"Tapi ...." Michael menatap kedua wanita itu dengan ragu.Jika cara ini berhasil, semua orang akan senang. Jika cara itu gagal atau prediksi Michael salah, maka semua orang akan kecewa terutama dirinya sendiri dan Pam.Bereksperimen bukan hal yang buruk, setidaknya bisa menciptakan harapan baru. Jika eksperimen ini gagal, dampaknya tidak bisa dibayangkan. “Katakan padaku. Apa pun itu, aku ingin mencobanya,” Pam menatap Michael dengan sorot mata serius.Michael mengangguk.Tanpa buang waktu, Michael mengulurkan tangan kanannya dan melukai telapak tangannya. Darah perlahan-lahan mengalir keluar. "Michael, apa yang kamu lakukan?" Pam dan Bulan jadi tambah gelisah. Michael memberi isyarat kepada mereka berdua untuk tetap tenang. Dia menatap bibit Buah Ginseng, "Apa kalian tahu keinginan terbesar dari Buah Ginseng?"Mereka menggelengkan kepala."Si brengsek ini pernah mengatakannya padaku waktu dia hidup. Katanya dia ingin meminum darahku setiap hari," ketika Michael mengingat
Apa yang terjadi pada tanaman di sekitar bola api itu bukanlah akhir kejadian melainkan baru permulaan.Tanaman dalam jarak satu meter sudah layu dan mengering. Lama kelamaan kejadian ini terus menyebar dalam rentang radius meter yang luas. Tanaman-tanaman dalam jarak radius itu perlahan-lahan juga layu.Tiga meter. Empat meter.Semakin lama, rentang radius nya semakin luas hingga merambah seluruh area ladang mayat. Satu tanaman, dua tanaman.Tanaman yang sebelumnya begitu subur itu jadi layu seolah-olah mereka terkena penyakit mematikan.Michael benar-benar terpana. Dia jadi bingung.Apa yang sedang terjadi di sini?!Michael paham jika yang layu adalah tanaman yang dekat dengan lokasi kobaran api. Tanaman-tanaman itu tidak bisa tahan menghadapi suhu api yang terlalu tinggi, tapi ini ….Tanaman yang jaraknya hampir sepuluh meter dari kobaran api tidak mungkin terpengaruh oleh panas api.Jelas ada sesuatu yang aneh!Michael tidak tahu di mana keanehannya.Bukan hanya Micha
"Dia baik-baik saja," Michael mengangguk.Michael menatap ke arah Buah Ginseng, "Tanaman-tanaman yang layu ini, kamu yang melakukannya, bukan?""Apa kamu punya buktinya?" tanya Buah Ginseng dengan santai. "Buah Ginseng dari elemen kayu menggunakan jurus api untuk melawan. Itu saja sudah aneh. Jika seseorang menyerang menggunakan elemen api dipastikan serangannya akan menghabisi lawannya. Jurus itu juga memiliki efek samping. Ketika kamu berhasil menumbangkan Marcus, ada efeknya untuk dirimu sendiri yang cukup parah sehingga kamu berubah menjadi bibit. Benarkan?" Michael tersenyum. Buah Ginseng terdiam mendengar penjelasan Michael. Kemudian dia menggerutu seperti perempuan tua yang sedang kesal, "Terkutuklah otak pintarmu, Michael! Kejadian itu bukan urusanmu.""Semua yang kamu ucapkan itu benar. Berani-beraninya kamu menjelaskan rahasia jurusku.""Brengsek! Perlukah aku menggali kuburan leluhurmu? Apa kamu harus menjelaskan semuanya?"Michael tersenyum mendengar keluhan Buah
"Bisa-bisanya kamu tertawa, Michael. Aku sudah menganggapmu sebagai teman baik, tapi kamu malah menertawakanku. Jangan salahkan aku kalau aku menghajarmu sampai mati," Buah Ginseng mengata-ngatai Michael dari dalam api.Jika Buah Ginseng memiliki tubuh asli, ia bisa menghindari situasi ini. "Michael, ada apa?" Pam menatap Michael. Bulan juga menatap Michael dengan bingung.Michael tampak sedang berpikir, "Apa kalian tahu mengapa dia terlihat begitu kesal?""Mengapa?""Karena Buah Ginseng sama sekali tidak bisa mematikan apinya."Seketika suasana langsung terasa hening. Yang terdengar hanya suara api menyala.Pam dan Bulan langsung tertawa terbahak-bahak. Ketika mendengar suara tawa itu, rasanya Buah Ginseng ingin menggali tanah dan masuk ke dalamnya. Padahal dia baru bersikap sombong. Sekarang Buah Ginseng merasa malu. Dia juga sebenarnya sedikit tersinggung. "Michael, jangan menggodanya lagi, oke?" Pam berhenti tertawa. Dia bertanya, "Bisakah kamu memikirkan caranya? Buah
Batu lima elemen menyimpan energi kekacauan api. Dengan begitu Michael bisa menghemat energinya. Setelah mengirim Hanna kembali, Pam dan yang lainnya selesai menabur benih tanaman. Tugas berikutnya adalah menyiram tanaman yang jatuh ke tangan Michael. Hanya Michael yang bisa melakukannya. Namun, terjadi sesuatu ketika Michael membantu menyiram. "Apa kamu merasa udaranya jadi bertambah dingin?" tanya Bulan ketika dia menanam benih. Pam juga menanam benih demi menyelamatkan Buah Ginseng. Tanpa mengangkat kepalanya, dia berkata, "Kamu benar. Selain itu suasananya tampak lebih tenang."Michael juga merasakan hal yang sama. Udara jadi lebih dingin dan suasana di sekeliling mereka tampak lebih tenang. Michael membalikkan badan. Dia lalu tertegun.Sudah tidak ada lagi bola api. Hanya ada batu lima elemen yang masih mengeluarkan air. Di tempat ada air mengalir itu muncullah pelangi tujuh warna. Di tempat bibit Buah Ginseng berada, terdapat cahaya merah. Cahaya merah tersebut me
"Brengsek, kamu Michael. Kamu benar-benar kejam. Padahal kamu lebih kuat dariku, tapi kamu bertanya apakah aku mati atau tidak," Buah Ginseng mengutuk Michael, "Aku tidak mau bicara denganmu. Dasar pencuri. Menjauhlah dariku sepuluh meter."Michael tidak tahan untuk menggelengkan kepalanya. Terkadang dia benar-benar tidak mengerti apa maunya Buah Ginseng, "Memangnya apa yang akan terjadi kalau aku tidak pergi sejauh sepuluh meter? Apa yang akan kau lakukan?""Aku ...." Buah Ginseng terbata-bata, tapi dalam hatinya dia berkata jika kamu tidak pergi, aku yang akan pergi!"Mengapa kamu tidak menunjukkan bibitmu yang sedang tumbuh?"Singkat kata, Buah Ginseng tidak bisa apa-apa. Lagi pula tempat dia berada sekarang adalah ladang mayat, bukan tempat biasa. Apalagi Buah Ginseng masih berbentuk bibit. Bagaimana dia bisa jalan?!Namun, Buah Ginseng tidak patah semangat. Michael dan lainnya bisa melihat jelas bibit Buah Ginseng yang berusaha bergerak menjauhi mereka dengan pelan. Tidak p
Menangis!Buah Ginseng menangis!Kejadian ini bisa diibaratkan keajaiban dunia. Sungguh tidak diduga!Sejak mengenal Buah Ginseng, Michael melihatnya sebagai sosok yang keras kepala dan bicara apa adanya. Kalau Buah Ginseng memarahi seseorang, hal itu sudah biasa. Kamu tidak akan pernah melihat Buah Ginseng menangis. Upaya untuk membuat Buah Ginseng menangis lebih sulit dari mendaki puncak gunung tinggi.Namun, sekarang Buah Ginseng menangis.Bukan hanya Michael yang terpana, Pam yang berada di sampingnya juga merasakan hal yang sama. Dia menatap Michael dengan bingung. "Ah, ini benar-benar tidak adil.""Demi Dewa.""Ah …."Semakin lama waktu berlalu, tangisan Buah Ginseng semakin terasa pedih seolah-olah dia meluapkan perasaan frustasinya. Buah Ginseng menangis lebih keras. Nada suaranya bertambah serak seperti ada yang meninggal."Aku hancur. Aku dihancurkan oleh bajingan!""Hidupku tamat. Habis sudah hidupku.""Jika dia seorang wanita, aku masih bisa memakluminya, tapi
"Ah …."Buah Ginseng menangis lagi."Itu hartaku. Hartaku yang berharga. Kamu mencurinya dan sekarang kamu berpura-pura menjadi anjing yang tidak bersalah. Kamu bukan manusia. Dasar sialan."Michael jadi malu. Dia tidak menyangka situasi ini akan terjadi.Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya itu salah Michael. Bukankah Michael mengambil sesuatu yang bersinar merah ketika batu lima elemen sedang mengalirkan air ke ladang mayat? Michael tidak tahu kalau yang dia pegang itu adalah Batu Dewa Api milik Buah Ginseng. Dia memasukkan batu tersebut ke dalam kotak bersama batu lima elemen.Seperti Giok Bunga dan Mutiara Awet Muda, Batu Dewa Api ditelan oleh batu lima elemen!"Pemimpin, apa jangan-jangan Batu Dewa Api Buah Ginseng adalah bagian dari batu lima elemen?" Bulan mengerutkan kening.Michael mengangguk, "Ya. Setelah Batu Dewa Api ditelan, muncul warna merah pada batu lima elemen."Hanya Pam yang menatap mereka berdua dengan tatapan kosong."Kalian membicarakan apa? Batu Dewa Ap
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua