"Ckk ... meeting apaan sih? Sudah nyaris tengah malam belum pulang juga Mas Harvey!" gerutu Alicia yang telah berdandan maksimal dan mengenakan lingerie merah semi transparan untuk menggoda Harvey malam ini.Alicia pun berjalan mondar-mandir dari jendela kamarnya yang menghadap ke halaman depan ke tempat tidur. "Hmm ... ini pasti ada yang nggak beres. Kenapa Mas Harvey seperti dingin kepadaku beberapa hari belakangan? Besok siang aku mau temui lagi Mbah Darwis. Dukun gelo itu harus bertanggung jawab kalau ajian pengasihan yang dia berikan nggak sesakti testimoni Tante Citra!" gumam Alicia sambil duduk di bingkai jendela kamar tidurnya di lantai tiga.Di antara rumpun mawar Perancis yang berbunga lebat, Jarwo setia memperhatikannya dari kejauhan. Semakin hari rasa ketertarikannya atas Alicia bertambah gila. "Neng Alicia, Mamang cinta mati sama kamu. Seandainya boleh, pasti Mamang akan panjat dinding itu buat temui Neng di lantai tiga!" ujarnya dengan tatapan mendamba.Sayang sekali, je
"Masss ... pelan dong ... akhh!" Isyana terisak-isak dalam dekapan Harvey yang posesif karena serangan fajar telah dimulai. Baru beberapa jam dia terlelap ke alam mimpi, tetapi suaminya kelewat bergairah karena lama terpisah ranjang darinya."Ohh ... iyaa, maaf ... maafin, Mas ya. Hmphh ... enaknya kebangetan soalnya nih!" sahut Harvey yang bermandikan peluh menggenjot istrinya di ujung pagi nan dingin. Isyana mengerutkan keningnya protes. "Dimaafin, tapi Mas jangan kelewat napsu deh. Gede banget onderdil kamu itu, panjang pula!" Harvey terkekeh sembari mengecupi pipi dan bibir wanita yang sedang ngambek itu. "Yoii ... kualitas terjamin mah punya suami kamu ini, Isya!" "Yaelah, ngiklan Mas? Kok kayak semen aja ckckck!" seloroh Isyana yang masih terguncang-guncang akibat hentakan perkasa tubuh suaminya. Sesekali dia memejamkan mata sambil menggeram karena sensasi penuh di lubang kecilnya membuat dia serasa nyaris pingsan.Sebuah hentakan keras terjadi sebelum Harvey buru-buru mencab
"Hmm ... sungguh betina satu itu tak berakhlak! Rasanya aku risih sekali harus membiarkannya menyentuh tubuhku setelah tahu ritual pengikut setan yang dia lakukan dengan dukun cabul tadi," gerutu Harvey di kamar tidurnya yang sunyi senyap.Pria itu hanya tinggal bersama para bawahannya di kediaman Dharmawan. Bahkan, Lorenzo ikut diungsikan agar tak terlibat dalam kerumitan rencana menjebak Nyonya Marissa Gunarti dan Alicia. Hanya Bob Oliver yang sesekali masih berada di dekatnya karena pria bule yang telah menjadi WNI itu adalah asisten pribadinya.Dengan yakin Harvey menghubungi Pak Syarif Raharja, notaris keluarga Dharmawan sejak zaman kedua orang tuanya masih hidup. "Halo, Om Syarif. Ini Harvey. Ada hal penting yang harus kubicarakan sama Om makanya maaf mengganggu malam-malam begini.""Halo, santai aja Harvey. Jadi apa yang mau dibicarakan?" jawab notaris senior tersebut di telepon."Begini Om, saya dan istri memiliki problem terkait keluarga tirinya. Ada ibu tiri dan adik tiri ya
"Ada apa, Mang Jarwo?" tanya Alicia dengan agak terkejut bercampur salah tingkah karena tiba-tiba tukang kebun yang sok caper itu menghampirinya di tepi kolam. Dia pun sadar diri penampilannya terlalu sexy hanya berbalut bikini two piece warna terang menyala.Jarwo yang mabuk kepayang dengan pesona Alicia dari visual dan masih pula ditambah insiden celana dalam majikannya yang ditukar untuk diguna-guna ke dukun melayangkan tatapan ganasnya ke sekujur tubuh Alicia. Segera dia meraup tubuh ramping semlohay bak gitar Spanyol itu ke gendongannya. "Airnya dingin, nggak ada matahari juga kebetulan pagi ini. Neng Alicia nanti bisa masuk angin!" ujar Jarwo sok perhatian sambil membawa perempuan itu ke bangku tepi kolam renang lalu segera menghanduki tubuh Alicia.Dengan histeris Alicia berteriak kesetanan karena risih. "HWAAAAAA!" Namun, Jarwo malah membelai puncak kepala Alicia seolah-olah tak sadar diri dialah penyebab teriakan cetar membahana tersebut. "Apa ada tawon, Neng? Di mana ... d
"Ouch ... pusing sekali kepalaku!" Harvey yang pingsan berjam-jam akhirnya siuman juga di atas tempat tidurnya. Dia pun duduk bersandar di kepala ranjang lalu melihat Bob sedang tertidur di sofa kamarnya. "Ada apa ini? Kenapa Bob malah menginap di kamarku?" gumam Harvey kebingungan lalu di turun dari tempat tidur untuk menghampiri asisten pribadinya tersebut yang masih tertidur pulas.Setelah ditepuk-tepuk lengannya beberapa kali, Bob pun terbangun. "Ohh ... Tuan Muda Harvey, Anda sudah bangun rupanya. Maafkan atas tindakan keras saya tadi. Jadi saat makan malam, Anda sepertinya telah dihipnotis oleh Alicia sehingga setuju untuk naik ke kamarnya seusai makan. Saya mengikuti kalian lalu memukul tengkuk Anda sampai pingsan tadi dari pada Anda terlibat permainan berbahaya yang telah disiapkan oleh perempuan gatal itu!" tutur Bob langsung ke intinya.Harvey pun berdehem dan menganggukkan kepalanya tanda paham. "Kau sudah melakukan tindakan yang benar, Bob. Lalu apa dia tidak menggedor-ge
"Bagaimana tidurmu semalam, Al?" tanya Harvey berpura-pura ramah kepada Alicia saat sarapan bersama.Dari seberang meja Nyonya Marissa yang kebetulan ikut sarapan dan mengamati interaksi Harvey dan Alicia, lebih karena penasaran bagaimana hasil perjuangan putrinya tadi malam memuaskan milyarder tampan itu."Nyenyak banget, Mas. Makasih ya sudah temani Al sampai pagi!" jawab Alicia dengan senyuman manis disertai tatapan penuh arti.Bob yang ikut duduk di meja makan berdehem keras agar majikannya tak kena guna-guna berbahaya lagi. "Tuan Muda Harvey, apa Anda jadi berangkat ke Singapore hari ini?" ucapnya agak kencang, sengaja.Harvey mengerjap-ngerjapkan matanya dan menoleh ke Bob. Dia nyaris terkena jerat pesona gaib Alicia sekali lagi. "Ohh ... iya. Makasih, Bob!" sahutnya lalu dia menekuri piring berisi butter rice dengan cocktail beef sausages dan beef bacon yang lezat itu agar tak perlu memandangi wajah Alicia."Al, aku akan melakukan perjalanan bisnis ke Singapore beberapa hari. S
"Permisi, Nyonya Marissa. Saya ada perlu sedikit dengan Anda!" ujar Bob Oliver di ruang tengah kediaman Dharmawan siang itu.Dengan alis berkerut keheranan karena asisten pribadi Harvey itu ingin berbicara dengannya, Nyonya Marissa Gunarti pun berkata, "Silakan duduk dulu, Mister Bob. Ada perlu apa ya?" Setelah duduk di sofa berseberangan dengan wanita paruh baya bertubuh subur dan rambut sepunggung yang diwarnai ungu merah sedikit norak sekalipun kekinian itu, Bob mencoba menunjukkan sikap bersahabat. "Begini lho, Nyonya. Saya ada penawaran menarik ... ini terkait asetnya Tuan Muda Harvey!" pancingnya dengan tepat.Mata bernaung bulu mata ekstension itu membulat penuh ketertarikan. Agak mencengangkan awalnya, tetapi hal itu yang dikejarnya sejak semula tahu bahwa Harvey bukan pria kere bin miskin seperti dugaannya. "Aset apa nih maksudnya, Mister Bob? Anda nggak lagi bercanda atau itu ... ngeprank ke saya 'kan?" tanya Nyonya Marissa agak gelisah. "Ini benar kok, saya serius. Jadi
"Mister Bob, tolong bantu saya untuk mempercepat pemindahan aset Harvey. Saya butuh uang segera nih!" desak Nyonya Marissa di telepon. "Baik, hanya saja Anda harus memalsukan tanda tangan Tuan Muda sendiri ya. Nanti saya perlihatkan contohnya via file yang dikirim ke HP Anda, Nyonya. Pastinya Anda juga punya notaris kepercayaan, bukan? Dia bisa mengurus surat-suratnya. Coba buka ruang kerja Tuan Muda Harvey di rumah, itu ada semua di laci meja sertifikat apartemen dan perumahan baru jadi yang belum launching!" tutur Bob memberikan petunjuk ke Nyonya Marissa. Dia harus cuci tangan dari skandal penipuan berbahaya ini."Wah, terima kasih, Mistet Bob. Akhirnya persoalan saya bisa terselesaikan. Ini memang lagi butuh duit mendesak sekali. Pelayan-pelayan di rumah sini demo minta gaji kalau nggak mau kabur. Dasar sialan mereka itu!" cerocos Nyonya Marissa sambil berjalan cepat menuju ruang kantor Harvey yang ada di kediaman Dharmawan.Ketika dia mencoba membuka pintu ternyata tak dikunci,
Lampu-lampu di taman bunga yang dinamai Luna-Alba City Garden mulai dinyalakan sore jelang petang. Sepasang suami istri yang bergandengan tangan menyusuri jalan setapak di antara rimbunnya pepohonan pinus itu saling melempar tatapan mesra."Mas bangga sama kamu, Isya Sayang!" ujar Harvey dengan senyuman lebar."Makasih, Mas. Banyak hal yang kucapai hingga saat ini, semua nggak lepas dari dukungan yang besar dari kamu!" sahut Isyana kalem. Dia tidak lantas besar kepala karena pencapaiannya. Jauh di lubuk hatinya, Isyana masih sama seperti dulu. Wanita yang lugu dengan cara pandang sederhana terhadap kehidupan. Harvey menghentikan langkah mereka karena keduanya telah jauh dari keramaian. Dia melingkarkan kedua lengannya di punggung Isyana sembari menatap wajah cantik jelita istrinya. "Terima kasih untuk tidak berubah. Di mataku, kamu wanita yang mengagumkan dengan ketegaran dan kemurnian langka. Isya ... apa kau tahu jikalau aku bisa, seisi dunia akan kupersembahkan di bawah kakimu!" g
"Jeng Cintya, lama nggak ketemu buntutnya sudah banyak aja nih!" sapa Isyana di sebuah family restoran yang ada di Jakarta Pusat. Dia bertukar peluk cium dengan sahabat lamanya itu yang memang belakangan sangat sibuk dengan karir dan keluarganya.Cintya Husodo, istri pengusaha tekstil dan garment tersebut hanya bisa tertawa malu-malu. Selama lima tahun pernikahan, mereka telah memiliki tiga anak, yang pertama perempuan yaitu Khanza. Adiknya laki-laki bernama Xavier, yang bungsu juga laki-laki yaitu Ronaldo. Karena sang ayah fans berat pemain sepak bola CR7."Ahh ... masih kalah sama kamu, Jeng Isya!" sahut Cintya seraya duduk di sofa bersebelahan dengan Isyana. "Beda satu aja lho, Jeng! Hahaha." Isyana yang memiliki empat anak pun tertawa renyah sebelum mengutarakan maksudnya mengajak sahabat lamanya itu bertemu. Isyana pun mulai berbicara serius, "Jadi begini Jeng Cintya, saya mendapat tugas dari perusahaan tempat saya bekerja; First Sunshine Apparel Company buat menyelenggarakan f
Berita kelahiran putri kembar Isyana telah sampai ke Negeri Sakura. Nyonya Barbara Koganei langsung meminta Tuan Akehito Koganei untuk menemaninya terbang ke Jakarta dari Bandara Haneda. "Aku ingin putri kembar Isyana dan Harvey menjadi anak angkat kita, Mama. Apa boleh?" tanya Tuan Akehito kepada istrinya di dalam kabin pesawat Japan Airlines yang telah mengudara baru saja."Papa serius? Boleh, nanti Mama yang bilang ke mereka. Nama kedua bayi perempuan itu Luna dan Alba. Rencananya kita mau kasih kado apa nih?" tanya Nyonya Barbara. Suaminya itu konglomerat pengusaha bisnis jaringan supermarket dan minimarket di Jepang. Selain itu ada tiga hotel yang menjadi milik keluarga Koganei masing-masing di Tokyo, Nagoya, dan Osaka. Sejenak pria asal Jepang itu berpikir lalu tercetuslah ide, dia berkata, "Papa akan hadiahkan sebuah taman yang berlokasi di Jakarta dengan nama mereka. Pasti akan menjadi hadiah kelahiran yang berkesan dan dikenang sepanjang masa!""Wow, ide Papa spektakuler se
Handphone di tas kerja Cakra berdering terus selama beberapa menit. Akhirnya, Joko yang mendengarnya pun menghampiri bosnya dan berkata, "Mas Bos, hape sampeyan muni terus niku!" (Mas Bos, handphone kamu berbunyi terus itu!)Dengan perasaan tak enak Cakra pun berlari-lari ke teras belakang rumah di mana dia menaruh tas bersama barang-barang milik karyawannya. Ketika melihat si penelepon adalah istrinya dengan catatan lima kali missed call, Cakra segera menjawab panggilan tersebut, "Halo, Dek Al. Ada apa? Tumben kok telepon nggak henti dari tadi?" "Halo, Mas—aku sudah di IGD Rumah Sakit Mitra Keluarga. Tadi Pak Yono yang jemput aku di gerai kue di mall. Aku sudah pecah ketuban, Mas!" ujar Alicia dengan kepanikan tersirat dari suaranya."Oke, Mas nyusul kamu ke sana sekarang. Apa ada yang nemenin di IGD, Dek?" tanya Cakra yang ikut panik."Kak Isya nungguin aku di sini, Mas. Hahaha. Jadi wanita hamil nungguin wanita mau melahirkan nih!" Alicia masih sempat-sempatnya bercanda. Sementara
Blitz kamera wartawan menyerbu sosok wanita berperut buncit yang memberikan press conference di atrium Mall Fritzgerald. Isyana berbicara mewakili First Sunshine Apparel Company cabang Indonesia di podium. Bob Oliver yang duduk menemani big bossnya di deretan kursi tamu VVIP tersenyum dengan tatapan kagum. Dia berkomentar, "Luar biasa, saya turut bangga dengan prestasi Nyonya Isyana, Tuan Muda!""Dia wanita yang sepadan sebagai pendamping hidupku, Bob. Bahkan, kehamilan tidak menghalangi segala aktivitasnya yang sibuk. Isabella juga memuji istriku!" jawab Harvey dengan senyuman menghiasi wajah tampannya. "Oya, bakery Nyonya Alicia ramai diserbu pengunjung mall ini, Tuan Muda Harvey!" lapor Bob Oliver yang tempo hari membantu mengurus soft opening gerai bakery dan pastry milik Alicia.Alis Harvey terangkat sebelah melirik ke asisten pribadinya itu. "Baguslah, awasi terus bisnis Alicia. Aku ingin tahu apakah dia sehebat kakak tirinya dalam berusaha!" titahnya."Tentu saja, akan saya p
"Halo, apa benar ini Ibu Isyana Prameswari?" "Halo, iya. Saya Isyana Prameswari, dengan siapa saya berbicara?" jawab wanita itu di telepon dari nomor baru tak dikenal.Suara wanita yang terdengar profesional menjawab Isyana, "Perkenalkan, saya Nikita Alexandra. Di sini saya menghubungi Anda mewakili First Sunshine Apparel Company yang berpusat di Houston. Kami ingin menawarkan kerja sama bisnis dengan Bu Isyana. Desain outfit Anda khususnya busana anak-anak menarik perhatian CEO perusahaan induk di Amerika. Mrs. Isabella MacConnor-Benneton ingin merekrut Anda sebagai desainer perwakilan kami untuk wilayah Asia. Bagaimana tanggapan Anda, Bu Isyana? Kami berharap akan ada respon positif."Isyana nyaris tak dapat berkata-kata, dia telah lama mengidolakan Isabella MacConnor yang desainnya sungguh spektakuler dan unik. Tak ada angin maupun hujan, dirinya direkrut menjadi tim desainer malahan menjadi Ambassador Designer untuk wilayah Asia. "T—tentu saya mau bergabung, Bu Nikita. Apakah ki
"Nyonya Zemi, maaf ... renovasi taman samping rumah harus dihentikan dulu untuk siang jelang sore ini. Hujan turun begitu deras, kurang baik untuk menanam tumbuhan. Besok saya dan rekan-rekan akan kembali menata taman sesuai keinginan Anda!" tutur Cakra dengan kaos yang basah oleh air hujan kepada kliennya."Ohh ... nggak perlu sungkan, Mas Cakra. Saya paham kok memang hujan begini, jangan dipaksa. Saya harap kelak taman samping rumah ini akan nampak sedap dipandang, terutama ketika family gathering atau ada acara kumpul bersama teman-teman. Ya sudah, diminum dulu kopinya. Nanti silakan pulang saja kalau agak reda hujannya!" jawab Nyonya Zemi Rania ramah sembari mempersilakan para tukang kebun menikmati kopi panas dan kudapan buatan koki rumahnya.Customer baru perusahaan penata landscape luar rumah dan pertamanan milik Cakra itu diperoleh dari pujian mulut ke mulut klien yang puas. Nyonya Zemi Rania berteman baik dengan Nyonya Zuri Agnesa yang taman kediaman Kenneth sudah divermak me
"Bersulang!" seru Harvey mengangkat gelas araknya bersama Pedro dan seisi ruangan VIP Kaiseki Kikunoi Restaurant yang telah dia reservasi. Keluarga Koganei ternyata menyusul ke restoran tradisional Jepang yang ternama itu dan menambah meriah suasana makan malam. Tuan Akehito bersama istri dan keempat putranya yang telah dewasa menenggak arak mahal di gelas keramik masing-masing."Wah, bagaimana pengalaman kalian selama berada di negeri kami? Semoga berkesan dan ingin berkunjung lagi di lain waktu!" ujar Tuan Akehito Koganei."Jepang di musim semi sungguh indah, Paman. Sayangnya kami lusa harus kembali ke Jakarta. Mungkin beberapa bulan lagi aku akan berkunjung lagi untuk perjalanan bisnis!" jawab Harvey sopan. Memang sebagian besar kliennya berasal dari Negeri Sakura, konglomerat di sana menyukai berinvestasi dengan perusahaan yang memiliki prospek bagus di Indonesia.Pedro pun ikut unjuk gigi, dia menjawab, "Aku juga, Paman. Musim gugur nanti ada proyek baru dengan Mister Takagi Has
"ISYA!" panggil Harvey sembari melambaikan tangannya berlari menghampiri sang istri. Dia baru saja menyelesaikan meeting bersama investor asal Jepang dan buru-buru menyusul rombongan dari Jakarta yang menikmati pemandangan bunga Sakura mekar di Tokyo Public Park.Warna pink yang dominan di ranting-ranting subur pohon Sakura membuat suasana sore itu menjadi lebih romantis. Terutama bagi pasangan kekasih atau suami istri yang sengaja berjalan-jalan di taman kota."Udah kelar ya acara Mas Harvey?" tanya Isyana yang dipeluk dan dikecup mesra keningnya oleh sang suami. Penampilan Harvey masih standar seorang CEO, setelan jas biru navy dengan kemeja putih yang berdasi juga. Dia belum sempat pulang ke hotel untuk bertukar pakaian. Takutnya terlalu sore menyusul rombongan anak-istri, Oma Widya, dan yang lainnya. "Hu-um, aku pengin nemenin kamu menikmati indahnya bunga Sakura di musim semi. Nggak tiap hari bisa lihat pemandangan seperti ini 'kan?" ujar Harvey seraya merangkul bahu istrinya.