Kapak Pangu di tangan Michael tiba-tiba bergerak dan bergetar tak terkendali. Warna perunggu Kapak Pangu menghilang bersamaan dengan munculnya aliran cahaya keemasan memenuhi udara. Semburan gas hitam sekali lagi terjadi dan menutupi Kapak Pangu seperti kapak berkarat sampai akhirnya Kapak Pangu berhenti bergetar! "Apa?” Michael terkejut. Michael sontak memandang ke belakang dan melihat pria berpakaian hitam tersenyum culas. Pria berpakaian hitam kemudian melarikan diri bersama sepuluh anak buahnya. Perpisahan antara Michael dan kelompok pria berpakaian hitam pun terjadi hanya dalam waktu singkat. Mereka sudah lari menjauh ratusan meter hingga hampir tak terlihat lagi. Para biksu yang sebelumnya menyerang Michael satu per satu terbang ke dalam hutan belantara segera setelah pria berpakaian hitam dan kelompoknya melarikan diri! Felix menghadang membalikkan beberapa biksu dengan tepukan tangannya kemudian menangkap beberapa biksu yang hendak melarikan diri hanya dengan
"Aku sudah lama mendengar nama besarmu, Michael. Tidak disangka bisa bertemu denganmu hari ini. Bagaimana kalau ... kita berlomba? Kamu akan mendapatkan surat ini kalau kamu menang. Kalau kamu kalah, surat ini ....” "Setuju!” jawab Michael cepat. "Kamu tidak mau mendengar dulu apa yang akan terjadi kalau kamu kalah?” tanya Felix sambil tertawa. "Tidak perlu,” Michael menjawab dingin. “Ini bukan bukan tentang kekalahan. Aku sudah tahu hasilnya.” Sombong sekali! Berani menanggung resiko sendirian demi nasib semua orang! Itulah Michael! "Kamu telah menabur benih!” teriak Felix sambil menggertakkan gigi. Amarahnya terpancing oleh Michael, tidak peduli menang atau kalah. "Apa kamu gila?” Rahel memandang dingin Felix. Rahel tidak tahu dari mana datangnya keberanian Felix menantang Michael karena dia sudah tahu kekuatan Felix tanpa harus banyak bicara. Tidak mudah bagi Felix untuk bersaing dengan Michael. Ini hanyalah pertarungan perebutan kehormatan.
"Tetua Ketujuh, kamu sudah lama tidak ke luar dari Paviliun Gunung Biru sehingga kamu tidak tahu banyak tentang Michael. Tapi Michael tidak pernah menggunakan pedang sebagai alat membunuh!” ungkap Rahel sambil menatap mereka yang ada di angkasa. Dia tidak dapat menerima kenyataan ini untuk sementara waktu. "Tidak mungkin,” ujar Tetua Ketujuh sambil menggelengkan kepala. “Melihat teknik pedang anak itu. Teknik pedangnya tidak hanya indah, tapi juga sangat lentur. Terlihat jelas teknik itu tidak dia pelajari baru-baru ini. Menurutku dia sudah mempelajari teknik ini dari sejak lama. Dia tidak mungkin bisa ....” Keterangan Tetua Ketujuh sulit Rahel pahami. Rahel sudah menyelidiki Michael dari sejak lama. Dan selama itu pula, dia sering melihat Michael bertempur. Dalam setiap pertempurannya, Michael tidak pernah menggunakan pedang apalagi teknik pedang yang saat ini sedang dikagumi oleh Tetua Ketujuh. Tapi kenyataannya Michael bisa menggunakan pedang, dan gerakannya bagus seka
"Michael, awaaas!” teriak Rahel saat melihat Felix bangkit hendak menyerang Michael. Meskipun Rahel masih kesal pada Michael, tapi dia masih mengkhawatirkan pria yang ada di hatinya itu. Dia pun berusaha mengingatkan Michael. Kejadiannya begitu cepat. Felix sudah menggenggam pedang panjangnya saat Rahel mengingatkan Michael. Dia tiba-tiba terbang ke arah Michael dengan kecepatan luar biasa sambil berteriak penuh amarah. Michael baru saja melepaskan Felix. Pemenangnya pun sudah ditentukan. Michael pun sudah melonggarkan kewaspadaannya dan turun dari angkasa. Namun jarak yang terlalu dekat membuat Michael tidak siap mendapat serangan mendadak Felix! Pertarungan telah selesai. Semua orang yang menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri. Dibalik tangis pilu Rahel, semua orang diam-diam menyesalkan sikap Felix yang tidak ksatria, licik dan memalukan. Semua yang dilakukan Felix menggambarkan ketidakmampuan Felix dalam menghadapi Michael. Michael juga merasakan ada napas
Tetua Ketujuh terdiam seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Rahel mengarahkan pandangan pada anak buahnya yang baru saja memeriksa Michael. “Cepat katakan!” ucapnya dingin. Anak buahnya terkejut lalu mengangguk, “Nona, aku tidak memeriksa seteliti Tetua Ketujuh. Aku hanya tahu kalau Michael dalam keadaan kritis. Lukanya sangat serius.” Luka serius?! Kritis?! Otak Rahel tiba-tiba mendengung saat mendengar keterangan anak buah Tetua Ketujuh. Tubuh Felix gemetar. Dia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Felix memang ingin mengalahkan Michael, tapi ini hanya pertarungan biasa antar pria. Dia hanya ingin membuktikan kalau dirinya lebih kuat dari Michael. Bagaimanapun juga, Keluarga Fang dan Keluarga Lu memiliki sejarah panjang dalam persahabatan. Dan Keluarga Lu memiliki Rahel sebagai jagoan yang tak tertandingi. Kecantikan dan latar belakang keluarga biasanya menjadi alasan umum setiap pria untuk mendekati seorang wanita cantik. Namun, sudah bukan rahas
Perut Michael yang sekuat baja terlihat di depan semua orang sesaat setelah pakaiannya dibuka. Namun, perut itu tidak memiliki bekas luka sama sekali hingga membuat wajah Rahel sedikit merona. "Kalian lihat dengan jelas?” ucap Tetua Ketujuh dingin. "Memang benar kamu memukul Michael di bagian perut. Tapi apakah kamu melihat luka di perutnya? Tidak, tidak ada luka sama sekali.” "Aku akui kamu berhasil melayangkan serangan mendadak, tapi seranganmu tidak membahayakan lawanmu meskipun pukulanmu keras sekali!” "Jadi bisakah kamu menutup mulutmu dan mulut anak-anak buahmu yang bau itu? Kalian berisik sekali!” Sindiran pedas Tetua Ketujuh bagai tamparan keras bagi Felix. Semua orang dari Kota Huangmo langsung tak bisa berkata-kata. Rasa malu langsung menyebar ke seluruh wajah mereka. Perut Michael tidak terlihat ada luka sama sekali. Itu artinya semua bualan mereka terdengar seperti sebuah lelucon. Ucapan Tetua Ketujuh pun terus mengiang liar di telinga mereka
Felix yang selama ini membanggakan dirinya sendiri berubah pucat. Matanya dingin sambil terus menerus menggelengkan kepala. Dia mundur perlahan. Tidak mungkin, ini benar-benar tidak mungkin! Mengapa Michael bisa bertempur dengan para jagoan tadi begitu lama dalam keadaan luka separah itu?! Tidak mungkin ada orang yang bisa bertahan setelah melalui pertempuran seperti tadi. Michael tidak akan mungkin bertahan. "Bohong, kamu bohong. Dengan luka separah itu, tidak mungkin ada orang yang bisa melawan orang sebanyak itu seorang diri. Bahkan untuk melarikan diri saja akan sulit,” teriak Felix. "Tentu saja orang bisa berbohong. Tapi faktanya tidak dapat disangkal dan bukti tetaplah bukti. Kalau kamu pikir aku telah membuat kesalahan dengan diagnosaku, panggil saja orang lain yang kamu bawa yang mengiringi pasukanmu agar kamu yakin,” ujar Tetua Ketujuh dingin. "Felix, kamu pikir Tetua Puncak Gunung Biru berbuat curang atau tidak profesional dalam mendiagnosa luka Micha
Walaupun luka Michael sulit disembuhkan, tapi nyawa Michael berhasil diselamatkan berkat bantuan Tetua Ketujuh yang melakukan segala macam cara untuk mengobati Michael. Luka parah di punggung Michael berangsur membaik dengan cukup pesat setelah melalui proses penyembuhan sehari semalam. Tapi masalahnya adalah .... Dua hari telah berlalu, tapi Michael masih saja koma dan belum sadarkan diri sampai saat ini. Kondisi ini membuat Tetua Ketujuh dan yang lainnya bertanya-tanya. Hanya Michael sendiri yang tahu sejauh mana tubuhnya terluka dan seberapa lelah dirinya. Tubuh Michael sudah hampir mencapai limitnya setelah mengalami berbagai macam serangan dari sekelompok Biksu Iblis. Bahkan tubuhnya meledak dan mengobati sendiri untuk menyelamatkan diri dari kehancuran. Semua proses penyembuhan yang dilakukan tubuhnya membuat Michael tersudut ke ambang kematian. "Kalau saja bukan karena daya tahan dan kemauannya yang sangat kuat, dan andai saja dia hanya manusia biasa, Micha