Di seberang jalan, ada seorang pemuda yang sedang membantu pria paruh baya yang kesusahan untuk menyebrang. Dengan gerak gesit pemuda itu menggandeng dan membantu pria paruh baya itu.
"Tuan, anda sebenarnya mau ke mana?" tanya Sakha menatap lelaki paruh baya itu dengan kening mengerut.
Lelaki paruh baya itu tersenyum kecil. "Saya ingin membeli sebuah bunga untuk cucu perempuan saya. Anak muda, kamu bisa bantu saya?" tanya lelaki paruh baya itu.
Sakha menganggukkan kepalanya cepat. "Sangat bisa, Tuan. Mari, saya bantu anda menyebrang ke toko bunga itu."
Sakha menggandeng pria paruh baya itu. Bunyi klakson mobil pun saling bersahutan, padahal terik matahari sangat menyengat sekali. Dan mereka menyebrang dengan selamat.
Pria paruh baya itu menepuk bahu Sakha pelan. "Terima kasih, anak muda."
"Kembali kasih, Tuan. Kalau begitu saya pergi dulu," pamit Sakha.
Kalinda, nama dari pria paruh baya itu. Ia tersenyum simpul dengan mata berbinar menatap Sakha.
Kalinda tersenyum sambil bergumam dalam hatinya. "Hem, dia bisa masuk salah satu kandidat calon suami untuk cucu perempuan ku."
Tring ...!
Bunyi lonceng yang bergetar akibat goyangan pintu berdengung di dalam toko bunga. Seorang penjaga toko langsung menghampiri Kalinda penuh dengan hormat
"Selamat datang, Tuan besar Mahesa. Sungguh penghormatan bagi toko saya didatangi oleh Tuan besar Mahesa," sapa penjaga toko sambil membungkukkan tubuhnya penuh hormat.
Kalinda hanya merespon dengan berdeham dingin. "Aku butuh bunga Lily. Cepat, cari 'kan bunga Lily terbagus yang kamu punya!"
Penjaga toko bunga tubuhnya bergetar ketakutan. Ia pun lantas langsung bergegas mencari bunga Lily yang dipesan oleh tuan besar Mahesa.
Siapa orang tidak mengenal Kalinda Mahesa? Sosok lelaki bagaikan seorang raja dalam segala hal apa pun.
Kekayaannya sungguh diluar batas, tetapi masih kalau jauh di bawah atas nama keluarga besar Munthe.
Keluarga Munthe bagaikan naungan seluruh kekayaan yang di tampung dari kota A dan kota B. Sedangkan kekayaan keluarga Mahesa adalah cabang dari kekayaan keluarga Munthe.
Namun, sayang. Telah dikabarkan bahwa penerus keluarga Munthe sudah hilang dan tidak ada lagi penerus perusahaan dan kekayaan yang mereka miliki.
Padahal Kalinda Mahesa sudah memiliki maksud untuk melakukan kerja sama dengan menjodohkan salah satu cucunya pada keluarga Munthe. Namun, semuanya akan menjadi sia-sia.
"Tuan besar Mahesa, ini bunga Lily yang kami punya di toko ini. Anda tidak perlu membayarnya, karena kami memberikan bunga Lily ini secara percuma," kata penjaga toko sambil menyodorkan sebuket bunga Lily pada Kalinda Mahesa.
Kening Kalinda Mahesa mengerut hingga bergelombang. Mata tajamnya menatap dingin penjaga toko bunga itu. Lalu, ia berkata dengan ketus. "Kamu kira saya ini orang tidak mampu yang suka meminta-minta seperti pengemis, hah?!"
Penjaga toko bunga hampir tersedak ludahnya. "Tuan besar Mahesa, saya tidak bermaksud seperti itu," ucap penjaga toko bunga yang menggigil ketakutan.
"Baiklah, kalau begitu kau tunjukan rumah orang yang baru saja membantuku menyebrang!"
***
Kejadian empat tahun lalu terkenang di otak Sakha. Ia meremas gugup kedua tangannya untuk masuk ke dalam villa keluarga istrinya. Ia sangat tahu kalau kehadirannya sangat tidak dibutuhkan di sana, tetapi ia butuh bantuan seseorang segera mungkin.
Sakha pun langsung melangkah masuk ke dalam villa, setelah memantapkan dirinya.Banyak suara anak, cucu, dan saudara yang berlomba-lomba mencari perhatian Nyonya Mahesa dengan cara memberikan hadiah yang sangat fantastis.“Nenek, kudengar kamu sedang mengincar tas Gucci seperti ini, kan? Harganya memang fantastis, tetapi aku rela mengocek dompetku untuk memberikan hadiah ulang tahunmu dengan menggunakan tas Gucci ini."Nyonya Mahesa yang terlihat masih muda tertawa bahagia melihat berbagai hadiah di hadapan, membuat seluruh keluarga bahagia.Suara derap langkah sepatu menantu tertua Nyonya Mahesa, yang tak lain adalah Sakha tiba-tiba berlutut di bawah kaki Nyonya Mahesa.“Mohon maaf atas kelancangan saya, Nek. Bisakah kamu meminjamkan saya uang enam juta? Bibi Lena dari panti asuhan sedang dirawat di rumah sakit, beliau butuh biaya untuk membayar ruangan dan berobat."Seluruh keluarga Mahesa terkejut. Semua orang memandang Sakha dengan mata yang terbelalak lebar.Sakha sudah sangat kelewat batas, karena Sakha adalah menantu yang masih menumpang di rumah Nyonya Mahesa.Empat tahun lalu, Tuan Mahesa yang masih hidup, tidak tahu dari mana menemukan Sakha dan bersikeras untuk menikahkan cucu tertuanya, yang bernama Laumeera Arindita Mahesa. Saat itu, Sakha tidak punya uang, seperti pengemis, sama seperti sekarang.
Setelah keduanya menikah, Tuan Mahesa meninggal. Sejak saat itu, keluarga Mahesa dengan sengaja berusaha mengusir Sakha Hanya saja Sakha memilih cuek dan tidak perduli dengan hinaan orang-orang lain.Sakha pun terpaksa meminjam uang pada ibu kandung dari ibu mertuanya. Bibi Lena dari panti asuhan tempat dia dirawat dan diselamatkan, menderita demam berdarah.
Sakha merasa bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Nyonya Mahesa. Dan berpikir kalau Nyonya Mahesa mungkin sedang baik hati dan bersedia membantu ketika dia bahagia.Sakha menelan ludahnya kasar dan juga gugup.Tanpa diduga, Nyonya Mahesa masih tertawa remeh. Dan dalam hitungan detik dia langsung menarik merubah raut wajahnya menjadi dingin dan datar.Prang ...!Nyonya Mahesa melempar cangkir teh di tangannya ke lantai dan berteriak dengan marah."Dasar manusia sialan! Kamu di sini untuk merayakan ulang tahunku atau untuk meminjam uang, heh?!"Istri Sakha bergegas maju dan menjelaskan kepada Nyonya Mahesa. "Nenek, Sakha tidak tahu apa-apa, jangan marah seperti itu."Dengan cepat Meera langsung menarik tangan Sakha untuk berdiri di sampingnya. Saat ini, sepupu Meera saling mencibir.“Lihat, sampah macam apa suamimu itu! Saya saja sebagai cucu termuda tidak berani meminjam uang pada nenek. Tetapi, dia tidak membawa hadiah apa pun. Malah dia masih memiliki wajah untuk meminjam uang pada Nenek!" ejek Sadaru pada Sakha.“Itu benar, saudara Sakha. Kita berdua adalah cucu ipar dari kel
Seluruh keluarga Mahesa tertawa mengejek kelakuan Sakha yang berani itu.Sakha mengertakkan gigi dan meninggalkan keluarga Mahesa tanpa menoleh ke belakang.Ketika dia bergegas ke rumah sakit, Mahesa segera pergi ke kantor pembayaran, ingin berkomunikasi dengan rumah sakit, dan memberi tahu mereka bahwa biaya pengobatan akan ditunda selama dua hari lagi.Namun, ketika dia bertanya kepada perawat itu. Tiba-tiba dia diberitahu bahwa Bibi Lena telah dikirim ke Rumah Sakit terbaik di Kota A semalam.Sakha kaget dan buru-buru bertanya.“Berapa biayanya? Saya akan membayarnya, tetapi saya hanya bisa mencicilnya "Pihak Rumah sakit berkata. "Biaya total semuanya Enam juta. Dua juta telah dibayarkan dan masih ada empat juta lagi yang belum dibayar.""Siapa yang membayar satu juta ini?" tanya Sakha penasaran.Pihak rumah sakit menggelengkan kepalanya. "Saya juga tidak tahu."Sakha terkejut dan akan segera memikirkannya. Ketika dia
Di lain tempat, di keluarga Meera sedang terjadi perselisihan hebat.Meera dan orangtuanya tidak tinggal lagi di vila Mahesa, melainkan di sebuah bangunan yang sangat biasa.Mereka telah diusir sejak Meera menentang kekuasaan dari Nyonya Mahesa.“Sakha itu sampah yang enggak berguna! Hari ini citra kita hilang gara-gara dia. Jika kamu tidak menceraikannya, nenekmu akan mengusirmu dari Grup Mahesa, Meera!” seru Ibunya Meera marah.Meera menghela napasnya pelan. "Meera akan mencari pekerjaan lain kalau memang benar Meera di usir sama nenek, Mah."“Meera!” geram ibunya Meera menunjuk wajah Meeda. “Apa yang bagus dari sampah itu, hah? Mengapa kamu tidak bisa menceraikannya dan kemudian menikah dengan Sigit? Jika kamu menikah dengan sigit, keluarga kita bisa bangga!"“Ya! Menikahlah dengan Sigit, keluarga kita akan segera menjadi terpandang di mata nenekmu. Dan nenekmu akan selalu menyanjung
Di hari berikutnya, dengan melalui percikan masalah yang rumit. Sakha sudah membuat rencana yang sangat bagus untuk hari ini.Setelah Sakha selesai memasak, dia mengendarai motor matic kecil miliknya ke Munthe Group.Dia memarkir motor matic kecilnya di sebelah tempat parkir Munthe Group. Begitu sepeda motornya telah dikunci, sebuah mobil Bentley hitam perlahan diparkir di tempat parkir seberang.Sakga mendongak secara tidak sengaja dan melihat sepasang pria dan wanita muda berjalan turun dari mobil tersebut.Pria itu mengenakan setelan kelas atas, mereka terlihat sangat gaya dan mencolok. Sedangkan wanita itu terlihat sangat genit. Meski agak mencolok, mereka juga tampan dan cantik.Ternyata itu adalah sepupu Avella, Theresa, dan dia akan bertunangan, Phil, anak tertua dari keluarga Wang.Sakha tidak tahu apa yang Theresa dan Sadaru lakukan di Munthe Group. Tetapi untuk m
Di sisi lain perusahaan Munthe Group, Darren telah mengatur seluruhnya untuk Sakha dan orang yang bertanggung jawab untuk rapat dengannya adalah seorang wanita bernama Anita.Ani terkenal di kota B dan dia adalah wanita berorientasi karier paling terkenal di Kota B. Tidak hanya wajahnya yang cantik, tapi dia juga sangat mampu bekerja yang handal. Dia telah dipromosikan menjadi wakil ketua Munthe Group di usia muda. Dia telah berkontribusi pada keberadaan Munthe Group sampai hari ini.Sekarang Munthe Group telah diakuisisi oleh Keluarga Munthe, ketua asli telah turun tahta, dan hanya Anita yang tinggal bersiap untuk membantu ketua baru.Saat melihat Munthe, Anita kaget. Dia tidak menyangka Sakha akan begitu muda dan tampan!Setelah itu, dia tidak berani berkata apa-apa lagi dan langsung membungkukkan tubuhnya memberikan hormat. “Tuan muda. Anda silakan datang ke ruangan saya."
Sadaru merasa ditampar dengan rasa sakit yang hebat di wajahnya. Saat dia hendak marah, telepon berdering tiba-tiba. Telepon itu ternyata dari ayahnya. Ketika telepon terhubung, raungan marah datang dari sisi lain. “Sadaru, apa yang kamu lakukan? Sekarang Munthe Group ingin membatalkan semua kerja sama dengan kita, apa yang kamu lakukan di sana, hah!" Sadaru termenung dengan sedih menatap handphone miliknya dengan gamang. “Ayah, aku tidak melakukan siapapun. Aku baru saja datang untuk mengunjungi Bu Anita, tetapi saya bahkan belum pernah melihat wajah Bu Anita."
Nyonya Mahesa meminta semua orang untuk berkumpul di vilanya, tak terkecuali Sakha juga ikut hadir di sana. Sakha tahu bahwa nyonya Mahesa akan menghadiri pertemuan untuk membahas bagaimana mendapatkan bagian dari proyek besar Munthe Group. Karena itu, dia ingin mengambil kesempatan ini untuk membantu istrinya, Meera. Membantu Meera untuk mendapatkan perhatian dan posisi khusus di hadapan neneknya. Saat tiba di vila keluarga Mahesa, sepupu Meera yang bernama Jay, langsung mencibir saat melihatnya. "Sialan kamu, Sakha. Kamu punya kulit tebal sekali, heh! Dan kamu masih punya wajah untuk melihat nenek lagi!" ejek Jay sepupu tertua Meera. Meera mendengus kesal sambil menatap wajah Jay dengan raut wajah dingin.“Jangan bicara omong kosong. Nenek meminta semua orang di keluarga Mahesa untuk datang. Sakha adalah suamiku dan tentu saja juga dari keluarga Mahesa!"
Pernyataan Meera membuat seluruh keluarga Mahesa terkejut dan tercengang syok berat. Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut merasa Meera pasti gila.Jangan bilang Meera hanya ingin untuk pamer pada waktu pertemuan ini. Terlebih dirinya menjadi pusat perhatian semua orang.Munthe Group adalah perusahaan terbesar di kota B. Bagaimana orang bisa melihat keluarga Mahesa? Siapa pun yang membicarakannya tidak akan pernah berhasil dan itu mustahil.Jay merasa sangat tersinggung atas keputusan Meera. Dengan sinis Jay berkata. "Meera, apakah menurutmu kamu bisa mendapatkan kontrak eksklusif dari Munthe Group?"Theresa yang menjadi adik dari Jay juga mencibir Meera dengan terang-terangan. “Saudari Meera, kenapa anda percaya diri sekali? Dan apakah Munthe Group akan menerima kamu begitu saja? Kamu pergi untuk berbicara begitu sangat gegabah, jangan mempermalukan keluarga Mahesa kami!”Seseorang pun angkat suara, setuju dengan ucapan Theres