Ava tidak berani marah sama sekali. Dia memilih untuk bangkit lalu berlutut dalam ketakutan. Dia tidak tahu kalau dirinya telah menyinggung tuannya. Ava tidak pernah tahu ucapan seperti apa yang bisa membuat Rahel senang atau marah. "Siapa yang menyuruhmu membunuhnya dengan tanganmu sendiri?” Rahel marah besar. Ava semakin tercengang dan cepat-cepat berlutut, “Maafkan si pelayan bodoh ini.” "Aku ingin kamu membantunya,” Rahel terkekeh. "Nona Muda, aku ini pelayan bodoh. Tapi si Pria Misterius membantu Laut Abadi hingga membuat Puncak Gunung Biru mengalami kekalahan untuk pertama kalinya. Nona dan tuan muda Adit disalahkan oleh tuan besar karena dianggap tidak bisa mengatasi pria ini. Bagaimana mungkin kamu masih mau membantunya?” tanya Ava yang merasa aneh dengan sikap Rahel. Puncak Gunung Biru kini harus melepas predikatnya sebagai salah satu dari tiga dewa. Kekalahannya mempertahankan diri sebagai satu dari tiga dewa bukan satu-satunya masalah yang harus dihadapi Pu
"Guru, kamu kenapa?” Michael cepat-cepat menarik Nourman. "Racun, racun mematikan. Racun mematikan abadi. Michael, bagaimana racun mematikan ini masuk ke dalam tubuhmu?” seru Nourman dalam keterkejutannya. Dia berusaha bangkit dan memandang Michael dengan cemas, “Cepatlah kemari. Aku tunjukkan sesuatu.” "Tidak perlu,” Michael tersenyum. “Jangan khawatir. Aku bisa hidup berdampingan dengan racun ini walaupun racunnya sangat mematikan. Racun ini tidak akan menyakitiku.” Nourman tercengang mendengar penjelasan Michael. Dia melangkah ke hadapan Michael. Energi di tangannya bergerak. Tidak lama kemudian, seluruh telapak tangannya menghitam. "Aneh sekali. Sungguh aneh,” Nourman menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku tidak pernah melihat racun aneh seperti ini sejak aku berguru selama ribuan tahun. Tapi ... kamu bisa hidup dengan racun aneh. Ini ....” "Racun mematikan ini ada di dalam tubuhku setelah Huw meracuniku dengan Racun Kehidupan dan Kematian Surgawi. Sejak saat itu, ked
Michael baru saja hendak bertanya saat tiba-tiba sebuah gambar terlintas di dalam pikirannya. Di dalam gambar itu, dia melihat lautan luas dengan permukaan air yang hijau. Suasananya berkabut dan dengan jarak pandang yang dekat. Angin sepoi-sepoi berhembus. Awan terbuka perlahan dan samar-samar terlihat sebuah pulau yang terisolasi. Pulaunya seperti pulau mimpi di bumi yang dipenuhi pepohonan hijau dan bunga-bunga merah merekah. "Guru, ini ....” Michael menggelengkan kepala. Gambar di kepalanya pun menghilang berganti dengan kenyataan. Apa yang baru saja Michael lihat sangat aneh bagi Michael. Apakah semua itu hanya ilusi setelah dia meminum air pemberian Nourman? Namun Michael merasa apa yang baru saja dilihatnya bukanlah ilusi. Michael yakin semua itu adalah nyata. Nourman tidak menjawab. Dia memandang pada tamu-tamunya yang lain. Nourman tersenyum setelah semua tamunya selesai minum air yang disajikannya. Michael memandang yang lainnya menunggu respon mereka tapi sepe
Wajah Nourman kusut tapi Michael senang mendengar suara yang berasal dari dalam kuil. Nourman menggertakkan gigi sambil memandang para tamunya, “Michael ikut denganku. Yang lainnya tunggu di luar.” Nourman mendesah panjang setelah mengatakannya. Bau yang sudah Michael kenal pun menyeruak setelah Nourman membuka gorden. Bella, Pam dan Danu tidak dapat menahan diri untuk menutup hidung. Tapi Michael tidak melakukannya. Michael mengikuti Nourman masuk ke dalam rumah tanpa mengindahkan bau busuk yang menusuk hidungnya. Keadaan di dalam masih sama seperti pertama kali Michael datang ke sana, lembab dan gelap. Sebuah peti mati dan sebuah lilin menyala di tengah ruangan. "Michael datang menemui Guru,” Michael berlutut dan menundukkan kepala penuh hormat. "Bagus, bagus. Anak yang baik,” suara dari dalam peti mati masih saja membuat Michael merinding. Nourman menggertakkan gigi dan menuntun Michael maju ke dekat peti mati. Michael mendekat ke arah peti mati. Bau meny
"Ah! Ah! Ah!"Michael berteriak kesakitan. Tangan Michael seperti tersengat listrik saat menyentuh Guru. Sengatannya pun menjalar dengan cepat dari ujung jari ke seluruh tubuh Michael. Tubuh Michael memancarkan cahaya keemasan yang sangat menyilaukan. "Tidak, tidak, tidak!” Nourman berteriak histeris. Dia terkejut dengan sorot mata penuh kesedihan. Bella dan yang lainnya menerobos masuk saat mendengar teriakan dari dalam kuil. Mereka semua kaget melihat apa yang terjadi. Mereka ketakutan dan terkejut karena melihat keadaan Michael. Si buah ginseng tersenyum santai, “Tidak apa-apa. Dia tidak akan mati. Ayo cepat ke luar.” Si buah ginseng mendorong Bella dan yang lainnya ke luar rumah. Walaupun Bella sangat khawatir dengan keadaan Michael tapi ketika si buah ginseng mengatakan Michael akan baik-baik saja, Bella pun segera berjalan ke luar rumah. Terlebih lagi, Nourman dari sejak awal tidak mengizinkan mereka masuk ke dalam rumah. Bella pun harus pergi. Boom!!!Gelom
Di halaman, banyak mayat bergelimpangan bersimbah darah. Sementara yang masih hidup berteriak saling bersahutan seperti di ruang tunggu yang menunggu kematian tiba. Teriakan histeris juga terdengar dari atas ruang utama. Kaki para pengawal pria Keluarga Fu yang berjumlah lebih dari 12 orang diikat rantai panjang. Para wanita muda yang berjumlah lebih dari 30 orang pun tidak luput dari sasaran. Mereka diikat hingga rambut mereka berantakan, pakaiannya terkoyak dengan wajah panik. Cameron duduk di kursi peradilan. Dia telah kehilangan segalanya. Setelah semuanya terjadi, dia tidak mungkin lagi bisa menjadi pemimpin tiga keluarga. Seorang pria kekar menyeret anggota Keluarga Fu yang masih muda dengan seutas tali panjang. Wajahnya mencemooh. Dia tidak menghormati Cameron sama sekali, “Pak Tua Cameron, aku sudah selesai menyisir gerbang timur. Aku pergi.” Seorang anggota keluarga senior Keluarga Fu mendekati si pria kekar. Dia memohon saat melihat anaknya menjadi tawanan s
Pedang yang tertancap tepat di depan ujung sepatu Panji yang jaraknya bahkan tidak sampai selebar sehelai rambut masih terus bergoyang. Panji terkesima. Dia pikir orang yang melemparkan pedang padanya adalah seorang jagoan pedang yang bisa mengendalikan kekuatan pedangnya dengan sangat baik. Panji menatap pedang yang berada di hadapannya lekat-lekat. Beberapa anak buah Panji yang berada di belakangnya langsung waspada dan menarik pedang mereka masing-masing tanpa komando. Panji merinding karena dia tidak merasakan fluktuasi energi di sekitarnya. Apalagi orang lain. Mereka yang dikirim Laut Abadi untuk memporak-porandakan Keluarga Fu bukanlah orang sembarangan. Begitu pun dengan Panji. Dia cukup diandalkan dan kekuatannya bisa membunuh banyak orang. Panji pun menjadi bagian dari jagoan yang diperhitungkan di Dunia Bafang. Namun saat ini dia tidak dapat merasakan fluktuasi energi yang biasanya dirasakan seorang jagoan saat jagoan lain berada di sekitarnya. Apa mungkin
Pedang emas saktinya yang kuat dan tak bisa dihancurkan bagai ditusuk hingga membentuk lubang hanya karena setetes cairan tujuh warna sebesar butiran pasir. Sekeliling lubangnya menghitam seketika. Hmmm ….Apa yang terjadi? Hanya setetes darah tapi bisa menembus pedang emasnya. Panji tidak yakin dirinya akan menang kalau dia benar-benar bertarung melawan si pria itu. Panji pun melarikan diri tanpa pikir panjang. Seluruh anggota Keluarga Fu tersadar dan menarik napas lega segera setelah Panji melarikan diri. Cameron meminta seseorang melepas tali yang mengikat Mira dan yang lainnya. Dia mendekati si pria dan berkata dengan gembira, “Aku sangat menghargai bantuanmu, anak muda. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada kami jika kamu tidak datang.” "Apa boleh aku menginap satu malam saja?” bisik si pria. Cameron mengernyit mendengar suara si pria. Dia merasa suara itu tidak asing baginya. Namun melihat si pria menunggu jawabannya, Cameron tidak terlalu
“Malam sudah larut. Kembalilah ke pondok dan istirahatlah.”Michael menepuk bahu si trenggiling dan membawanya menuju halaman belakang.Di halaman belakang, Sari sedang duduk dalam keadaan gelisah. Dari sorot matanya yang indah, terlihat perasaan cemas dan kesepian.Ketika Jenny datang dengan penuh kegembiraan mengumumkan kembalinya Michael, mata cantik Sari menjadi berbinar-binar. Meskipun dia adalah seorang perempuan yang terbiasa bersikap anggun, tetap saja Sari tidak bisa menahan diri untuk cepat-cepat menyambut kedatangan Michael. Ketika melihat Michael, mata Sari yang indah menampakkan rasa haru, cemas dan gembira. Bibir merahnya terbuka. Michael tidak bisa menahan diri untuk tidak terkejut. Sebelumnya Michael menjaga jarak dengan Sari. Sekarang Michael tersenyum padanya.Meskipun hanya senyuman, namun makna dari senyuman itu terlihat jelas.Sari memahami senyuman Michael. Dalam hatinya, dia merasa sedih. Namun Sari tetap tersenyum. “Hei, kalian ke mana saja? Tahuk
Parza menghela napas panjang sambil menatap Felix, yang sudah dibawa jauh. Putranya melihat Parza dengan tatapan putus asa. "Dewa Es, aku sudah menghukum anakku. Kalau kamu masih belum puas, aku bersedia menambah hukumannya."“Bukankah besok putramu akan menikah? Itu adalah acara besar Keluarga Fang, bukan? Mengapa kalian melakukan sesuatu yang serius seperti ini?" Michael tertawa. Perlahan-lahan dia berdiri, "Begini saja. Tambahkan hukuman itu ketika dia sudah menikah nanti, atau ketika suasana hatiku sedang buruk. Bagaimana?"Mata Parza melebar. Bagaimana Dewa Es bisa bersikap murah hati seperti ini? Dewa Es membela Felix meskipun dirinya dimasukkan ke dalam Penjara Langit dan diberi hukuman es dan api. Tuan Onn mengerutkan dahi dan memandang Michael dengan aneh.Meskipun sosok laki-laki di depannya masih muda, tapi dia memiliki kebijaksanaan seperti tetua. Tidak jadi menghukum Felix? Apa … apa Dewa Es menyukai Keluarga Fang?Parza tidak tahu pikiran Michael tapi baginya
Felix mengerutkan dahi, "Aku benar-benar bingung dengan sikap kalian. Aku menangkap seorang laki-laki yang menganiaya perempuan tua. Kenapa sikap kalian berlebihan seperti ini?""Orang ini cukup kuat meskipun sudah melakukan kejahatan. Jadi aku memberinya hukuman kecil sekaligus sebagai bentuk peringatan."Felix menatap Michael dengan kejam.Laki-laki sialan ini pasti menceritakan kejadian yang tidak sebenarnya kepada Tuan Onn dan ayahnya, Parza sehingga membuat keduanya marah. Felix ingin menambah hukuman Michael!Hukuman kecil?!Mata Tuan Onn dan Parza melebar. Kaki Dewa Es hitam seperti batu bara. Bagaimana mungkin hukuman yang diberikan kepada Dewa Es ini bisa disebut hukuman kecil?!Parza dan Tuan Onn sudah hidup lama di dunia gurun. Bagaimana mungkin mereka tidak tahu hukuman apa yang digunakan sehingga menyebabkan kaki seseorang menjadi hitam?!Jika Michael adalah orang biasa, mereka tidak akan semarah ini tapi ini Dewa Es! Semakin memikirkannya, Tuan Onn semakin jeng
Felix terlihat bangga. Penerangan Penjara Langit itu relatif gelap. Felix tidak menyadari ekspresi kemarahan di wajah ayahnya. Felix menatap Michael yang ada di dalam sel penjara sambil mendengus. Dari tatapan Felix seolah-olah dia memberi tahu Michael bahwa meskipun ayahnya, Parza datang, itu bukanlah jaminan nyawa Michael bisa diselamatkan. Felix tidak bisa menyembunyikan rasa puasnya ketika melihat bekas pertarungan di sekeliling Penjara Langit. Sepertinya si pembunuh sudah menghajar Michael berkali-kali. Namun, yang membuat Felix senang adalah Michael tetap hidup setelah mengalami penyiksaan seperti itu.Kalau saja Felix mengetahui bahwa Michael adalah Dewa Es, maka semua ini tidak akan terjadi. Tidak seperti Felix, Parza menggertakkan gigi dan ingin meluapkan amarahnya. Jika sebelumnya Felix adalah kebanggaan besar dalam hidupnya, sekarang Parza merasa lebih baik memiliki telur daripada memiliki anak bodoh seperti itu.“Apa jangan-jangan kamu menangkapnya?” tanya Parza
Kacau!Berantakan!Ruangan sel Penjara Langit itu begitu berantakan. Dari situ terlihat bekas pertarungan yang sudah terjadi. “Apa ini?” Tuan Onn terkejut melihat pemandangan di depannya ini. Firasat tidak enak muncul di hatinya. Apa jangan-jangan Dewa Es ….“Parza!” teriak Tuan Onn. Parza tidak berdaya melihat situasi di dalam penjara tersebut. “Keluarga Fang, tunggu saja nasib kalian. Kalian akan dikuburkan bersama-sama,” Tuan Onn menggelengkan kepala. Dia segera bergegas masuk ke dalam penjara.Parza masih berlutut. Matanya kosong. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Setelah melihat Tuan Onn masuk ke dalam penjara, Parza segera tersadar. Buru-buru dia berdiri dan berkata pada salah satu pelayan, "Pergi … pergi jemput anakku yang bodoh itu ke sini.”Pelayan itu mengangguk dan segera pergi. Sejenak Parza menjadi ragu. Dia menghela napas dan menghirupnya. Kemudian bersama pelayannya yang lain, Parza segera masuk menuju Penjara Langit.Penjara itu gelap dan bau. Orang - o
Penjara Langit!Tidak perlu dijelaskan lagi apa makna tempat itu bagi Keluarga Fang, apalagi Tuan Onn. Tidak mungkin!Kaki Parza lemas. Tubuhnya bergoyang hingga menabrak meja di belakangnya. Meja kayu itu mundur beberapa meter.Namun, ketika Parza tidak bisa menahan lagi, para pelayan itu datang membantunya!Penjara Langit adalah tempat dikurungnya orang-orang yang paling keji. Lingkungan penjara itu juga buruk. Jika orang biasa masuk ke dalam Penjara Langit, hal itu biasa saja tapi ini Dewa Es! “Lihat apa yang kamu lakukan!” Tuan Onn menjadi marah. Meskipun Tuan Onn tidak berinteraksi langsung dengan Dewa Es. Namun sebagai manusia gurun, dukungan Dewa Es terukir di tulangnya. Bagaimana mungkin Tuan Onn tidak marah ketika Dewa Es dipenjara di tempat seperti itu?!Parza jadi tambah lemas. Dia terhuyung dan duduk di tanah.Benar. Apa sebenarnya yang dilakukan Keluarga Fang di sini?!"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Cepat jemput dia!" Tuan Onn segera membentak dan berge
Jika bukan karena pelayan di belakangnya yang buru-buru membantunya, Parza sudah pasti jatuh lemas duduk di tanah. Itu dia!Ternyata itu dia!Dia adalah teman Dewa Es!Berarti ….Tuan Onn mengerutkan dahi. Memang dia yang memberikan saran untuk pergi ke penjara, tapi tetap saja dia jadi terkejut melihat ucapannya terbukti.“Lihat apa yang telah kamu lakukan!” Tuan Onn mengutuk Parza. Dia mendorong si pengawal dan membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada si trenggiling, "Pahlawan Muda, kenapa … kamu ada di sini?"Parza segera tersadar dari rasa terkejutnya ketika dimarahi oleh Tuan Onn. Dia menyadari kesalahannya dan bergegas maju dengan panik. Ketika Tuan Onn menangani trenggiling, Parza segera mengambil tindakan yang diperlukan. Dia menendang pengawal hingga jatuh ke tanah."Berani-beraninya kamu! Berani-beraninya kamu memperlakukan tamu Keluarga Fang seperti ini? Aku ingin kamu mati. Pengawal!" teriak Parza. "Hadir!"“Bawa orang itu pergi. Potong tubuhnya menjadi d
Alis Parza berkerut. Dia berkata dengan nada mendesak, "Tuan Onn, tolong beri tahu aku."“Parza. Jika kamu hanya berambisi menjadi kepala keluarga, kemampuanmu yang sekarang sudah lebih dari cukup. Namun, jika kamu ingin jadi pemimpin masa depan dunia gurun, tentunya kemampuanmu yang sekarang tidaklah cukup."Kalau orang lain membicarakan Parza seperti itu, tentu saja Parza tidak akan senang. Bahkan dia bakal sangat marah.Namun karena ucapannya ini datang dari Tuan Onn, Parza menerimanya dengan rendah hati."Tolong beri aku nasihat, Tuan."“Jika orang itu memiliki ambisi besar di masa depan, dia tidak boleh melupakan hal kecil. Bahkan dia harus bisa kejam," Tuan Onn berdiri dan tersenyum. Dia datang mendekati Parza dan menepuk pundaknya. Tuan Onn menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kalau kamu masih menjaga hatimu seperti ini, kamu tidak akan bisa maju."“Hatiku?” Parza jadi bingung. “Parza, jangan terlalu mempercayai orang lain, terutama orang-orang di sekitarmu,” ujar Tuan
Tuan Onn tidak langsung menjawab pertanyaan Parza. Dia mengerutkan dahi seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.Parza sudah tidak sabar, tapi dia tidak berani mengganggu Tuan Onn. Jadi Parza hanya bisa berdiri di sana. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Waktu berlalu. Mungkin dalam suasana hati Parza saat ini, satu menit terasa seperti setahun. Tuan Onn mengerutkan dahi. Perlahan-lahan dia menatap Parza, "Apa menurutmu itu tidak aneh?”“Tuan Onn, apanya yang aneh?”“Maksudku, Dewa Es,” jawab Tuan Onn sambil mengerutkan dahi. “Dewa Es?” Parza jadi lebih bingung."Rumah ini dijaga ketat, apalagi ketika perjamuan besar. Tentunya tidak mudah bagi siapa pun untuk keluar masuk rumah ini tanpa ijin. Bahkan jika Dewa Es memiliki kemampuan luar biasa, tidak mungkin dia bisa menghilang."“Aku juga berpikir seperti itu tapi aku juga tidak memahaminya,” Parza mengira Tuan Onn kepikiran sesuatu tapi ketika mendengarnya, Parza jadi lemas. Selain itu, apa alasan Dewa Es pergi?"Maksud Tua