"Tetua Ketujuh, kamu sudah lama tidak ke luar dari Paviliun Gunung Biru sehingga kamu tidak tahu banyak tentang Michael. Tapi Michael tidak pernah menggunakan pedang sebagai alat membunuh!” ungkap Rahel sambil menatap mereka yang ada di angkasa. Dia tidak dapat menerima kenyataan ini untuk sementara waktu. "Tidak mungkin,” ujar Tetua Ketujuh sambil menggelengkan kepala. “Melihat teknik pedang anak itu. Teknik pedangnya tidak hanya indah, tapi juga sangat lentur. Terlihat jelas teknik itu tidak dia pelajari baru-baru ini. Menurutku dia sudah mempelajari teknik ini dari sejak lama. Dia tidak mungkin bisa ....” Keterangan Tetua Ketujuh sulit Rahel pahami. Rahel sudah menyelidiki Michael dari sejak lama. Dan selama itu pula, dia sering melihat Michael bertempur. Dalam setiap pertempurannya, Michael tidak pernah menggunakan pedang apalagi teknik pedang yang saat ini sedang dikagumi oleh Tetua Ketujuh. Tapi kenyataannya Michael bisa menggunakan pedang, dan gerakannya bagus seka
"Michael, awaaas!” teriak Rahel saat melihat Felix bangkit hendak menyerang Michael. Meskipun Rahel masih kesal pada Michael, tapi dia masih mengkhawatirkan pria yang ada di hatinya itu. Dia pun berusaha mengingatkan Michael. Kejadiannya begitu cepat. Felix sudah menggenggam pedang panjangnya saat Rahel mengingatkan Michael. Dia tiba-tiba terbang ke arah Michael dengan kecepatan luar biasa sambil berteriak penuh amarah. Michael baru saja melepaskan Felix. Pemenangnya pun sudah ditentukan. Michael pun sudah melonggarkan kewaspadaannya dan turun dari angkasa. Namun jarak yang terlalu dekat membuat Michael tidak siap mendapat serangan mendadak Felix! Pertarungan telah selesai. Semua orang yang menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Dibalik tangis pilu Rahel, semua orang diam-diam menyesalkan sikap Felix yang tidak ksatria, licik dan memalukan. Semua yang dilakukan Felix menggambarkan ketidakmampuan Felix dalam menghadapi Michael. Michael juga merasakan ada napas
Tetua Ketujuh terdiam seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Rahel mengarahkan pandangan pada anak buahnya yang baru saja memeriksa Michael. “Cepat katakan!” ucapnya dingin. Anak buahnya terkejut lalu mengangguk, “Nona, aku tidak memeriksa seteliti Tetua Ketujuh. Aku hanya tahu kalau Michael dalam keadaan kritis. Lukanya sangat serius.” Luka serius?! Kritis?! Otak Rahel tiba-tiba mendengung saat mendengar keterangan anak buah Tetua Ketujuh. Tubuh Felix gemetar. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Felix memang ingin mengalahkan Michael, tapi ini hanya pertarungan biasa antar pria. Dia hanya ingin membuktikan kalau dirinya lebih kuat dari Michael. Bagaimanapun juga, Keluarga Fang dan Keluarga Lu memiliki sejarah panjang dalam persahabatan. Dan Keluarga Lu memiliki Rahel sebagai jagoan yang tak tertandingi. Kecantikan dan latar belakang keluarga biasanya menjadi alasan umum setiap pria untuk mendekati seorang wanita cantik. Namun, sudah bukan rahas
Perut Michael yang sekuat baja terlihat di depan semua orang sesaat setelah pakaiannya dibuka. Namun, perut itu tidak memiliki bekas luka sama sekali hingga membuat wajah Rahel sedikit merona. "Kalian lihat dengan jelas?” ucap Tetua Ketujuh dingin. "Memang benar kamu memukul Michael di bagian perut. Tapi apakah kamu melihat luka di perutnya? Tidak, tidak ada luka sama sekali.” "Aku akui kamu berhasil melayangkan serangan mendadak, tapi seranganmu tidak membahayakan lawanmu meskipun pukulanmu keras sekali!” "Jadi bisakah kamu menutup mulutmu dan mulut anak-anak buahmu yang bau itu? Kalian berisik sekali!” Sindiran pedas Tetua Ketujuh bagai tamparan keras bagi Felix. Semua orang dari Kota Huangmo langsung tak bisa berkata-kata. Rasa malu langsung menyebar ke seluruh wajah mereka. Perut Michael tidak terlihat ada luka sama sekali. Itu artinya semua bualan mereka terdengar seperti sebuah lelucon. Ucapan Tetua Ketujuh pun terus mengiang liar di telinga mereka
Felix yang selama ini membanggakan dirinya sendiri berubah pucat. Matanya dingin sambil terus menerus menggelengkan kepala. Dia mundur perlahan. Tidak mungkin, ini benar-benar tidak mungkin! Mengapa Michael bisa bertempur dengan para jagoan tadi begitu lama dalam keadaan luka separah itu?! Tidak mungkin ada orang yang bisa bertahan setelah melalui pertempuran seperti tadi. Michael tidak akan mungkin bertahan. "Bohong, kamu bohong. Dengan luka separah itu, tidak mungkin ada orang yang bisa melawan orang sebanyak itu seorang diri. Bahkan untuk melarikan diri saja akan sulit,” teriak Felix. "Tentu saja orang bisa berbohong. Tapi faktanya tidak dapat disangkal dan bukti tetaplah bukti. Kalau kamu pikir aku telah membuat kesalahan dengan diagnosaku, panggil saja orang lain yang kamu bawa yang mengiringi pasukanmu agar kamu yakin,” ujar Tetua Ketujuh dingin. "Felix, kamu pikir Tetua Puncak Gunung Biru berbuat curang atau tidak profesional dalam mendiagnosa luka Micha
Walaupun luka Michael sulit disembuhkan, tapi nyawa Michael berhasil diselamatkan berkat bantuan Tetua Ketujuh yang melakukan segala macam cara untuk mengobati Michael. Luka parah di punggung Michael berangsur membaik dengan cukup pesat setelah melalui proses penyembuhan sehari semalam. Tapi masalahnya adalah .... Dua hari telah berlalu, tapi Michael masih saja koma dan belum sadarkan diri sampai saat ini. Kondisi ini membuat Tetua Ketujuh dan yang lainnya bertanya-tanya. Hanya Michael sendiri yang tahu sejauh mana tubuhnya terluka dan seberapa lelah dirinya. Tubuh Michael sudah hampir mencapai limitnya setelah mengalami berbagai macam serangan dari sekelompok Biksu Iblis. Bahkan tubuhnya meledak dan mengobati sendiri untuk menyelamatkan diri dari kehancuran. Semua proses penyembuhan yang dilakukan tubuhnya membuat Michael tersudut ke ambang kematian. "Kalau saja bukan karena daya tahan dan kemauannya yang sangat kuat, dan andai saja dia hanya manusia biasa, Micha
Dia duduk terdiam. Giginya menggertak dan wajahnya dingin. Kemudian dia mengeluarkan pisau dengan ganas. Bilah pisau berkilat dingin meskipun dalam gelap hingga membuat orang-orang merasa terintimidasi. Sorot matanya menatap tajam. Dia mengangkat tubuhnya dan bicara dengan cepat, “Apa yang kamu lakukan, Nolan?” Sebagaimana semua orang tahu, Nolan sangat percaya pada Michael. Namun, sudah menjadi hal yang biasa, orang bisa mengalami berbagai halusinasi saat dalam keadaan sangat kelaparan atau terkungkung dalam ruang tertutup terlalu lama. Apalagi saat hari-hari yang dialami belakangan ini yang sangat ekstrim. Seperti hari kemarin, ada beberapa murid yang mengalami halusinasi. Mereka bersikap aneh dan kasar, bahkan ada yang menjadi sangat agresif. Serangan para zombi begitu kuat sementara kekuatan pengikut Kelompok Misterius sangat lemah sehingga membuat mereka mudah dikuasai. Dan kini, Nolan yang memiliki kekuatan tertinggi di antara mereka juga mengalami halusinasi.
Mira syok dan ketakutan. Meskipun Mira telah melewati pertarungan berdarah yang tak terhitung banyaknya dan melihat berbagai macam kekejaman, tapi apa yang dilihatnya melalui celah pintu kali ini membuat dirinya ketakutan dan jantungnya berdebar kencang. Dia melihat Nolan memotong celana panjang bagian kaki kanannya kemudian menarik celananya hingga ke paha lalu mengikat erat pahanya dengan kencang. Nolan mengambil pisau yang bersinar perak. Dia merapatkan giginya dan menutup mata! Membingungkan! Sebuah suara terdengar berusaha diredam! Mira sebenarnya sudah terbiasa berada dalam situasi seperti ini. Dia sudah biasa melihat banyak tangan dan anggota badan yang hancur dalam sebuah pertempuran. Namun, yang menakutkan baginya saat ini adalah tindakan yang dilakukan Nolan. Nolan menahan rasa sakit yang menusuk. Dia memutar pisaunya dan menaruh sesuatu ke dalam baskom! Mata Mira terbelalak. Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang. Apa yang dia lakukan?
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua