Saat ini, Halilintar masih fokus pada layar pipih di depannya itu, sambil sesekali melirik istrinya yang masih saja tak sadarkan diri setelah sehari semalam dari kejadian munculnya tato Jangkar di bagian punggung dan lengannya itu. Ternyata kemunculan tato itu telah menyerap habis tenaga Zha, membuat Zha harus mendapatkan infus dari dokter Bram guna memasukan cairan vitamin agar tenaga Zha cepat pulih kembali.Sebenarnya Halilintar sudah menemukan dimana lokasi asli klan Jangkar perak berada, tapi kali ini Halilintar tidak akan gegabah. Ia harus menyusun rencana matang untuk bisa masuk langsung ke dalam markas itu, karena di pikiran Halilintar ia yakin jika di sanalah chip induk itu berada.Apapun resikonya, Halilintar harus mendapatkannya sebelum Zha yang menginginkan untuk bertindak sendiri.Halilintar tidak mungkin membiarkan Zha pergi apalagi saat ini kondisi Zha tengah hamil.Rintihan kecil dari mulut Zha membuat Halilintar cepat menoleh dan beranjak menghampiri Zha yang mulai mem
Saat ini Halilintar masih berada di dalam ruangan di salah satu markas yang ia yakini sebagai markas Mafia Jangkar perak yang setahu dirinya dipimpin oleh Gustavo dan saat ini Halilintar masih bersama wanita itu.Halilintar pun masih saja setia menodongkan moncong pistolnya ke arah sang lady yang saat ini ia duga sebagai keturunan terakhir Jangkar Perak. Halilintar juga sangat yakin jika wanita di hadapan itu ada kaitannya dengan Gustavo."Cepat katakan siapa sebenarnya kamu ini atau aku akan memecah kepalamu sekarang juga!" seru Halilintar pada wanita di hadapannya itu.Tak sedikit pun rasa takut yang terlihat dari wanita itu. Dia hanya tersenyum dan malah melangkah tanpa mempedulikan pistol Halilintar yang terus terarah padanya. Wanita itu duduk dengan tenang di sebuah kursi menghadap sebuah komputer dan sesekali matanya melirik tangan Halilintar yang masih saja setia menodongnya."Tenanglah dulu Tuan Muda, urusan membunuhku bisa nanti. Bantu dulu aku merubah sistem keamananku pad
Alexa membawa Halilintar melangkah memasuki bagian samping pabrik. Di sana ia menghampiri sebuah ruangan yang sepertinya bekas gudang pabrik tersebut. Alexa mencoba membuka kunci pintu gudang itu dengan sebuah kawat, setelah beberapa saat berusaha pintu itu akhirnya bisa terbuka dan Alexa segera mengajak Halilintar untuk masuk dan Kembali menutup pintunya.Nampak sebuah lemari usang yang merapat di dinding. Dan Alexa meminta bantuan Halilintar untuk menggesernya.Setelah lemari itu bergeser, terlihat sebuah tombol di dinding itu. Alexa mendekati nya dan memutarnya.Tiba-tiba saja dinding itu bergeser selayaknya sebuah pintu masuk.Alexa menoleh pada Halilintar yang langsung mengerti dengan maksudnya.Mereka melangkah memasuki pintu itu dan mengikuti sebuah lorong yang terdapat di balik dinding itu.Lorong panjang yang berliku itu ternyata adalah jalan bawah tanah yang bisa membawa mereka ke dalam markas Gustavo. Seperti nya lorong itu sengaja diciptakan khusus oleh mereka untuk melari
Elang bergerak maju mendekati Zha yang menarik mundur kakinya menjauhi pria yang ia anggap sudah mengkhianatinya itu sambil tetap menodongkan moncong pistol miliknya ke arah dua pria di hadapannya itu. Matanya juga menatap dengan waspada pada Elang, sementara tangannya mungkin akan segera siap menarik pelatuknya jika saja ia menangkap pergerakan tangan sedikit saja dari Elang."Zha, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." ucap Elang."Lalu apa hah? Kamu memanggilnya Ayah. Berarti kamu adakah anaknya. Anak Ardogama, dan bodohnya aku selama ini tidak menyadari jika telah kamu permainkan!""Aku tidak pernah mempermainkanmu ataupun membohongimu Zha! Selama ini aku juga tidak tahu. Aku baru saja mengetahui kenyataan ini beberapa hari yang lalu. Aku ingin memberitahumu tapi Ayah mencegahku." jawab Elang penuh hati-hati, menjaga agar Zha agar tetap tenang dan tidak menarik pelatuknya."Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan Elang? Aku bertanya sekali lagi. Apa maksud kalian.l? Atau aku ak
Suara tembakan dari luar semakin terdengar mendekat.Ardogama sudah berdiri untuk siap menyambut kedatangan mereka."Bawa adikmu keluar lewat pintu itu!" ucap Ardogama berseru pada kedua anaknya dan menunjuk sebuah pintu."Ayo Zha," Elang meraih kedua pundak Zha dan membawanya menepi ke sudut dinding di mana di sana memang ada sebuah pintu rahasia yang bisa membawa mereka keluar lewat jalan rahasia juga."Tidak Elang, kita harus membantu Ayah!" protes Zha."Putriku, dengarkan Ayah nak! Mereka tidak boleh sampai mendapatkanmu. Dan kau harus segera menemukan Suamimu. Dia sedang dalam bahaya. Cepat lah!" ucap Ardogama."Tapi kamu sendirian ayah, sementara mereka berjumlah banyak!" bantah Zha."Tuan...!" tiba-tiba seorang wanita keluar dari pintu rahasia itu berlari menghampiri Ardogama membuat Zha dan Elang menoleh cepat ke arah wanita itu."Alexa!" seru Ardogama mengenali siapa yang datang."Tuan, aku akan membantumu." ucap Alexa."Bagus lah." Ardogama melempar sebuah senjata api jenis
Saat ini Elang dan Zha sudah berada di sebuah rumah sakit di mana Halilintar sedang di tangani oleh dokter Bram di sana.Zha masih terisak di sudut sebuah bangku panjang bersama Elang yang terus menepuk halus punggung Zha untuk sekedar memberi sedikit kekuatan hati sang adik yang sedang dilanda kekhawatiran itu.Di ujung sana, Aaron bersama Emily terlihat berjalan setengah berlari menghampiri Zha yang langsung menoleh dan segera memeluk Emily dengan tangisannya yang pecah di bahu sang ibu mertuanya."Zha! Apa yang terjadi?" tanya Aaron."Hall Pa, Halilintar tertembak." jawab Zha."Bagaimana keadaan nya sekarang?" tanya Emily."Tidak tau Ma, tapi Zha takut. Takut sekali?""Kamu harus tenang, kamu harus percaya jika Halilintar sangat menyayangimu. Dia tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan kamu sedang hamil seperti ini." ucap Emily sekedar ingin menguatkan hati menantunya, padahal di dalam hatinya sendiri ia sudah menangis sejak pertama mendengar kabar tentang putranya. Tidak bisa d
Alexa membawa Elang menaiki sebuah mobil dan dengan begitu cepat melajukan mobilnya melintasi jalanan yang padat dengan pengguna jalan lainnya.Perasaan Elang saat ini sudah tidak tenang, namun ia tetap berusaha untuk terlihat tenang dan tidak ingin bertanya suatu apapun pada wanita yang belum ia kenal secara penuh itu, sampai Alexa menghentikan mobilnya di halaman sebuah Mansion besar. Dan beberapa pria berpakaian hitam segera menyambut kedatangan mereka.Alexa segera menuruni mobil, dan Elang tanpa disuruh pun ikut menyusul.Kini Alexa mengajak Elang melangkah masuk, dan terus melangkah menuju sebuah ruangan.Elang bisa melihat beberapa pria dan wanita sedang berdiri di sana. Elang sempat melirik wajah wajah mereka yang seperti sedang menyimpan duka.Mereka menunduk hormat dan segera menggeser kaki masing-masing untuk memberi jalan Alexa dan Elang sesaat setelah menyadari kedatangan mereka berdua.Kini Elang dan Alexa sudah berada di dalam sebuah Ruangan yang lebih tepatnya sebuah k
Sebenarnya Elang ragu untuk memberitahu kabar duka ini pada adiknya, apalagi ketika mengingat jika kondisi Zha saat ini sedang hamil muda. Dia masih rentan dan mudah emosi. Tetapi ini bukanlah suatu hal sepele yang mudah untuk disembunyikan. Seberapapun beratnya Elang, dia harus tetap memberitahu Zha. Sementara di rumah sakit tempat Halilintar di rawat,Dokter Bram mengatakan jika Halilintar sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit hari ini juga. Mengingat jika kondisi Halilintar memang sudah tidak mengkhawatirkan lagi.Aaron segera mengurus segala sesuatunya dan memanggil pelayan untuk membantu mereka membawa Halilintar pulang.Awalnya Emily ingin agar Halilintar pulang ke Rumah besar mereka. Tetapi Halilintar menolak, dan mungkin karena kondisi Halilintar sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, jadi mereka menyetujui permintaan Halilintar.Akhirnya Halilintar pulang ke Mansion milik istrinya. Setelah mereka tiba disana, dan memastikan jika Halilintar benar-benar telah pulih, Aaron