"Sepertinya dia sudah ketakutan, pasti sebentar lagi akan menyerah,” Biksu Paruh Baya tersenyum dingin. "Satu segel Buddha sudah membuat anak ini muntah darah. Aku dengar guru masih memiliki seratus tujuh segel Buddha lagi. Baru mendengarnya saja ia pasti sudah mati rasa.” "Michael juga tahu dia tidak akan mampu menahannya. Jadi lebih baik menyimpan sebagian kekuatannya agar setidaknya bisa mati dengan nyaman.” Para biksu tertawa terbahak-bahak. Hanya Grace yang tidak berkomentar apa pun. Dia memang tidak terlalu mengerti apa yang sudah terjadi pada Michael, tapi dia jauh lebih mengenal Michael dari semua orang yang ada di sana. "Dia bisa mati berdiri. Namun, dia tidak akan pernah berlutut hanya untuk bertahan hidup. Mengaku kalah tidak akan ada dalam kamusnya!” Dia tidak akan menyerah! Lalu apa yang akan dia lakukan? "Auuum!” Naga Emas lainnya menyerang Gua Iblis. Michael masih juga belum bergerak. Naga Emas semakin dekat dan semakin dek
"Kamu takut semua tidak sesuai rencana, kan? Sepertinya ... begitu ...” Biksu Tua ragu. Dia berpikir sejenak. "Guru, Michael tidak akan peduli. Semua orang melarikan diri ketakutan saat mendengar Formasi Pemusnahan Iblis. Jika sampai hal ini menyebar, apa kata orang-orang di luar sana tentang kita?” "Ya, terutama orang-orang itu. Aku pikir mereka yang sedang tidur akan langsung terbangun dan menertawakan kita.” Biksu Tua berpikir dalam setelah mendengarkan masukan dari para muridnya. "Guru, akankah gadis itu akan patuh jika Michael tidak mati? Bisakah Kapak Pangu menguasainya lagi?” tanya Grace yang selama ini diam dengan dingin. Michael yang masih hidup akan menjadi ancaman besar baginya. Grace membayangkan apa yang akan terjadi jika Michael menyampaikan semua ini pada Rahel dan memprovokasi Rahel untuk balas dendam besar-besaran. Michael harus mati! Biksu Tua melirik Grace dan mengangguk dengan berat hati, “Kali ini kita harus melakukan yang terbaik. Kita
Namun, sosok tersebut kembali berubah menjadi asap lagi dalam sekejap. Suasana terasa hening, sangat hening. Bayangan hitam yang baru saja terlihat seperti terbentuk tanpa sengaja saat asap menyebar. Biksu Tua beserta para muridnya berdiri mematung. Mereka menatap ke arah tempat kejadian dan mencoba mencari jejak Michael dan Naga Merah Keemasan. Semua orang penasaran dengan keberadaan mereka. Angin dingin berhembus. Debu dan asap menghilang. Bayangan seekor naga raksasa perlahan tampak di depan mata semua orang. Tubuh naga terlihat samar-samar berdiri seperti seekor naga sakti yang mendarat dan berpatroli di langit dan bumi. Sikapnya begitu luar biasa dan mendominasi. Naga Merah Keemasan mengangkat kepala dan menurunkan cakarnya. Tubuh Michael yang kotor dipenuhi debu mirip seekor anjing mati dijepit cakar naga di tanah. Seluruh wajah Michael berlumuran darah tercampur tanah hingga membuat wajah aslinya sulit dikenali. "Hahaha!" Hati Biksu Tua yang selama i
Sosok manusia raksasa menyusut dalam sekejap dan akhirnya masuk ke tubuh Michael. "Hidup lagi!” Duaaar! Suara guntur teredam kembali terdengar. Bayangan hitam di dalam tubuh Michael sekali lagi keluar dan membesar memenuhi lembah. Meskipun bayangan hitam tidak memiliki wajah, tapi melihat sosoknya saja sudah membuat semua orang yang melihatnya merasa tersiksa. "Guru, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menguliti jiwa Michael?” tanya Grace. "Tiga hari. Hari pertama memisahkan jiwa, hari kedua memadatkan tubuh dan jiwa, dan hari ketiga memurnikan keduanya. Jiwanya tidak akan bisa melewati tubuhnya lagi setelah selesai dimurnikan,” terang Biksu Tua lembut. "Tiga hari?” Grace mengernyit seketika. Grace pikir waktu tiga hari terlalu lama. Dia hanya bisa berharap tidak akan ada mimpi buruk selama menunggunya. Pada waktu yang sama, di penginapan …. Nolan dan yang lainnya terlihat sangat kacau atau bahkan bisa dikatakan di ambang kehancuran. Padahal sehari
Tidak lama kemudian, mereka merayap ke dalam gua. Meskipun yang mereka masuki hanyalah sebuah gua, tapi gua tersebut tidak sesederhana itu. Bisa dikatakan ada gua lain di dalam gua tersebut yang menyerupai sebuah istana. Pintu masuk gua di dalam gua dijaga empat orang jagoan di mana di dalamnya terdapat dua belas pelayan. Di dalam gua tersebut ada sebuah tempat tidur batu beralaskan sutra. Seorang wanita yang sangat cantik beralis dan bermata lembut berbaring di atasnya. "Bagaimana keadaan di luar sana?”"Michael sepertinya kalah,” jawab salah satu dari mereka. Mereka berlutut dua meter sebelum mulut gua karena mereka tidak berani masuk lebih dalam lagi. Meskipun hujan terus membasahi tubuh mereka, tapi mereka mengabaikannya. "Kalah?” "Kegelapan menyelimuti gunung di sana dengan diiringi guntur dan petir yang menyambar. Kadang kala bayangan hitam raksasa muncul di lembah.” "Mantra Kebangkitan Jiwa?” si wanita mengernyit. “Para Biksu Iblis ini benar-benar beran
Felix?!Tubuh lemah Bella gemetar mendengarnya. Dia langsung mundur beberapa langkah tanpa sadar. Kepalanya menggeleng putus asa dan bergumam, “Tidak, tidak. Tidak mungkin, tidak mungkin.” Wajah Rahel kaku seketika saat melihat reaksi Bella. “Baiklah, aku tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau. Tapi aku tidak peduli apakah Michael hidup atau mati,” lanjut Rahel yang tidak bisa menahan cibirannya. "Tekanan Mantra Kebangkitan Jiwa akan membuat tubuh dan jiwa Michael membusuk dan menghilang selamanya di dunia ini.” "Rahel, bukankah kamu mengatakan kamu mencintai Michael? Kalau kamu mencintainya, apa kamu tega melihat dia mati?” Bella berteriak marah mendengar ucapan Rahel. "Bukan aku yang akan melihatnya mati, tapi kamu. Aku sudah memberinya jalan keluar, tapi sayangnya kamu tidak setuju,” balas Rahel dingin. Bella marah seketika. Selama ini dirinya sudah berkompromi. Dia memilih menjauh dari Michael dan pergi ke gurun demi menjaga kesuciannya karena tidak ingin m
"Michael sudah kehabisan waktu, Bella!” ucap Rahel dingin kemudian mundur dan berbalik untuk meninggalkan Bella. "Baiklah!” Bella menggertakkan gigi. Dia telah mengambil sebuah keputusan sulit. Sebuah senyum mencibir tersungging di ujung bibir Rahel. Namun, senyum itu menghilang dan digantikan oleh ekspresi kesedihan saat dirinya membalikkan badan, “Apa kamu yakin?” "Aku yakin!” Bella menggigit bibirnya dan mengangguk. Serangan kata-kata Rahel selalu menghantam hati semua orang yang mendengarnya. Bella tidak takut akan segala macam siksaan, tapi perasaan bersalahnya dibesar-besarkan oleh Rahel hingga membuat jantungnya berdebar kencang. Bella bahkan merasa seperti pendosa di sekitar Michael. Seperti apa yang pernah diucapkan Rahel, seseorang sering kali menyiksa orang lain dengan mengatasnamakan cinta. Bella telah menyeret Michael terlalu dalam hingga Michael berulang kali jatuh ke dalam bahaya. Seandainya saja Keluarga Fu bisa membantu Michael seperti Puncak
"Beri aku kertas dan pulpen!” pinta Bella dingin. Bella berdiri dan mendekati meja. Dia menengadahkan tangan kanannya dengan ringan. Rahel tiba-tiba berubah seperti seorang pelayan. Harga dirinya jatuh. Tapi demi lelaki itu, dia hanya bisa menggertakkan gigi. Seperti sulap, kertas dan pulpen tiba-tiba ada di tangan Rahel kemudian Rahel lalu menempatkan kertas dan pulpennya di hadapan Bella. Bella tidak lagi banyak bicara. Dia mengambil pulpennya dan dengan cepat menuliskan sesuatu di kertas. Rahel tidak dapat menahan senyum kepuasannya dengan apa yang dituliskan Bella di kertas. Tapi tidak lama kemudian, Bella tiba-tiba berhenti menulis dan berbalik. Dia berkata dingin, “Peta!” "Peta?” tanya Rahel dengan suara dingin. "Benar!” "Kamu menginginkan peta untuk apa?” tanya Rahel dengan penuh kewaspadaan. Rahel tahu peta yang diminta Bella pasti peta arah dari Dunia Bafang menuju gurun. Tapi jika benar peta tersebut yang diinginkan Bella, Rahel yakin Bella aka