Share

Bab 5

Penulis: ILLUSY PENA
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 07:32:50

" ... Jadikanlah hamba dan suami hamba kelak sebagai orang-orang yang beriman dan dirindukan surga. Bimbinglah kehidupan rumah tangga hamba ke jalan yang engkau Ridhoi Ya Allah."

"Ya Allah... hamba serahkan semuanya kepadamu."

Aisyah berdoa sepanjang waktu di malam hari.

Ia menyerahkan segalanya kepada Allah. Aisyah akan menjalani kehidupan dan akan menerima setiap apa yang takdir berikan kepadanya.

*****

Setelahnya, Aisyah pun telah memantapkan hatinya,

ia juga sudah pasrah dengan perjodohan ini.

Di usianya yang sekarang, Aisyah memang sudah seharusnya membina kehidupan rumah tangga. Meski calon suaminya sungguh jauh dari harapan, tetapi semua telah terjadi.

Namun, jauh di dalam hati, Aisyah dan sekeluarga masih belum tahu kasus apa yang pernah Ronald lakukan, sehingga ia bisa dipenjara selama sepuluh tahun. Pria itu tidak mengatakan apa pun.

Pernikahan Aisyah dan Ronald ditunda sampai keadaan Ronald mulai membaik.

Menit demi menit.

Jam demi jam.

Hari demi hari, hingga akhirnya tidak terasa dua minggu telah berlalu.

Kondisi kesehatan Ronald sudah mulai membaik.

Luka di kepalanya sudah sembuh. Seluruh luka-lukanya juga telah sembuh, kecuali luka di kakinya.

Ronald masih sebagai seorang pemuda lumpuh yang tidak berdaya.

Di pesantren Tahfidzul Qur'an, Ronald kini sedang duduk di sebuah kursi roda dengan di sampingnya adalah Aisyah yang akan menjadi calon istrinya.

Di depannya, Kiyai Sulaiman sudah siap memulai hijab kabul.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Ronald bin Rubbert dengan anak saya yang bernama Siti Aisyah, dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat, tunai.”

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Siti Aisyah  binti Sulaiman Kadir dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.”

"Bagaimana para saksi, sah?" Kiyai Sulaiman kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri untuk menanyai para santri yang menjadi saksi ijab Kabul antara Ronald dan Aisyah.

"Sah!"

Semua orang secara serentak mengucapkan kata yang sama membuat seisi ruangan tersenyum.

Ijab Kabul telah selesai dilaksanakan.

Kiyai Sulaiman kemudian memimpin doa. Setelah hari ini, Ronald dan Aisyah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah.

Aisyah kemudian mencium tangan Ronald sebagai pelengkap. Mereka berdua kini resmi menjadi sepasang kekasih.

Setelah beberapa saat, Ronald dan Aisyah kini berada di atas panggung dengan para santri, ustadz dan ustadzah sudah menanti di bawah.

Ronald duduk di kursi roda dan Aisyah berdiri membelakangi semua orang dengan sebuah bunga di tangannya.

Secara bersama, keduanya memegang kemudian melempar bunga itu ke arah belakang yang langsung ditangkap oleh seorang ustadz muda.

Hari itu, pesantren Tahfidzul Qur'an benar-benar sangat meriah.

Hingga akhirnya, malam hari pun tiba. Ronald dan Aisyah mendapatkan sebuah rumah dengan satu kamar, satu toilet, satu dapur, dan satu ruang tamu yang kebetulan berada di area pesantren Tahfidzul Qur'an.

Rumah itu diberikan oleh Kiyai Sulaiman untuk sepasang suami istri Ronald dan Aisyah.

Aisyah terlihat baru saja mendorong kursi roda Ronald masuk ke dalam kamar. Keduanya kini menjadi super canggung ketika sudah berada di dalam kamar.

Di dalam kamar itu, hanya ada sebuah kasur, satu lemari, dan meja rias. Namun, semua telah dihiasi dengan balon dan bunga mawar. Keadaan dalam kamar itu sangat mendukung bagi seorang pengantin baru. Ronald hanya bisa tersenyum pahit saat melihatnya.

Satu-satunya niat Ronald menerima pernikahan ini agar dia tidak menjadi gelandangan dan kelak ada yang mengurusnya.

Ia tidak pernah berharap lebih, apalagi Ronald tahu dengan jelas kalau Aisyah juga karena terpaksa.

Umur mereka juga terpaut tujuh tahun. Artinya, saat Ronald sudah sekolah, Aisyah masih berada di kandungan Umi Nayla.

Ronald kemudian menjalankan kursi rodanya menuju ke pinggir kasur.

"Kau tidak akan membantuku?" tanya Ronald yang sedang berusaha memindahkan dirinya kekasur dengan bantuan kedua tangannya.

Karena kakinya tidak bisa bergerak, membuat Ronald benar-benar sulit melakukan apapun. Bahkan hanya sekedar pindah dari kursi roda ke tempat tidur sekalipun.

Meskipun ada sedikit keraguan, Aisyah bergegas memapah Ronald dan membantunya pindah ke kasur.

Setelah Ronald berhasil dipindahkan ke kasur, Ronald kemudian langsung berbaring. Aisyah kini berjalan dan langsung duduk di sisi lain kasur itu. Masih ada jarak yang tercipta meski tidak jauh. Namun Ronald sepertinya tidak ada niatan sama sekali.

"Larut malam seperti ini, kau tidak tidur?" tanya Ronald.

Aisyah hanya terdiam mendengarnya. Ronald juga terlihat sudah menutup matanya. "Tenang saja, aku tahu kau pasti hanya karena terpaksa bersedia kunikahi. Aku tahu kau sebenarnya tidak pernah menginginkan aku menjadi suamimu. Aku tahu batasan ku." 

Aisyah masih saja diam, sementara tangannya meremas sebuah mawar merah.

Entah seperti apa perasaan Aisyah sekarang.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukan hal-hal buruk kepadamu saat kau tidur. Lagian, orang lumpuh sepertiku mana bisa melakukan banyak hal? Bahkan untuk bangun saja aku kesusahan. Lagi pula, tujuanku menikahimu hanya agar aku mempunyai tempat tinggal dan... ada yang mengurusku," ucap Ronald yang terus saja mengingat bahwa sang istri belum membuka cadarnya. Bukankah tandanya sang istri tidak menerimanya?

Di sisi lain, hati Aisyah bagaikan teriris-iris pisau tumpul mendengar pernyataan Ronald

Sakit, dan sangat menyesakkan.

Ronald yang sudah menutup matanya, tidak dapat melihat air mata Aisyah jatuh begitu saja.

Pria itu tidak tahu bahwa cadar yang awalnya sudah niat Aisyah buka di depan suaminya itu, kini tetap bertengger karena pernyataan kejam Ronald barusan.

Berbaring membelakangi Ronald, Aisyah menahan rasa sakit hatinya.

Saat dia sudah rela dan pasrah dengan takdirnya dan mau menerima Ronald, Ronald malah mempunyai tujuan lain menikahinya. 

Cukup lama sampai akhirnya Ronald menoleh dan menemukan Aisyah sudah berbaring.

Meski agak jauh darinya, namun itu sudah membuat Ronald tersenyum.

Ronald pikir Aisyah sudah tidur dan memang beginilah yang Aisyah inginkan.

Dia tak sadar bahwa Aisyah sangat hancur dan sedang menangis sambil menahan agar suaranya tidak keluar.

******

Sementara itu, di sebuah kediaman mewah.

Tengah malam pukul dua dini hari. Seseorang berlari sangat kencang hingga masuk ke dalam.

Ia langsung naik ke lantai dua dan menggedor-gedor sebuah kamar. Kemudian, keluarlah seorang pemuda.

"Ada apa? Kenapa kau membangunkan ku tengah malam begini?" tanya seorang pemuda bernama Dany.

"Kak, Ronald telah keluar dari penjara!" ujar Dion dengan napas yang terengah-engah.

Mata Dany terbuka lebar. Kantuknya seketika hilang saat mendengar kabar barusan. "Apa?! Bajingan itu sudah keluar?"

"Benar, Kak!"

Mendengar itu, Dany kemudian tersenyum dengan segala niat buruknya. "Kita harus bersiap untuk menyambutnya, kan?"

Bab terkait

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 6

    Di sepertiga malam, Aisyah mengelap air matanya dan bangun untuk melaksanakan salat tahajud.Bukan karena hanya dia seorang ustadzah, Aisyah memang sudah terbiasa untuk melaksanakan salat tahajud di sepertiga malam setiap harinya. Lingkungan tempat tinggal Aisyah yang berada di sekitar pesantren menjadi alasan paling besar terbentuknya pribadi yang sholehah dalam diri Aisyah. Apalagi, kyai Sulaiman selaku Abahnya merupakan seorang yang paham agama.Saat Aisyah bangun ia sempat menoleh dan memperhatikan suami barunya itu."Haruskah kubangunkan?" lirih Aisyah. Namun, dia menggeleng dengan cepat.Gegas, Aisyah kemudian segera bergegas menyiapkan sajadah untuk melaksanakan salat tahajud. Ternyata, kejadian itu disaksikan oleh oleh Ronald, suaminya sendiri. Sebelum memulai melaksanakan salat tahajud, Aisyah sempat melirik dan memperhatikan suaminya.Timbul keinginan lagi di dalam diri Aisyah untuk mengajak suaminya salat tahajud bersama. Namun, mengingat kondisi suaminya yang sedang lum

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 7

    Aisyah tersenyum ketika Ronald menanyakan mengapa ia masih memasang cadarnya meski hanya ada Aisyah dan Ronald sendiri di rumah itu. "Aku sudah lama menunggumu mengatakan hal seperti ini," ucap Aisyah yang kemudian segera mendekat dan menunduk di depan Ronald. "Jika kau memang ingin melihat wajahku, maka lepaskanlah cadar ku dengan tanganmu sendiri." ucap Aisyah. Ronald sempat merasa ragu, namun rasa penasarannya mendorong Ronald untuk membuka cadar Aisyah. Ronald juga merasa sangat gugup saat melakukannya. Apalagi tatapan tajam mata Aisyah yang indah seolah telah terkunci pada dirinya. Hal itu membuat jantung Ronald berdetak sangat cepat dan tidak karuan. Ronald juga sebenarnya tidak mengerti akan apa yang ia rasakan sekarang. Satu hal yang pasti, mulut Ronald kini berbentuk 'O' ketika melihat wajah cantik istrinya. Ronald kemudian memalingkan pandangan matanya tepat setelah melihat wajah Aisyah yang bagaikan bidadari. Kedua tangan Aisyah yang lembut, kini mengarahkan wajah Ron

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 8

    "Aku telah menikah dan istriku juga baik dan cantik. Aku tidak mungkin menceraikannya. Sudahlah, lupakan saja aku!" ucap Ronald dengan dingin."Kau begitu tega! Penantianku selama 10 Tahun kau anggap apa? Kalau pada akhirnya seperti ini, kenapa kau membuat janji palsu itu padaku?" Lisa seolah sudah tidak perduli lagi dengan dirinya yang diperhatikan banyak orang. Ia benar-benar sangat kesal. Sepuluh tahun menanti, bukanlah waktu yang sebentar. Apalagi, Lisa sudah sangat lama menantikan hal ini. Sungguh sangat menyakitkan ketika menerima fakta bahwa penantian 10 Tahun itu hanyalah omong kosong. Faktanya Ronald malah menikahi wanita lain!Bisa dibilang, Lisa yang namanya dulu adalah Jennifer, rela pindah negara, tempat tinggal, sekaligus ganti nama, hanya demi Ronald. Tapi, Ronald malah menikah dengan wanita lain?Saking kesalnya, Lisa bahkan sudah memegang kerah baju Ronald. "Aku di sini, menagih janjimu, Ronald!" ucap Lisa sekali lagi dan yang terakhir kalinya. Ronald tersenyum p

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 9

    "Hahaha, kejutan!" Ronald dan Aisyah terkejut ketika melihat Dion dan Dany akhirnya tiba. "Ronald, kau mungkin masih mengenalku dan mungkin terkejut melihat kehadiranku. Setelah mendengar kabar bahwa kamu telah lepas dari penjara, aku langsung naik pesawat menuju tempat ini. Tidak disangka, lima hari berkeliling dan mencarimu, aku bertemu dengan Jennifer, dia memberi tahu keberadaanmu." ucap Dany. Ronald kini berdecak kesal, ia tidak menyangka bahwa Lisa atau Jenifer atau siapapun itu namanya--kini membuatnya dalam masalah besar. "Aku sudah menanggung hukuman 10 Tahun setelah membunuh adikmu, apakah itu masih belum membuatmu puas?" tanya Ronald. "Yah, aku tidak puas!" ucap Dany yang langsung berteriak keras di depan wajah Ronald ya v tidak berdaya di atas kursi roda. Saat Ini, Aisyah merasa sangat takut. Ia memegangi dengan erat kursi roda suaminya itu. Ronald dan Aisyah sekarang sudah dikelilingi oleh setidaknya delapan orang bertubuh kekar. "Andai saja aku tidak lumpuh, mere

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 10

    Ronald kemudian menutup matanya, seketika ia teringat kejadian sebelas tahun yang lalu. Saat itu, musuh-musuhnya berkolaborasi demi ingin menghancurkan Ronald, ketua Geng Naga Hitam yang sangat tersohor. Tidak bisa menyentuh Ronald, mereka memutuskan untuk menggunakan orang-orang terdekatnya. Alhasil, Ronald saat itu ditangkap kemudian diikat menggunakan rantai besi. Dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat adik Dany, Dirga Ferguson menodai kehormatan adik Ronald. Sementara Ronald yang terikat hanya bisa berteriak memaki dengan kemarahan. Sampai pada akhirnya, Ronald kemudian melihat adiknya bunuh diri setelahnya. Disaat seperti itulah, adiknya mengatakan pesan terakhirnya. "Maafkan aku Dik... aku akan mengikuti keinginan terakhir mu, tapi setelah membunuh Dirga sialan itu!" ucap Ronald saat kematian adiknya. Disaat itulah, Ronald seorang diri pergi membunuh Dirga Ferguson beserta para anak buahnya. Total Ronald berhasil membunuh sebelas orang termasuk Dirga Ferguson. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 11

    Ronald dan Aisyah kini sudah berada di depan gerbang pesantren saat Ronald memegang kedua bahu istrinya itu. "Aisyah dengarkan aku, musuh-musuhku pasti akan segera berdatangan setelah mendengar kabar kematian Dany dan Dion Ferguson. Jika kita terus tinggal di pesantren ini, Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman pada akhirnya akan menjadi target oleh musuh-musuhku. Kita harus pindah dari tempat ini secepatnya." Ronald mencoba meyakinkan Aisyah akan hal ini. Aisyah yang masih sangat syok kini tidak bisa mencerna dengan baik apa yang Ronald katakan. Ia hanya diam dengan ekspresi wajah datar. Sebenarnya Aisyah merasa takut akan suaminya itu. Mengingat kejadian saat di Villa. "Sekarang kau masuk ke dalam dan kemas semua barang-barang kita, besok pagi kita akan pergi setelah pamit dengan Umi Nayla dan Kiyai Sulaiman. Sementara aku akan pergi untuk mengurus sesuatu." ucap Ronald. Aisyah kemudian masuk ke dalam pesantren milik Abahnya itu. Tampak Ronald memantau istrinya, saat dirasa istrinya suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 12

    Ronald hanya tersenyum ketika melihat Umi Nayla dan istrinya sedang sholat. Selesai sholat, Umi Nayla terkejut melihat Ronald yang ternyata sudah bisa berdiri. "Ronald? Kau sudah bisa berdiri?" ucap Umy Nayla yang sangat terkejut. Ronald kemudian hanya bisa tersenyum menanggapinya. "Yah, aku memang sudah bisa berdiri sekarang." ucap Ronald. Umi Nayla sangat senang mendengarnya. Jika Ronald sudah bisa berdiri, maka itu berarti putrinya sudah tidak perlu lagi merawat Ronald seperti sebelum-sebelumnya. Beberapa saat setelahnya, pukul 06.00 pagi. Ronald, Kiyai Sulaiman, Umi Nayla, dan Aisyah sudah duduk di sebuah kursi. "Ronald, kenapa kau ingin pindah?" tanya Kiyai Sulaiman. "Aku sekarang sudah bisa berdiri, aku tidak ingin menumpang dan ingin menjalani kehidupanku sendiri bersama istriku." ucap Ronald. "Tapi..." "Tolong hargai keputusanku!" ucap Ronald lagi. Kiyai Sulaiman dan Umi Nayla kemudian saling menatap satu sama lain. Sebelum akhirnya menghela napas. "Lantas, kamu mau

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 13

    "Bos, Tuan Ronald ternyata sudah bebas. Sekarang ini, ia sedang berada di kota Xudong." salah seorang sedang melapor kepada seorang pemuda tampan dengan tampang yang terlihat kejam. Pemuda itu bernama Ferdinand Sinaga, ketua Gangster Naga Hitam milik Ronald sebelumnya. Beberapa bulan setelah Ronald dipenjara, Ferdinand Sinaga yang mengambil alih Geng Naga Hitam dan perlahan mendapatkan pengakuan dan diangkat menjadi ketua gangster. "Sudah 10 Tahun, akhirnya Tuan Ronald keluar dari penjara." Ferdinand Sinaga, merasa sangat senang ketika mendengar kabar ini. Ia tersenyum dan berkata, "Siapkan penerbangan, aku akan segera pergi ke Kota Xudong." ***Sementara itu di kota Xudong!Ronald terlihat sedang membawa sebuah tas besar di belakangnya dan kedua tangannya membawa dua koper sedangkan Aisyah membawa satu koper kecil berwarna pink. "Ronald, kita mau kemana?" tanya Aisyah yang sudah mulai lelah berada di pinggir jalan terus menerus. "Tenang saja, hanya seratus meter lagi, kita akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10

Bab terbaru

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 55 | Ending

    Dari belakang pria yang menodongkan pistol, muncul seorang pria kurus dengan membawa alat pemukul bola bisbol. Dengan wajah tersenyum, ia mulai memukuli sang pria bejat sambil berkata, "Beraninya kau memaksa nafsumu pada wanita tidak berdosa, mati saja kau!" Aisyah segera ditarik keluar dari ruangan itu. Sementara dua orang mulai memukuli pria bejat itu.Orang itu terus memukuli sampai tongkat bisbolnya hancur. Beberapa tembakan juga menembus kaki dan tangan pria hidung belang itu. Aisyah berhasil diselamatkan sebelum pria bejat itu melakukan hal intim. Meskipun sebenarnya itu sudah termasuk pelecehan. Aisyah segera dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, Ronald terlihat lemas. Ia nyaris tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Andai saja Ronald tidak diikat menggunakan rantai, Enzo dan Frigia beserta anak buahnya telah wafat. "Bagaimana rasanya melihat orang-orang yang kau sayangi di perlakukan seperti ini?" tanya Enzo, mencengkeram rahang bawah wajah Ronald. "Akan ada seseoran

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 54

    Aisyah menangis ketika melihat Rian dipukuli tanpa boleh melawan. Kepalanya kini telah berlumuran darah. Tapi tatapan Rian tetap tertuju pada ibu angkatnya. Dalam hati, Rian hanya ingin melindungi Aisyah. Meskipun sebenarnya ia tidak sanggup dan tidak dapat melakukan apapun. Pada akhirnya, Rian harus pingsan lantaran tubuhnya sudah tidak sanggup dipukuli lagi. Setelah puas melihat adegan itu, Frigia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Aisyah dan Rian pergi menemui Ronald di kota Chester. ***Di sebuah gudang besar dengan lampu yang sedikit redup. Terlihat Ronald yang sedang diikat dengan rantai. Tampak sangat jelas di tangannya ada bekas jahitan. Sepertinya Enzo memang tidak membiarkan Ronald mati dengan mudah. Hanya karena ingin melihatnya mati perlahan. Bagaimanapun, Enzo juga memiliki dendam kesumat dengan Ronald. Karena telah membunuh kedua putra kesayangannya. Ketika Ronald membuka matanya, ia menatap Enzo penuh kemarahan. "Tidak perduli kau menyiksaku bagaimana, itu t

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 53

    Melihat Ferdi ditembak mati, Ronald akhirnya murka. Ia mengeluarkan dua pistol dan menembak dengan sangat cepat. Setiap peluru yang dilepaskan mengenai jantung dan langsung membuat korbannya meninggal dunia. Namun, jumlah yang harus dilawan oleh Ronald ada puluhan. Dan masing-masing dari mereka telah membidik Ronald sejak awal. Sehingga, sebuah peluru mengenai lengan kiri dan kanannya. Nasib Lisa juga tidak kalah mengenaskan. Lengan kanan dan kirinya terluka akibat serangan peluru. Itu membuat Lisa tidak mampu mengangkat pistolnya untuk menyerang. Seseorang mendekat dan memukul kepala Lisa dengan keras, sampai ia pingsan. Sementara Ronald, ia mengeluarkan belati dan menyerang orang yang hendak menangkapnya. "Sudah terluka parah dan kau masih melawan? Ronald... kau memang tidak pernah mengecewakan ku." kata Enzo dari jauh. Ronald bergerak sangat cepat, membunuh delapan orang dengan belati, kemudian sesekali menggunakan pistol untuk menembak. Tangannya yang terluka karena peluru

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 52

    Ronald sekeluarga akhirnya sampai di desa Routh setelah menempuh perjalanan. Kedatangan Ronald disambut baik oleh para warga di desa Routh. Aisyah kemudian dibawa masuk ke rumah besar, yang dulunya adalah kediaman Tuan George. "Rumah ini dulu adalah rumah milik tuan George, tapi sekarang tidak lagi. Rumah ini sudah dijadikan tempat pemerintahan desa Routh. Kantor desa, puskesmas, perpustakaan, dan balai desa, bahkan juga sekolah di bangun di halaman belakang. Semuanya menyatu di tempat ini." kata seorang penatua desa. Dia bernama Jigar. Seseorang yang dituakan dan dihormati di desa Routh. "Sepertinya desa ini mengalami perkembangan. Aku ikut senang melihatnya." kata Ronald. "Tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa bantuan Tuan Ronald. Kau tahu, banyak warga desa menatap patung mu di lapangan dengan ekspresi kagum. Mereka menjadikan mu sebagai sesuatu yang harus dicontoh. Anak-anak rajin belajar, berinovasi, dan kreatif. Ada juga yang berlatih beladiri agar kelak bisa menjadi sepert

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 51

    "Jika Ayah nanti pergi, tolong jaga Aisyah seperti kamu menjaga ibu kandung mu." kata Ronald, sedang berjalan menuju apartemennya. "Aku sudah menganggap ayah dan ibu sebagai keluargaku, aku pasti akan melindungi ibu dengan segenap kemampuan ku." kata Rian. "Kau juga jangan malas latihan. Meski aku belum mengajari mu bertarung, tapi kau harus memperkuat fisik mu dengan latihan berat setiap hari sebagai pondasi." "Jangan meremehkan konsisten, bahkan batu yang sangat keras sekalipun dapat dilubangi dengan setetes air yang dijatuhkan dengan konsisten. Begitupun dengan tubuhmu, meski kau lemah, jika kau konsisten untuk berlatih, maka kau akan menjadi sangat kuat nantinya." kata Ronald. "Aku akan mengingatnya, Ayah!" kata Rian. Ronald tersenyum. Akhirnya Ronald dan Rian sampai di apartemen. "Apa yang ingin kau lakukan di luar kota?" tanya Aisyah. "Hanya urusan mendadak. Ini mengenai teman-temanku, Aisyah. Tolong pengertiannya." kata Ronald. Aisyah menghela napas. "Aku ikut saja den

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 50

    Beberapa hari berlalu, Ronald dan Rian keluar untuk bekerja di restoran ketika pagi hari.Ketika baru saja keluar dari apartemen, langkah Ronald terhenti ketika melihat pria tua dengan pakaian compang-camping dari seberang jalan."Ayah, kasihan banget orang itu. Bagaimana kalau kita kasih sedikit uang?" tanya Rian. Ronald tersenyum dan menjawab, "Jangan lihat dirinya yang tua dan penampilan yang lusuh. Dia itu adalah orang yang sangat berbahaya. Kau harus menjauh darinya." Ronald berjalan, Rian mengejar dari belakang, memegang tangan Ronald dan bertanya, "Kenapa? Kelihatannya dia cuma kakek-kakek tua yang kasihan." Rian kemudian kaget saat tiba-tiba tangan seorang kakek tua berada di pundaknya. "Nak, apa yang ayahmu katakan benar." pria tua itu kemudian berada di depan Rian sambil tersenyum. "Kau tampan dan gagah seperti ayahmu," kata pria tua itu. Ronald menangkap tangan pria tua dan menjauhkannya dari Rian. "Apa yang kau inginkan? Sudah lebih sepuluh tahun, kita juga tidak ad

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 49

    Ronald kini tersenyum ketika melihat Aisyah sang istri sudah berada di depan pintu. "Baiklah, Rian. Kita sudahi saja malam ini. Kita pergi makan dulu, atau Ibu Aisyah akan marah nantinya." kata Ronald yang kini mencoba untuk bercanda. Namun terasa garing. Baik itu Rian dan Aisyah, tidak ada yang tertawa. Pada akhirnya mereka bertiga kini sudah duduk di meja makan. "Bagaimana perkembangan latihan mu?" tanya Aisyah pada Rian."Baru saja mulai, aku belum latihan bertarung sama sekali. Aku cuman disuruh push up oleh Ayah." kata Rian. "Hey, kekuatan fisik memang selalu menjadi poin utama untuk mempelajari suatu keterampilan beladiri. Kamu jangan terburu-buru, kamu harus sabar jika ingin mendapatkan hasil yang baik." kata Ronald. "Betul kata Ayahmu. Bagaimanapun, aku ikut senang melihat kegigihan mu untuk berlatih." kata Aisyah. Ia tersenyum dan senang melihat Rian sebab ia tahu kalau Rian mempunyai tujuan mulia. Yakni menjadi seorang yang menegakkan keadilan di masa depan. "Baiklah,

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 48

    "Tuan Ronald, aku tidak menyangka bahwa itu kamu. Ada apa Tuan Ronald mengikuti pertandingan semacam ini?" kata Lisa."Justru aku yang seharusnya sangat terkejut. Awalnya aku kira sang juara bertahan adalah seorang pemuda bertubuh kekar yang sangat berbakat. Tapi ternyata adalah seorang wanita dan wanita itu adalah orang yang aku kenal." kata Ronald. "Tujuan Tuan Ronald ikut di acara seperti ini, memangnya untuk apa?" tanya Lisa. "Sederhana saja, aku membutuhkan uangnya. Aku ingin mendapatkan uang dengan berusaha sendiri. Setelah memenangkan pertandingan ini, seharusnya uang hadiahnya akan menjadi uang halal bukan?" kata Ronald. Lisa kemudian segera menaikkan alisnya sebelah merasa sangat heran. Namun ia kemudian menghela napas. "Hey aku tidak membayar untuk melihat kalian mengobrol!" "Apa yang kalian lakukan? Ayo bertarung!""Dewi ku, hajar bajingan itu sampai mampus.""Ada apa dengan mereka? Sedang bernegosiasi kah?" Berbagai gosip kini mengudara. Suara gemuruh dari para penon

  • Suami Gangster sang Ustadzah   Bab 47

    Inspektur Eva kini di rumahnya yang terletak agak jauh dari apartemen tempat Ronald tinggal. "Beginilah mudahnya aku mendapatkan uang. Lama-lama, aku akan menjadi seorang yang sangat kaya. Aku senang dengan pekerjaanku sekarang." kata Inspektur Eva. Ia kemudian membuka brangkas besar miliknya dan mulai memindahkan segepok demi segepok uang. Sampai pada akhirnya, mata Eva terbuka lebar saat melihat apa yang ada di bawah uang-uang itu. Duar!Terdengar suara ledakan keras di sebuah rumah klasik ukuran delapan kali dua belas meter. Rumah yang cukup besar. Inspektur Eva meninggal seketika. Sementara itu di seberang jalan rumah. Ronald dan Rian kini tersenyum melihat ledakan di salah satu ruangan di rumah itu. Hingga mengakibatkan kebakaran. "Ayah benar, sesuai prediksi. Dia benar-benar meninggal saat memindahkan uang-uang itu dari dalam koper." kata Rian. "Inilah yang akan didapatkan oleh orang yang dengan berani membuatku merasakan bagaimana rasanya dipenjara walau sebenarnya aku ti

DMCA.com Protection Status