur Eva meninggal seketika. Sementara itu di seberang jalan rumah. Ronald dan Rian kini tersenyum melihat ledakan di salah satu ruangan di rumah itu. Hingga mengakibatkan kebakaran. "Ayah benar, sesuai prediksi. Dia benar-benar meninggal saat memindahkan uang-uang itu dari dalam koper." kata Rian. "Inilah yang akan didapatkan oleh orang yang dengan berani membuatku merasakan bagaimana rasanya dipenjara walau sebenarnya aku ti