Perut Michael yang sekuat baja terlihat di depan semua orang sesaat setelah pakaiannya dibuka. Namun, perut itu tidak memiliki bekas luka sama sekali hingga membuat wajah Rahel sedikit merona. "Kalian lihat dengan jelas?” ucap Tetua Ketujuh dingin. "Memang benar kamu memukul Michael di bagian perut. Tapi apakah kamu melihat luka di perutnya? Tidak, tidak ada luka sama sekali.” "Aku akui kamu berhasil melayangkan serangan mendadak, tapi seranganmu tidak membahayakan lawanmu meskipun pukulanmu keras sekali!” "Jadi bisakah kamu menutup mulutmu dan mulut anak-anak buahmu yang bau itu? Kalian berisik sekali!” Sindiran pedas Tetua Ketujuh bagai tamparan keras bagi Felix. Semua orang dari Kota Huangmo langsung tak bisa berkata-kata. Rasa malu langsung menyebar ke seluruh wajah mereka. Perut Michael tidak terlihat ada luka sama sekali. Itu artinya semua bualan mereka terdengar seperti sebuah lelucon. Ucapan Tetua Ketujuh pun terus mengiang liar di telinga mereka
Felix yang selama ini membanggakan dirinya sendiri berubah pucat. Matanya dingin sambil terus menerus menggelengkan kepala. Dia mundur perlahan. Tidak mungkin, ini benar-benar tidak mungkin! Mengapa Michael bisa bertempur dengan para jagoan tadi begitu lama dalam keadaan luka separah itu?! Tidak mungkin ada orang yang bisa bertahan setelah melalui pertempuran seperti tadi. Michael tidak akan mungkin bertahan. "Bohong, kamu bohong. Dengan luka separah itu, tidak mungkin ada orang yang bisa melawan orang sebanyak itu seorang diri. Bahkan untuk melarikan diri saja akan sulit,” teriak Felix. "Tentu saja orang bisa berbohong. Tapi faktanya tidak dapat disangkal dan bukti tetaplah bukti. Kalau kamu pikir aku telah membuat kesalahan dengan diagnosaku, panggil saja orang lain yang kamu bawa yang mengiringi pasukanmu agar kamu yakin,” ujar Tetua Ketujuh dingin. "Felix, kamu pikir Tetua Puncak Gunung Biru berbuat curang atau tidak profesional dalam mendiagnosa luka Micha
Walaupun luka Michael sulit disembuhkan, tapi nyawa Michael berhasil diselamatkan berkat bantuan Tetua Ketujuh yang melakukan segala macam cara untuk mengobati Michael. Luka parah di punggung Michael berangsur membaik dengan cukup pesat setelah melalui proses penyembuhan sehari semalam. Tapi masalahnya adalah .... Dua hari telah berlalu, tapi Michael masih saja koma dan belum sadarkan diri sampai saat ini. Kondisi ini membuat Tetua Ketujuh dan yang lainnya bertanya-tanya. Hanya Michael sendiri yang tahu sejauh mana tubuhnya terluka dan seberapa lelah dirinya. Tubuh Michael sudah hampir mencapai limitnya setelah mengalami berbagai macam serangan dari sekelompok Biksu Iblis. Bahkan tubuhnya meledak dan mengobati sendiri untuk menyelamatkan diri dari kehancuran. Semua proses penyembuhan yang dilakukan tubuhnya membuat Michael tersudut ke ambang kematian. "Kalau saja bukan karena daya tahan dan kemauannya yang sangat kuat, dan andai saja dia hanya manusia biasa, Micha
Dia duduk terdiam. Giginya menggertak dan wajahnya dingin. Kemudian dia mengeluarkan pisau dengan ganas. Bilah pisau berkilat dingin meskipun dalam gelap hingga membuat orang-orang merasa terintimidasi. Sorot matanya menatap tajam. Dia mengangkat tubuhnya dan bicara dengan cepat, “Apa yang kamu lakukan, Nolan?” Sebagaimana semua orang tahu, Nolan sangat percaya pada Michael. Namun, sudah menjadi hal yang biasa, orang bisa mengalami berbagai halusinasi saat dalam keadaan sangat kelaparan atau terkungkung dalam ruang tertutup terlalu lama. Apalagi saat hari-hari yang dialami belakangan ini yang sangat ekstrim. Seperti hari kemarin, ada beberapa murid yang mengalami halusinasi. Mereka bersikap aneh dan kasar, bahkan ada yang menjadi sangat agresif. Serangan para zombi begitu kuat sementara kekuatan pengikut Kelompok Misterius sangat lemah sehingga membuat mereka mudah dikuasai. Dan kini, Nolan yang memiliki kekuatan tertinggi di antara mereka juga mengalami halusinasi.
Mira syok dan ketakutan. Meskipun Mira telah melewati pertarungan berdarah yang tak terhitung banyaknya dan melihat berbagai macam kekejaman, tapi apa yang dilihatnya melalui celah pintu kali ini membuat dirinya ketakutan dan jantungnya berdebar kencang. Dia melihat Nolan memotong celana panjang bagian kaki kanannya kemudian menarik celananya hingga ke paha lalu mengikat erat pahanya dengan kencang. Nolan mengambil pisau yang bersinar perak. Dia merapatkan giginya dan menutup mata! Membingungkan! Sebuah suara terdengar berusaha diredam! Mira sebenarnya sudah terbiasa berada dalam situasi seperti ini. Dia sudah biasa melihat banyak tangan dan anggota badan yang hancur dalam sebuah pertempuran. Namun, yang menakutkan baginya saat ini adalah tindakan yang dilakukan Nolan. Nolan menahan rasa sakit yang menusuk. Dia memutar pisaunya dan menaruh sesuatu ke dalam baskom! Mata Mira terbelalak. Dia terhuyung beberapa langkah ke belakang. Apa yang dia lakukan?
"Bangun, bangun. Michael, dia bangun.” Para murid Paviliun Gunung Biru yang selama ini berjaga di sisi Michael langsung berdiri penuh semangat dan berlari sambil berteriak ke luar tenda begitu Michael membuka mata. Michael membuka mata dan mengarahkan pandangan ke sekelilingnya. Meskipun tenda yang ditempatinya hanya tenda sementara tapi dekorasinya sangat mewah. Tirainya terbuat dari kain sutra berkualitas tinggi dan interiornya dipenuhi dekorasi yang sangat indah. Tenda ini lebih terlihat sebagai tempat tinggal di luar sementara dibanding asrama sementara. Sebuah kemewahan yang menakutkan! Kamu melakukan semua ini, Rahel! Begitu nama Rahel melintas di kepalanya, Michael segera berpikir jernih dan bangkit dari tempat tidur dengan cepat. Tetua Ketujuh bersama beberapa orang lainnya bergegas masuk ke dalam tenda. Mereka yang melihat Michael duduk, segera membantu Michael untuk kembali berbaring dan memeriksa nadi Michael. Pemeriksaan nadi dan luka yang dijalani Mich
“Tuan Muda, mari kita bersulang,” ujar seorang anak buah Felix yang mengangkat gelasnya tinggi."Tuan Muda, aku juga ingin bersulang denganmu.” Felix merasa sangat senang melihat semangat bersulang anak-anak buahnya. Dia menanggapi dengan antusias dan mengangkat gelasnya. Semua orang duduk setelah bersulang dan minum wine-nya. "Orang-orang dari Puncak Gunung Biru meminta kita menunggu di sini untuk sementara demi Michael. Lihat tempat ini. Membosankan sekali,” seseorang yang sudah mabuk melampiaskan unek-uneknya. "Apa-apan ini? Dia hanyalah seonggok sampah. Sial, menyuruh kita menunggu di sini sama saja dengan membunuh kita!” "Kalau aku boleh berpendapat, Tuan Muda seharusnya memukul sampah itu sampai mati. Kita lebih baik mengikuti upacara pemakaman sampah itu daripada harus menghabiskan waktu di sini.” "Sampah ini sudah tidak sadarkan diri sejak dua hari lalu. Aku tidak tahu kapan dia bangun!” Saat salah satu dari mereka bicara, yang lain menimpali. Merek
Ketika mereka mengejek Michael, mereka tidak pernah menyangka Michael akan muncul di depan mereka. Rasa percaya diri mereka jadi menciut seketika. Sebelumnya mereka yakin bisa menendang dan membunuh Michael dengan satu pukulan. Namun, ketika Michael benar-benar muncul di depan mereka, orang-orang itu langsung bersikap pengecut. Kamu bisa melihat tubuh mereka mengkerut. Jangankan memukul Michael, kentut pun mereka tak berani! “Bukankah kamu bilang ingin memukulku?" tanya Michael dingin. Wajah mereka otomatis pucat. Tanpa sadar mereka melangkah mundur!“Atau kamu yang ingin meninjuku?” Michael membalikkan badannya ke arah yang lain. Orang di belakang Michael mengikuti jejak yang lain. Dia menggelengkan kepala dan melangkah mundur. Alis Michael naik dan menatap semua orang satu per satu. Ketakutan mereka semakin menjadi-jadi.Tidak ada yang berani bernapas. Itulah gambaran yang terjadi saat ini. Semua ocehan mereka sebelumnya terdengar sangat konyol. Semua orang di sana adal