"Hai, Mas Harvey. Gimana tidur kamu semalam? Sayang banget kamar kamu dikunci pintunya dari dalam, padahal aku pengin nyusul buat nemenin kamu bobo biar nggak kesepian dan kedinginan setelah ditinggalin sama Kak Isya!" celoteh Alicia di meja makan pagi itu.Harvey tersenyum tipis memandangi wajah full vermak perempuan keganjenan itu. "Hai juga, Alicia. Makasih sudah perhatian sama aku ya. Memang sudah kebiasaanku sejak dulu kalau tidur selalu kunci pintu. Takut dimasukin orang yang berniat jahat aja sih alasannya. Tahu sendiri kalau orang kaya takut mati!" jawab Harvey berkelit dengan ahli."Kalau nanti aku minta ditemani belanja di mall apa boleh, Mas?" Alicia sudah tak sabar untuk berfoya-foya dengan uang Harvey yang unlimited. "Boleh, sepulang kantor ya? Aku soalnya hari ini aku sibuk meeting sama klien," jawab Harvey lalu dia bangkit dari kursinya sesudah sarapan paginya berakhir singkat. Alicia yang bangun siang dan baru akan mulai sarapan pun terpaksa berdiri lalu mengantarkan
"Bu Cintya, ada yang mencari di depan ruangan. Namanya Pak Pedro. Apa boleh saya persilakan masuk ke mari?" Sekretaris Cintya menghadap di ruang kerja presdir.Mata Cintya membulat karena dia tak menyangka akan mendapat kunjungan dari ayah janinnya setelah nomor ponsel Pedro dia blokir beberapa hari lalu. Pasalnya, dia mendengar bahwa pria itu masih jalan dengan Tante Vina. Dia tak mau berada di balik bayang-bayang perselingkuhan. Lebih baik menjadi single mom yang bermartabat dari pada mengemis pertanggung jawaban ke pendonor benih tak sengaja di rahimnya."Ehm ... gimana, Bu?" tegur Karmila yang lama tak kunjung mendapat jawaban dari bosnya."Oke, suruh masuk deh. Akan aku temui sebentar. Oya, tahan telepon atau tamu lain yang ingin menghubungiku ya, Mil!" jawab Cintya seraya bangkit berdiri dari kursi kerja presdir. Dia pindah ke sofa dan menantikan kehadiran Pedro."TOK TOK TOK." Ketokan jamak itu terdengar disusul seorang pria bertubuh jangkung atletis dengan balutan setelan jas
"Mama, ini istri baru Pedro. Namanya Cintya!" ujar pemuda itu ketika menemui ibundanya, Nyonya Rosma Husodo di ruang tengah kediaman Husodo.Dengan sedikit terkejut karena baru sekali menemui wanita yang tengah berbadan dua di hadapannya itu, ibunda Pedro bangkit dari sofa lalu menghampiri Cintya. Dia memeluk menantunya lalu berkata, "Selamat datang di rumah keluarga kami. Kalau boleh tahu, apa ini calon cucuku, Cintya?" "Terima kasih, Nyonya. Sayangnya ... iya, aku dan Pedro khilaf—" Cintya menunduk dengan wajah merona karena malu. "Jangan panggil Nyonya, cukup mama saja. Kamu istrinya Pedro sekarang. Nanti kalau suamiku pulang kantor, kamu akan kuperkenalkan juga," balas Nyonya Rosma lalu dia berpaling ke putranya dan bertanya, "Pedro, apa istrimu akan tinggal di sini mulai hari ini? Tidur di kamar yang mana?" "Bersamaku di kamar yang kutempati sekarang, Ma. Aku ingin menjaga calon cucu Mama dengan baik kali ini. Kehamilannya juga sisa beberapa bulan saja, aku akan jadi suami si
"Mas Harvey, aku mau anting berlian berbentuk bunga Anggrek ini dong. Cakep banget deh!" rayu Alicia saat mencoba perhiasan mahal di sebuah jewelry ternama di mall Fritzgerald."Boleh, beli saja. Nanti aku yang bayar!" sahut Harvey ringan seraya mengeluarkan dompet kulit berlogo Hermes miliknya dari saku dalam dada jasnya.Mata Alicia langsung ijo melihat kartu blackcard dengan nama Harvey tertulis jelas di atasnya. 'Wow ... tajirnya bukan main. Ini baru namanya crazy rich!' desah kagum Alicia dalam hatinya."Mas, kalau beli satu set aja bareng kalung dan gelangnya juga model bunga Anggrek ini boleh nggak?" timpal Alicia sebelum Harvey membayar anting berlian dua karat itu ke kasir.Sekilas tatapan Harvey mengeras sebelum menutupinya dengan senyuman tipis. "Silakan saja, apa yang nggak buat kamu, Alicia!" jawabnya lalu meminta pramuniaga Jewelry itu membungkus satu set model perhiasan yang diinginkan oleh Alicia.Senyuman lebar penuh kemenangan menghiasi wajah Alicia. Dia berhasil mem
"Alicia, maaf ... aku ada meeting dadakan dengan klien penting. Pulanglah dahulu diantar sopir dan para pengawalku. Tak usah menungguku!" ujar Harvey ketika baru saja duduk ke bangku belakang mobil sedan mewahnya. Dia membuka kembali pintu mobil itu untuk turun."Tunggu Mas!" sergah Alicia. Dia menarik lengan Harvey lalu mendaratkan ciuman di pipi pria itu dengan cepat sehingga agak mengejutkan Harvey. "Hati-hati ya, Mas. Sampai ketemu nanti di rumah!" pesannya disertai senyuman manis.Harvey tak banyak bicara seperti biasa dan hanya mengangguk. Dia keluar dan menutup lagi pintu mobilnya. 'Hmm ... asal nyosor macam entok aja!' kesalnya dalam hati sembari melangkah masuk lagi ke mall.(entok: itik serati yang suka mengejar dan menggigit)Dia melangkah cepat menuju lift untuk naik ke lantai tiga. Di dalam lift Harvey berpikir lagi dan merubah lantai tujuan saat membaca keterangan isi lantai mall miliknya. "TING." Lift itu sampai di lantai dua dan Harvey bergegas keluar dengan tujuan ya
"Ckk ... meeting apaan sih? Sudah nyaris tengah malam belum pulang juga Mas Harvey!" gerutu Alicia yang telah berdandan maksimal dan mengenakan lingerie merah semi transparan untuk menggoda Harvey malam ini.Alicia pun berjalan mondar-mandir dari jendela kamarnya yang menghadap ke halaman depan ke tempat tidur. "Hmm ... ini pasti ada yang nggak beres. Kenapa Mas Harvey seperti dingin kepadaku beberapa hari belakangan? Besok siang aku mau temui lagi Mbah Darwis. Dukun gelo itu harus bertanggung jawab kalau ajian pengasihan yang dia berikan nggak sesakti testimoni Tante Citra!" gumam Alicia sambil duduk di bingkai jendela kamar tidurnya di lantai tiga.Di antara rumpun mawar Perancis yang berbunga lebat, Jarwo setia memperhatikannya dari kejauhan. Semakin hari rasa ketertarikannya atas Alicia bertambah gila. "Neng Alicia, Mamang cinta mati sama kamu. Seandainya boleh, pasti Mamang akan panjat dinding itu buat temui Neng di lantai tiga!" ujarnya dengan tatapan mendamba.Sayang sekali, je
"Masss ... pelan dong ... akhh!" Isyana terisak-isak dalam dekapan Harvey yang posesif karena serangan fajar telah dimulai. Baru beberapa jam dia terlelap ke alam mimpi, tetapi suaminya kelewat bergairah karena lama terpisah ranjang darinya."Ohh ... iyaa, maaf ... maafin, Mas ya. Hmphh ... enaknya kebangetan soalnya nih!" sahut Harvey yang bermandikan peluh menggenjot istrinya di ujung pagi nan dingin. Isyana mengerutkan keningnya protes. "Dimaafin, tapi Mas jangan kelewat napsu deh. Gede banget onderdil kamu itu, panjang pula!" Harvey terkekeh sembari mengecupi pipi dan bibir wanita yang sedang ngambek itu. "Yoii ... kualitas terjamin mah punya suami kamu ini, Isya!" "Yaelah, ngiklan Mas? Kok kayak semen aja ckckck!" seloroh Isyana yang masih terguncang-guncang akibat hentakan perkasa tubuh suaminya. Sesekali dia memejamkan mata sambil menggeram karena sensasi penuh di lubang kecilnya membuat dia serasa nyaris pingsan.Sebuah hentakan keras terjadi sebelum Harvey buru-buru mencab
"Hmm ... sungguh betina satu itu tak berakhlak! Rasanya aku risih sekali harus membiarkannya menyentuh tubuhku setelah tahu ritual pengikut setan yang dia lakukan dengan dukun cabul tadi," gerutu Harvey di kamar tidurnya yang sunyi senyap.Pria itu hanya tinggal bersama para bawahannya di kediaman Dharmawan. Bahkan, Lorenzo ikut diungsikan agar tak terlibat dalam kerumitan rencana menjebak Nyonya Marissa Gunarti dan Alicia. Hanya Bob Oliver yang sesekali masih berada di dekatnya karena pria bule yang telah menjadi WNI itu adalah asisten pribadinya.Dengan yakin Harvey menghubungi Pak Syarif Raharja, notaris keluarga Dharmawan sejak zaman kedua orang tuanya masih hidup. "Halo, Om Syarif. Ini Harvey. Ada hal penting yang harus kubicarakan sama Om makanya maaf mengganggu malam-malam begini.""Halo, santai aja Harvey. Jadi apa yang mau dibicarakan?" jawab notaris senior tersebut di telepon."Begini Om, saya dan istri memiliki problem terkait keluarga tirinya. Ada ibu tiri dan adik tiri ya
Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g
"Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f
Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se
Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.