Dia duduk terdiam. Giginya menggertak dan wajahnya dingin. Kemudian dia mengeluarkan pisau dengan ganas. Bilah pisau berkilat dingin meskipun dalam gelap hingga membuat orang-orang merasa terintimidasi. Sorot matanya menatap tajam. Dia mengangkat tubuhnya dan bicara dengan cepat, “Apa yang kamu lakukan, Nolan?” Sebagaimana semua orang tahu, Nolan sangat percaya pada Michael. Namun, sudah menjadi hal yang biasa, orang bisa mengalami berbagai halusinasi saat dalam keadaan sangat kelaparan atau terkungkung dalam ruang tertutup terlalu lama. Apalagi saat hari-hari yang dialami belakangan ini yang sangat ekstrim. Seperti hari kemarin, ada beberapa murid yang mengalami halusinasi. Mereka bersikap aneh dan kasar, bahkan ada yang menjadi sangat agresif. Serangan para zombi begitu kuat sementara kekuatan pengikut Kelompok Misterius sangat lemah sehingga membuat mereka mudah dikuasai. Dan kini, Nolan yang memiliki kekuatan tertinggi di antara mereka juga mengalami halusinasi.
Mira syok dan ketakutan. Meskipun Mira telah melewati pertarungan berdarah yang tak terhitung banyaknya dan melihat berbagai macam kekejaman, tapi apa yang dilihatnya melalui celah pintu kali ini membuat dirinya ketakutan dan jantungnya berdebar kencang. Dia melihat Nolan memotong celana panjang bagian kaki kanannya kemudian menarik celananya hingga ke paha lalu mengikat erat pahanya dengan kencang. Nolan mengambil pisau yang bersinar perak. Dia merapatkan giginya dan menutup mata! Membingungkan! Sebuah suara terdengar berusaha diredam! Mira sebenarnya sudah terbiasa berada dalam situasi seperti ini. Dia sudah biasa melihat banyak tangan dan anggota badan yang hancur dalam sebuah pertempuran. Namun, yang menakutkan baginya saat ini adalah tindakan yang dilakukan Nolan. Nolan menahan rasa sakit yang menusuk. Dia memutar pisaunya dan menaruh sesuatu ke dalam baskom! Mata Mira terbelalak. Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang. Apa yang dia lakukan?
"Bangun, bangun. Michael, dia bangun.” Para murid Paviliun Gunung Biru yang selama ini berjaga di sisi Michael langsung berdiri penuh semangat dan berlari sambil berteriak ke luar tenda begitu Michael membuka mata. Michael membuka mata dan mengarahkan pandangan ke sekelilingnya. Meskipun tenda yang ditempatinya hanya tenda sementara tapi dekorasinya sangat mewah. Tirainya terbuat dari kain sutra berkualitas tinggi dan interiornya dipenuhi dekorasi yang sangat indah. Tenda ini lebih terlihat sebagai tempat tinggal di luar sementara dibanding asrama sementara. Sebuah kemewahan yang menakutkan! Kamu melakukan semua ini, Rahel! Begitu nama Rahel melintas di kepalanya, Michael segera berpikir jernih dan bangkit dari tempat tidur dengan cepat. Tetua Ketujuh bersama beberapa orang lainnya bergegas masuk ke dalam tenda. Mereka yang melihat Michael duduk, segera membantu Michael untuk kembali berbaring dan memeriksa nadi Michael. Pemeriksaan nadi dan luka yang dijalani Mich
“Tuan Muda, mari kita bersulang,” ujar seorang anak buah Felix yang mengangkat gelasnya tinggi."Tuan Muda, aku juga ingin bersulang denganmu.” Felix merasa sangat senang melihat semangat bersulang anak-anak buahnya. Dia menanggapi dengan antusias dan mengangkat gelasnya. Semua orang duduk setelah bersulang dan minum wine-nya. "Orang-orang dari Puncak Gunung Biru meminta kita menunggu di sini untuk sementara demi Michael. Lihat tempat ini. Membosankan sekali,” seseorang yang sudah mabuk melampiaskan unek-uneknya. "Apa-apan ini? Dia hanyalah seonggok sampah. Sial, menyuruh kita menunggu di sini sama saja dengan membunuh kita!” "Kalau aku boleh berpendapat, Tuan Muda seharusnya memukul sampah itu sampai mati. Kita lebih baik mengikuti upacara pemakaman sampah itu daripada harus menghabiskan waktu di sini.” "Sampah ini sudah tidak sadarkan diri sejak dua hari lalu. Aku tidak tahu kapan dia bangun!” Saat salah satu dari mereka bicara, yang lain menimpali. Merek
Ketika mereka mengejek Michael, mereka tidak pernah menyangka Michael akan muncul di depan mereka. Rasa percaya diri mereka jadi menciut seketika. Sebelumnya mereka yakin bisa menendang dan membunuh Michael dengan satu pukulan. Namun, ketika Michael benar-benar muncul di depan mereka, orang-orang itu langsung bersikap pengecut. Kamu bisa melihat tubuh mereka mengkerut. Jangankan memukul Michael, kentut pun mereka tak berani! “Bukankah kamu bilang ingin memukulku?" tanya Michael dingin. Wajah mereka otomatis pucat. Tanpa sadar mereka melangkah mundur!“Atau kamu yang ingin meninjuku?” Michael membalikkan badannya ke arah yang lain. Orang di belakang Michael mengikuti jejak yang lain. Dia menggelengkan kepala dan melangkah mundur. Alis Michael naik dan menatap semua orang satu per satu. Ketakutan mereka semakin menjadi-jadi.Tidak ada yang berani bernapas. Itulah gambaran yang terjadi saat ini. Semua ocehan mereka sebelumnya terdengar sangat konyol. Semua orang di sana adal
Tetua Ketujuh menatap Rahel dengan pandangan bingung.Tak lama kemudian, pelayan kembali menghadap dengan pandangan tak percaya. "Dia masih ... masih bertarung.”“Tapi ….”“Tapi apa?" tanya Tetua Ketujuh dengan nada tidak sabar. Michael dikelilingi oleh ribuan pasukan, tapi semua pasukan itu terpental ke segala arah. Felix tampak kelabakan menghindari serangan Michael. “Maksudmu Michael bisa mengatasi serbuan pasukan Kota Huangmo?" Tetua Ketujuh bertanya sambil mengerutkan dahinya. Pelayan tidak mau mengakuinya, tapi dia melihat kenyataan itu dengan matanya sendiri. Mau tak mau dia harus percaya!“Ya!" Pelayan ragu-ragu menjawabnya. Tetua Ketujuh menghela napas panjang.Apa Michael tidak apa-apa?!Sebagai orang yang pernah merawat Michael selama tiga hari, Tetua Ketujuh sedikit banyak situasi yang dihadapi Michael. Dia baru sembuh dari luka serius!Kalau Tetua Ketujuh berada di posisi Michael, mungkin dia baru sadar dari pingsan! Apalagi jika Michael adalah jagoan b
Felix sama sekali tidak menyangka ….Dihadapkan dengan ribuan pasukan, Michael ….Felix menatap Michael yang melayang di tengah udara. Dia tidak mengerti bagaimana bisa!Apa mereka terlalu lemah menghadapi Michael?Namun, para pasukan ini tidak takut dengan Biksu Iblis. Kenapa hanya Michael yang sangat kuat?!Darah mengalir keluar dari ujung mulut Felix tanpa dia sadari. Dia gagal mengalahkan Michael padahal sudah dibantu dengan kekuatan para pasukannya. Felix sendiri terluka dari serangan Michael. Apa jangan-jangan Felix harus mundur? Kalau tidak, dia bisa menyakiti dirinya sendiri. Satu pedang bisa menggemparkan langit. Michael menggoyang-goyangkan pedang giok di tangannya dan mengangkatnya lebih tinggi. Pedang itu bersinar di tangan Michael!“Hancurkan!" Pedang itu bersinar semakin terang. Sebuah kekuatan muncul dan mengarah pada pasukan di bawah sana. Boom!!!Debu beterbangan seolah-olah terjadi gelombang besar yang menghantam tanah. Hal itu menjadikan para pasukan ole
“Jika mengikuti nalurinya, hewan akan melindungi makanan mereka," Rahel berdecak ketika dia melihat kucingnya makan. Kemudian dia mengambil kucing itu dan meletakkannya lebih jauh. Karena jauh dari sumber makanannya, kucingnya mendesis. Sepertinya dia tidak puas. “Kamu memang lapar, tapi kalau aku tidak mengizinkanmu, tidak kuizinkan kamu makan," ujar Rahel. Nada suaranya meninggi. Dengan lambaian tangan, kucing itu terlempar beberapa meter dan menabrak dinding. Kucing yang tadinya lapar, sekarang terlihat ketakutan. Dia lalu menatap Rahel dengan takut. “Apa persiapannya sudah selesai?" tanya Rahel. “Semuanya sudah siap.”Rahel tersenyum dan berkata, "Bagus.”“Apa di luar akan hujan?" tanya Rahel lagi. Pelayan mengangguk dan berkata, "Ya. Terlihat ada awan yang cukup tebal. Aku yakin sebentar lagi hujan deras akan turun. Aku juga sudah mengatur agar tenda agar Nona tetap kering dan nyaman.“Rahel menggelengkan kepala, "Hujan deras itu bagus bagi orang-orang yang pantas m