Alexa membawa Halilintar melangkah memasuki bagian samping pabrik. Di sana ia menghampiri sebuah ruangan yang sepertinya bekas gudang pabrik tersebut. Alexa mencoba membuka kunci pintu gudang itu dengan sebuah kawat, setelah beberapa saat berusaha pintu itu akhirnya bisa terbuka dan Alexa segera mengajak Halilintar untuk masuk dan Kembali menutup pintunya.Nampak sebuah lemari usang yang merapat di dinding. Dan Alexa meminta bantuan Halilintar untuk menggesernya.Setelah lemari itu bergeser, terlihat sebuah tombol di dinding itu. Alexa mendekati nya dan memutarnya.Tiba-tiba saja dinding itu bergeser selayaknya sebuah pintu masuk.Alexa menoleh pada Halilintar yang langsung mengerti dengan maksudnya.Mereka melangkah memasuki pintu itu dan mengikuti sebuah lorong yang terdapat di balik dinding itu.Lorong panjang yang berliku itu ternyata adalah jalan bawah tanah yang bisa membawa mereka ke dalam markas Gustavo. Seperti nya lorong itu sengaja diciptakan khusus oleh mereka untuk melari
Elang bergerak maju mendekati Zha yang menarik mundur kakinya menjauhi pria yang ia anggap sudah mengkhianatinya itu sambil tetap menodongkan moncong pistol miliknya ke arah dua pria di hadapannya itu. Matanya juga menatap dengan waspada pada Elang, sementara tangannya mungkin akan segera siap menarik pelatuknya jika saja ia menangkap pergerakan tangan sedikit saja dari Elang."Zha, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." ucap Elang."Lalu apa hah? Kamu memanggilnya Ayah. Berarti kamu adakah anaknya. Anak Ardogama, dan bodohnya aku selama ini tidak menyadari jika telah kamu permainkan!""Aku tidak pernah mempermainkanmu ataupun membohongimu Zha! Selama ini aku juga tidak tahu. Aku baru saja mengetahui kenyataan ini beberapa hari yang lalu. Aku ingin memberitahumu tapi Ayah mencegahku." jawab Elang penuh hati-hati, menjaga agar Zha agar tetap tenang dan tidak menarik pelatuknya."Aku tidak mengerti apa yang kamu ucapkan Elang? Aku bertanya sekali lagi. Apa maksud kalian.l? Atau aku ak
Suara tembakan dari luar semakin terdengar mendekat.Ardogama sudah berdiri untuk siap menyambut kedatangan mereka."Bawa adikmu keluar lewat pintu itu!" ucap Ardogama berseru pada kedua anaknya dan menunjuk sebuah pintu."Ayo Zha," Elang meraih kedua pundak Zha dan membawanya menepi ke sudut dinding di mana di sana memang ada sebuah pintu rahasia yang bisa membawa mereka keluar lewat jalan rahasia juga."Tidak Elang, kita harus membantu Ayah!" protes Zha."Putriku, dengarkan Ayah nak! Mereka tidak boleh sampai mendapatkanmu. Dan kau harus segera menemukan Suamimu. Dia sedang dalam bahaya. Cepat lah!" ucap Ardogama."Tapi kamu sendirian ayah, sementara mereka berjumlah banyak!" bantah Zha."Tuan...!" tiba-tiba seorang wanita keluar dari pintu rahasia itu berlari menghampiri Ardogama membuat Zha dan Elang menoleh cepat ke arah wanita itu."Alexa!" seru Ardogama mengenali siapa yang datang."Tuan, aku akan membantumu." ucap Alexa."Bagus lah." Ardogama melempar sebuah senjata api jenis
Saat ini Elang dan Zha sudah berada di sebuah rumah sakit di mana Halilintar sedang di tangani oleh dokter Bram di sana.Zha masih terisak di sudut sebuah bangku panjang bersama Elang yang terus menepuk halus punggung Zha untuk sekedar memberi sedikit kekuatan hati sang adik yang sedang dilanda kekhawatiran itu.Di ujung sana, Aaron bersama Emily terlihat berjalan setengah berlari menghampiri Zha yang langsung menoleh dan segera memeluk Emily dengan tangisannya yang pecah di bahu sang ibu mertuanya."Zha! Apa yang terjadi?" tanya Aaron."Hall Pa, Halilintar tertembak." jawab Zha."Bagaimana keadaan nya sekarang?" tanya Emily."Tidak tau Ma, tapi Zha takut. Takut sekali?""Kamu harus tenang, kamu harus percaya jika Halilintar sangat menyayangimu. Dia tidak mungkin meninggalkanmu dalam keadaan kamu sedang hamil seperti ini." ucap Emily sekedar ingin menguatkan hati menantunya, padahal di dalam hatinya sendiri ia sudah menangis sejak pertama mendengar kabar tentang putranya. Tidak bisa d
Alexa membawa Elang menaiki sebuah mobil dan dengan begitu cepat melajukan mobilnya melintasi jalanan yang padat dengan pengguna jalan lainnya.Perasaan Elang saat ini sudah tidak tenang, namun ia tetap berusaha untuk terlihat tenang dan tidak ingin bertanya suatu apapun pada wanita yang belum ia kenal secara penuh itu, sampai Alexa menghentikan mobilnya di halaman sebuah Mansion besar. Dan beberapa pria berpakaian hitam segera menyambut kedatangan mereka.Alexa segera menuruni mobil, dan Elang tanpa disuruh pun ikut menyusul.Kini Alexa mengajak Elang melangkah masuk, dan terus melangkah menuju sebuah ruangan.Elang bisa melihat beberapa pria dan wanita sedang berdiri di sana. Elang sempat melirik wajah wajah mereka yang seperti sedang menyimpan duka.Mereka menunduk hormat dan segera menggeser kaki masing-masing untuk memberi jalan Alexa dan Elang sesaat setelah menyadari kedatangan mereka berdua.Kini Elang dan Alexa sudah berada di dalam sebuah Ruangan yang lebih tepatnya sebuah k
Sebenarnya Elang ragu untuk memberitahu kabar duka ini pada adiknya, apalagi ketika mengingat jika kondisi Zha saat ini sedang hamil muda. Dia masih rentan dan mudah emosi. Tetapi ini bukanlah suatu hal sepele yang mudah untuk disembunyikan. Seberapapun beratnya Elang, dia harus tetap memberitahu Zha. Sementara di rumah sakit tempat Halilintar di rawat,Dokter Bram mengatakan jika Halilintar sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit hari ini juga. Mengingat jika kondisi Halilintar memang sudah tidak mengkhawatirkan lagi.Aaron segera mengurus segala sesuatunya dan memanggil pelayan untuk membantu mereka membawa Halilintar pulang.Awalnya Emily ingin agar Halilintar pulang ke Rumah besar mereka. Tetapi Halilintar menolak, dan mungkin karena kondisi Halilintar sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, jadi mereka menyetujui permintaan Halilintar.Akhirnya Halilintar pulang ke Mansion milik istrinya. Setelah mereka tiba disana, dan memastikan jika Halilintar benar-benar telah pulih, Aaron
Elang melangkah masuk menaiki tangga dan kini sudah berdiri di depan pintu kamar milik Zha.Lagi-lagi Jantung Elang berdesir, Apa yang harus ia katakan pada Zha? Elang menarik nafas panjang dan akhirnya mengetuk pintu.Ketika Zha membuka pintu, dia melihat Elang sudah berdiri didepan pintu dengan wajah yang terlihat murung. Hatinya mendadak merasa tidak enak."Elang!""Zha, bagaimana keadaan suamimu? Apa dia sudah membaik?" tanya Elang menatap adiknya itu."Halilintar sudah membaik. Bagaimana keadaan Ayah kita Elang? Ayah baik-baik saja kan?" tanya Zha menangkap kegusaran di raut wajah Elang."Bolehkah aku masuk dulu?""Oh ya, masuklah." jawab Zha menoleh pada suaminya yang sudah melangkah menghampiri mereka.Dengan masih menyimpan banyak kegusaran, Elang pun melangkah masuk."Bagaimana keadaanmu?" tanya Elang pada Halilintar."Aku sudah sembuh. Lalu, bagaimana kabar Tuan Ardogama?" Halilintar bertanya balik pada kakak iparnya itu."Dia baik-baik saja. Tapi, Aku ingin mengajak istrimu
Alexa masih berperan sebagai sopir, sementara Elang duduk disampingnya.Halilintar berada di jok belakang sambil memangku kepala Zha yang masih tak sadarkan diri itu.Baik Elang maupun Halilintar sangat paham dengan keadaan Zha saat ini. Meskipun sebelum ini mereka mengenal jika Zha adalah wanita yang kuat, tetapi kondisi sekarang memang telah berbeda. Zha rapuh, bukan hanya karena kehamilannya saja, tetapi karena beberapa hari ini dia banyak sekali mengalami tragedi besar dalam hidupnya. Seperti kenyataan yang begitu diluar nalar. Contohnya Ardogama, pria paruh baya yang sering Zha maki-maki dan dicurigainya itu ternyata adalah Ayah kandungnya. Elang yang tidak lepas dari pukulan kasar tangannya, perintah seenak jidatnya, dan hanyalah dianggap seorang sahabat sekaligus asisten setianya ternyata adalah kakak kandung dia sendiri.Lalu deretan kejadian yang lalu selama dia hamil, seperti saat ia mengetahui adanya partikel yang tertanam dalam tubuhnya, lalu munculnya Tati jangkar pada