"Mama, ini istri baru Pedro. Namanya Cintya!" ujar pemuda itu ketika menemui ibundanya, Nyonya Rosma Husodo di ruang tengah kediaman Husodo.Dengan sedikit terkejut karena baru sekali menemui wanita yang tengah berbadan dua di hadapannya itu, ibunda Pedro bangkit dari sofa lalu menghampiri Cintya. Dia memeluk menantunya lalu berkata, "Selamat datang di rumah keluarga kami. Kalau boleh tahu, apa ini calon cucuku, Cintya?" "Terima kasih, Nyonya. Sayangnya ... iya, aku dan Pedro khilaf—" Cintya menunduk dengan wajah merona karena malu. "Jangan panggil Nyonya, cukup mama saja. Kamu istrinya Pedro sekarang. Nanti kalau suamiku pulang kantor, kamu akan kuperkenalkan juga," balas Nyonya Rosma lalu dia berpaling ke putranya dan bertanya, "Pedro, apa istrimu akan tinggal di sini mulai hari ini? Tidur di kamar yang mana?" "Bersamaku di kamar yang kutempati sekarang, Ma. Aku ingin menjaga calon cucu Mama dengan baik kali ini. Kehamilannya juga sisa beberapa bulan saja, aku akan jadi suami si
"Mas Harvey, aku mau anting berlian berbentuk bunga Anggrek ini dong. Cakep banget deh!" rayu Alicia saat mencoba perhiasan mahal di sebuah jewelry ternama di mall Fritzgerald."Boleh, beli saja. Nanti aku yang bayar!" sahut Harvey ringan seraya mengeluarkan dompet kulit berlogo Hermes miliknya dari saku dalam dada jasnya.Mata Alicia langsung ijo melihat kartu blackcard dengan nama Harvey tertulis jelas di atasnya. 'Wow ... tajirnya bukan main. Ini baru namanya crazy rich!' desah kagum Alicia dalam hatinya."Mas, kalau beli satu set aja bareng kalung dan gelangnya juga model bunga Anggrek ini boleh nggak?" timpal Alicia sebelum Harvey membayar anting berlian dua karat itu ke kasir.Sekilas tatapan Harvey mengeras sebelum menutupinya dengan senyuman tipis. "Silakan saja, apa yang nggak buat kamu, Alicia!" jawabnya lalu meminta pramuniaga Jewelry itu membungkus satu set model perhiasan yang diinginkan oleh Alicia.Senyuman lebar penuh kemenangan menghiasi wajah Alicia. Dia berhasil mem
"Alicia, maaf ... aku ada meeting dadakan dengan klien penting. Pulanglah dahulu diantar sopir dan para pengawalku. Tak usah menungguku!" ujar Harvey ketika baru saja duduk ke bangku belakang mobil sedan mewahnya. Dia membuka kembali pintu mobil itu untuk turun."Tunggu Mas!" sergah Alicia. Dia menarik lengan Harvey lalu mendaratkan ciuman di pipi pria itu dengan cepat sehingga agak mengejutkan Harvey. "Hati-hati ya, Mas. Sampai ketemu nanti di rumah!" pesannya disertai senyuman manis.Harvey tak banyak bicara seperti biasa dan hanya mengangguk. Dia keluar dan menutup lagi pintu mobilnya. 'Hmm ... asal nyosor macam entok aja!' kesalnya dalam hati sembari melangkah masuk lagi ke mall.(entok: itik serati yang suka mengejar dan menggigit)Dia melangkah cepat menuju lift untuk naik ke lantai tiga. Di dalam lift Harvey berpikir lagi dan merubah lantai tujuan saat membaca keterangan isi lantai mall miliknya. "TING." Lift itu sampai di lantai dua dan Harvey bergegas keluar dengan tujuan ya
"Ckk ... meeting apaan sih? Sudah nyaris tengah malam belum pulang juga Mas Harvey!" gerutu Alicia yang telah berdandan maksimal dan mengenakan lingerie merah semi transparan untuk menggoda Harvey malam ini.Alicia pun berjalan mondar-mandir dari jendela kamarnya yang menghadap ke halaman depan ke tempat tidur. "Hmm ... ini pasti ada yang nggak beres. Kenapa Mas Harvey seperti dingin kepadaku beberapa hari belakangan? Besok siang aku mau temui lagi Mbah Darwis. Dukun gelo itu harus bertanggung jawab kalau ajian pengasihan yang dia berikan nggak sesakti testimoni Tante Citra!" gumam Alicia sambil duduk di bingkai jendela kamar tidurnya di lantai tiga.Di antara rumpun mawar Perancis yang berbunga lebat, Jarwo setia memperhatikannya dari kejauhan. Semakin hari rasa ketertarikannya atas Alicia bertambah gila. "Neng Alicia, Mamang cinta mati sama kamu. Seandainya boleh, pasti Mamang akan panjat dinding itu buat temui Neng di lantai tiga!" ujarnya dengan tatapan mendamba.Sayang sekali, je
"Masss ... pelan dong ... akhh!" Isyana terisak-isak dalam dekapan Harvey yang posesif karena serangan fajar telah dimulai. Baru beberapa jam dia terlelap ke alam mimpi, tetapi suaminya kelewat bergairah karena lama terpisah ranjang darinya."Ohh ... iyaa, maaf ... maafin, Mas ya. Hmphh ... enaknya kebangetan soalnya nih!" sahut Harvey yang bermandikan peluh menggenjot istrinya di ujung pagi nan dingin. Isyana mengerutkan keningnya protes. "Dimaafin, tapi Mas jangan kelewat napsu deh. Gede banget onderdil kamu itu, panjang pula!" Harvey terkekeh sembari mengecupi pipi dan bibir wanita yang sedang ngambek itu. "Yoii ... kualitas terjamin mah punya suami kamu ini, Isya!" "Yaelah, ngiklan Mas? Kok kayak semen aja ckckck!" seloroh Isyana yang masih terguncang-guncang akibat hentakan perkasa tubuh suaminya. Sesekali dia memejamkan mata sambil menggeram karena sensasi penuh di lubang kecilnya membuat dia serasa nyaris pingsan.Sebuah hentakan keras terjadi sebelum Harvey buru-buru mencab
"Hmm ... sungguh betina satu itu tak berakhlak! Rasanya aku risih sekali harus membiarkannya menyentuh tubuhku setelah tahu ritual pengikut setan yang dia lakukan dengan dukun cabul tadi," gerutu Harvey di kamar tidurnya yang sunyi senyap.Pria itu hanya tinggal bersama para bawahannya di kediaman Dharmawan. Bahkan, Lorenzo ikut diungsikan agar tak terlibat dalam kerumitan rencana menjebak Nyonya Marissa Gunarti dan Alicia. Hanya Bob Oliver yang sesekali masih berada di dekatnya karena pria bule yang telah menjadi WNI itu adalah asisten pribadinya.Dengan yakin Harvey menghubungi Pak Syarif Raharja, notaris keluarga Dharmawan sejak zaman kedua orang tuanya masih hidup. "Halo, Om Syarif. Ini Harvey. Ada hal penting yang harus kubicarakan sama Om makanya maaf mengganggu malam-malam begini.""Halo, santai aja Harvey. Jadi apa yang mau dibicarakan?" jawab notaris senior tersebut di telepon."Begini Om, saya dan istri memiliki problem terkait keluarga tirinya. Ada ibu tiri dan adik tiri ya
"Ada apa, Mang Jarwo?" tanya Alicia dengan agak terkejut bercampur salah tingkah karena tiba-tiba tukang kebun yang sok caper itu menghampirinya di tepi kolam. Dia pun sadar diri penampilannya terlalu sexy hanya berbalut bikini two piece warna terang menyala.Jarwo yang mabuk kepayang dengan pesona Alicia dari visual dan masih pula ditambah insiden celana dalam majikannya yang ditukar untuk diguna-guna ke dukun melayangkan tatapan ganasnya ke sekujur tubuh Alicia. Segera dia meraup tubuh ramping semlohay bak gitar Spanyol itu ke gendongannya. "Airnya dingin, nggak ada matahari juga kebetulan pagi ini. Neng Alicia nanti bisa masuk angin!" ujar Jarwo sok perhatian sambil membawa perempuan itu ke bangku tepi kolam renang lalu segera menghanduki tubuh Alicia.Dengan histeris Alicia berteriak kesetanan karena risih. "HWAAAAAA!" Namun, Jarwo malah membelai puncak kepala Alicia seolah-olah tak sadar diri dialah penyebab teriakan cetar membahana tersebut. "Apa ada tawon, Neng? Di mana ... d
"Ouch ... pusing sekali kepalaku!" Harvey yang pingsan berjam-jam akhirnya siuman juga di atas tempat tidurnya. Dia pun duduk bersandar di kepala ranjang lalu melihat Bob sedang tertidur di sofa kamarnya. "Ada apa ini? Kenapa Bob malah menginap di kamarku?" gumam Harvey kebingungan lalu di turun dari tempat tidur untuk menghampiri asisten pribadinya tersebut yang masih tertidur pulas.Setelah ditepuk-tepuk lengannya beberapa kali, Bob pun terbangun. "Ohh ... Tuan Muda Harvey, Anda sudah bangun rupanya. Maafkan atas tindakan keras saya tadi. Jadi saat makan malam, Anda sepertinya telah dihipnotis oleh Alicia sehingga setuju untuk naik ke kamarnya seusai makan. Saya mengikuti kalian lalu memukul tengkuk Anda sampai pingsan tadi dari pada Anda terlibat permainan berbahaya yang telah disiapkan oleh perempuan gatal itu!" tutur Bob langsung ke intinya.Harvey pun berdehem dan menganggukkan kepalanya tanda paham. "Kau sudah melakukan tindakan yang benar, Bob. Lalu apa dia tidak menggedor-ge