Mentari merasa takut jika Fic mulai mencurigainya, jadi dia segera mengambil keputusan untuk menyelamatkan diri saja."Fic. Sepertinya percuma aku mengatakan apapun padamu! Kamu telah banyak berubah! Lebih baik, aku pergi saja!" Selesai bicara langsung pergi meninggalkan ruangan. "Mentari. Tunggu sebentar!" Fic ingin mencegah kepergian Mentari karena merasa perlu penjelasan. Mentari yang sudah ketakutan terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan dari Fic. Fic benar-benar butuh penjelasan dari Mentari, dia mengejar Mentari sampai luar dan menahan tangan Mentari."Jangan pergi dulu." Saat Fic menahan tangan Mentari, tiba-tiba Erina muncul di hadapan mereka. Erina tertegun menatap Tangan Fic yang menggenggam erat pergelangan tangan Mentari.Bukan hanya Mentari saja yang terkejut dengan kedatangan Erina, Fic pun sama terkejutnya. Tapi dia tidak ingin Erina salah paham dengan apa yang dilihatnya.Fic tetap menahan tangan Mentari.Melihat itu, Erina menunduk. "Maaf. Sepertinya aku meng
Jefri terkejut mendengar ucapan Handoyo. Apalagi Ekspresi wajah Handoyo yang begitu tegang penuh keterkejutan dan Tatapan Was Was."Tuan Handoyo? Apakah anda mengenal Nyonya Ely dan Nona Mentari?"Handoyo merasa jika ini tidak bisa dibiarkan lagi. Dia tidak perlu lagi menutupi masalah ini. Sebenarnya Handoyo telah lama memikirkan ini, tetapi belum ada kesempatan. Dan menurutnya hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahukan semuanya.Handoyo mengangguk pada Jefri dan berkata, "Antar aku kesana. Aku harus membuka semua rahasia ini hari ini juga di depan Mereka."Jefri yang sudah bisa menebak jika ada hal yang cukup serius sedang dirahasiakan oleh Handoyo pun segera mengangguk dan cepat berjalan ke arah Mobil.Sedangkan di sisi lain,Fic dan Erina sudah berada di kediaman Nyonya Ely. Saat ini mereka sedang berbicara, sambil menunggu Mentari turun dari kamarnya."Fic? Apa kamu mencurigai Mentari?" Nyonya Ely berkata demikian setelah Fic mengatakan bahwa dia curiga jika Mentari ini
Semua orang terkejut akan kehadiran Handoyo disini, apalagi dengan ucapannya. Fic seketika menjauhkan Mentari dari tubuhnya, sementara Erina, langsung mendekati Ayahnya."Ayah. Apa kamu mengenalnya?"Tetapi Handoyo belum menjawab pertanyaan Erina, dia menatap Nyonya Ely yang masih menatapnya penuh keheranan.Nyonya Ely pernah bertemu dengan Galih ini beberapa kali ketika dulu Nyonya Ely masih sering berkunjung ke Rumah Tuan besar Alfian. Tetapi Semenjak beberapa bulan setelah Putranya mengalami kecelakaan bersama anak dan istrinya, Nyonya Ely tidak pernah bertemu lagi dengan Galih. Entah apakah karena Nyonya Ely semenjak kejadian itu jarang bertandang ke rumah Tuan besar Alfian lagi?Tetapi dia pernah sekali waktu kesana, dia juga tidak pernah bertemu lagi dengan Galih. Saat itu Nyonya Ely tidak pernah mempertanyakan keberadaan Galih, karena dalam pikirannya Galih hanyalah seorang Pelayan saja. Mungkin saja dia telah berhenti atau dipecat. Jadi Nyonya Ely tidak pernah peduli dengan
Saat ini, bukan hanya Fic saja yang tubuhnya gemetaran, tetapi Nyonya Ely juga terlihat gemetaran. Keduanya sama sama tidak pernah menyangka jika Erina adalah Mentari.Keduanya kini menatap Erina penuh keseriusan."Kamu," Nyonya Ely berjalan perlahan mendekati Erina.Sementara bibirnya Fic cukup bergetar menahan perasaan yang tiba tiba seperti hendak meledak dalam dirinya, yaitu perasaan bahagia. Fic tidak tahu harus berbicara apa. Kenyataan yang baru saja mereka ketahuan seperti sebuah mimpi disiang bolong."Erina.. kamu,"Erina sendiri tidak tahu harus percaya atau tidak jika dirinya ternyata adalah Mentari. Dia menatap Fic, Nyonya Ely dan Handoyo secara bergantian. Bibir Erina juga bergetar, dia mundur untuk beberapa langkah sambil menggelengkan kepalanya."Ini tidak mungkin. Aku bukan lah Mentari. Seharusnya kalian menyelidiki ini dengan lebih teliti lagi. Belum tentu," kata kata Erina terhenti manakala Nyonya Ely jatuh tepat di tubuhnya dan memeluknya dengan begitu erat."Mentari
Awalnya Erina begitu kesal dan ingin marah ketika Fic merusak bonekanya. Ternyata Fic melakukan itu untuk memastikan jika benda yang ia simpan saat itu masih aman disana.Fic mengeluarkan sebuah kalung giok dari sana. Lalu menunjukkan pada Erina."Dulu, Ibu memberikan kalung ini padaku. Katanya ini adalah simbol keberuntungan keluarga kami. Dia sengaja memberikan ini padaku untuk menjaga keselamatan ku. Aku berpikir, kala itu aku belum bisa menjagamu. Jadi aku memutuskan untuk menyembunyikan kalung itu dalam Boneka yang akan ku berikan padamu. Aku berharap, kalung itu bisa menjaga keselamatanmu untuk mewakili aku beberapa saat sebelum aku sanggup menjagamu dan akan menjadi keberuntungan untukmu."Erina tertegun menatap kalung giok yang sudah berada ditangannya. Artinya, Fic memberikan Boneka itu padanya semata-mata karena ingin Erina berada dekat dengan kalung ini, bukan karena bonekanya."Jadi, kamu sengaja ingin melindungiku?""Ibu akan tidak setuju jika tahu aku memberikan kalung i
Fic masih mendekap Erina dari belakang, sementara punggungnya menyandar di sisi tempat tidur.Hari ini Fic merasa moment terindah sepanjang hidupnya.Ternyata, dia tidak pernah kehilangan Mentari, ternyata Mentari tidak pernah meninggalkan dirinya.Erina adalah cinta pertamanya dan Fic adalah cinta pertama Erina. Itu sudah tidak bisa dipungkiri lagi.Fic mengelus perut Erina. "Kelak setelah dia dewasa. Dia tidak boleh seperti Aku. Dia harus menjadi seorang Pemimpin yang tegas dan tanpa belas kasihan kepada para orang-orang yang berani menindas keluarganya. Tidak peduli dia akan terlahir sebagai Pria atau Wanita, aku akan mendidik demikian."Erina menoleh. "Kamu dendam terhadap kehidupan kita?""Tentu saja. Aku menjadi orang yang bodoh selama ini. Musuhku adalah keluargaku sendiri. Aku sudah curiga, tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa."Erina kini menarik tubuhnya dan kini menghadap suaminya."Apa rencanamu selanjutnya Fic?"Fic menatap Erina, mengusap seluruh wajah Erina dengan kedu
Setelah menelpon Adreno, Erina tersenyum geli. Dia menatap Fic yang juga menatapnya."Apa aku telah menendangku sayang?" Tanya Fic dengan nada meledek. Bukan hanya Erina saja yang saat ini sedang tertawa, tetapi Kelvin dan Nyonya Ely juga ikut tertawa. Sementara Alea tersenyum di sudut saja.Mereka saat ini berada di rumah Nyonya Ely dan sedang menyusun rencana untuk melawan Adreno.Erina tertawa kecil. "Aku tidak biasa bersandiwara. Aku hampir saja gugup.""Tidak apa-apa. Adreno penuh kelicikan. Jadi kita perlu melawannya dengan kelicikan juga.""Lalu rencana selanjutnya bagaimana?" Tanya Erina."Untuk sementara, kita akan disini Erina. Kita akan mengurus masalah ini bersama." Ucap Fic. Kemudian dia menoleh pada Alea."Kamu tidak boleh melakukan kesalahan sedikitpun."Alea mengangguk. "Aku paham. Kalau begitu aku pergi sekarang.""Baiklah. Tidak perlu khawatir, Jefri dan anak buahnya akan mengawasimu."Alea mengangguk. Tapi ketika dia hendak melangkah, Nyonya Ely memanggilnya."Alea
Kelvin segera memeriksa apa yang telah terekam oleh Kamera kecil itu.Isinya, begitu mengejutkan semua orang. Tampak begitu jelas Adreno sedang membeberkan semua kejahatannya.Erina yang mendengar pengakuan Adreno merasa begitu sedih dan meneteskan air mata. Meskipun selama ini dia tidak bisa mengingat bagaimana wajah kedua orang tuanya dan juga kenangan bersama mereka, tetapi mengetahui jika kematian kedua orang tuanya adalah rencana Adreno, Erina merasa sangat marah dan sedih. Terlebih bukan hanya Orang tuanya yang harus mati karena ulah Adreno, tetapi orang tua Fic juga.Fic cepat merangkul tubuh Erina ketika melihat tubuh istrinya bergetar."Adreno akan menerima hukuman yang setimpal. Jangan menangis. Cukup! Kamu sudah terlalu banyak kehilangan air matamu."Diantara mereka, Nyonya Sulis yang sangat marah. "Adreno Bajingan! Adreno biadab! Aku ingin dia membusuk di penjara untuk selamanya!"Tiba-tiba Erina teringat kedua orang tua Alea. Jangan sampai mereka menjadi korban kekejaman
Saat Aisyah melihat genggaman tangan Putranya pada jari jemari Alexa, dia sudah dapat mengerti jika kedatangan Elang untuk menemuinya kali ini sepertinya bukan untuk urusan pekerjaan. Tapi ada hal lain.Apalagi ketika mereka menyambutnya di bawah tangga tanpa melepaskan genggaman tangan mereka, Aisyah makin yakin dengan dugaannya.Dia menatap dingin pada mereka, seolah olah meminta penjelasan dari mereka. Padahal dalam hatinya, dia cukup tersenyum senang.Pernah bahkan seringkali malah, Aisyah mengkhawatirkan Putranya itu.Memikirkan Kapan Elang akan menyusul adiknya? Mengkhawatirkan, Apakah ada yang mau menerima Elang yang pernah berada di dunia gelap?Adakah keluarga yang mau dengan tulus menerima Elang, seperti keluarga Albarez yang bisa menerima Zha dengan tulus?Begitu banyak kekhawatiran Aisyah saat merenungkan nasib percintaan Putranya kelak. Tapi ketika melihat apa yang ada di hadapannya itu, hatinya mendadak lega seketika.Alexa!Benar! Gadis itu sangat tepat untuk Putranya.
Pagi berikutnya,Elang mengajak Alexa untuk menemui Ibunya.Sebelum datang berkunjung, Elang terlebih dulu menghubungi Aisyah.Elang sedikit terkejut saat Ibunya mengatakan jika Ibunya sekarang sudah pindah dan tinggal di rumah utama. Memang benar, Aisyah sekarang tinggal bersama beberapa orang pelayan dan anak buahnya di Rumah Besar milik Tuan Glendale.Sudah ada satu bulanan dia tinggal disini. Sebenarnya dia tidak ingin lagi masuk ke rumah ini. Mengingat begitu banyak kenangan pahit yang pernah terjadi di rumah ini. Tetapi entah kenapa, pada akhirnya dia sendiri memutuskan untuk tinggal disini.Atau mungkin Aisyah hanya ingin mengingat semua kenangan masa lalu.Disinilah dia dilahirkan dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan oleh kedua orang tuanya. Meskipun pada saat itu dia tahu jika kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya itu bukanlah orang tua biasa seperti orang tua teman temannya. Tapi orang tuanya adalah seorang ketua mafia. Aisyah sadar jika dirinya adalah pu
Ketika mendengar Elang mengatakan kata kencan, Alexa tidak bisa untuk tidak membulatkan kedua matanya. Tentu saja dia terkejut, "Apa yang kamu katakan Elang? Kencan? Siapa yang kencan?"Elang belum menjawab, dia malah tertawa kecil terlebih dahulu, kemudian berkata, "Yang kencan ya kita, memang kenapa? Aku mengajakmu keluar untuk kencan. Kamu keberatan?"Sumpah demi apapun, saat ini wajah Alexa memerah. Jantungnya berdegup keras. Dia langsung merasa gugup.Biasanya dia akan diajak keluar oleh Elang untuk melakukan sebuah pekerjaan. Kalau dulu saat dia masih berada di Klan Selatan, dia hanya tahu, keluar hanya untuk menyelesaikan misi. Jadi bagaimana dia tidak gugup, saat tiba tiba saja Elang mengatakan jika akan berkencan dengan dirinya?Sungguh, hati gadis ini merasa seperti terbang diatas awan."Hei, kenapa malah melamun? Kamu keberatan ku ajak pergi kencan?" Elang bertanya lagi, itu membuat Alexa tersentak dari lamunannya. Wajahnya semakin memerah."Bukan begitu. Tapi aku, aku han
Saat ini Halilintar masih bersama Zha di kamar Mereka. Mereka melepaskan rindu dan keresahan hati mereka yang sempat mereka rasakan tadi. Beberapa saat kemudian Zha menanyakan Zhilan dan Zhelin padq Halilintar."Apa Mereka rewel dan membuatmu kewalahan Hal?" Zha bertanya.Halilintar menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak Zha. Apa kamu tahu, Mereka sangatlah pengertian. Mereka sama sekali tidak rewel, seperti tahu jika orang tuanya sedang ada masalah.""Sungguh kah?" Zha senang mendengarnya dan segera menghampiri Ranjang si kembar. Dia menatap dua putri kembarnya yang masih terlelap.Zha mengambil Zhilan dan menggendong bayi itu. Mata Zha berkaca-kaca. Dia bersyukur bisa kembali lagi kesini. Hampir saja dia tidak bisa melihat tumbuh kembang mereka, jika saja Victor membawanya ke kantor polisi dan dia di penjara.Kehidupan Mereka akan jauh lebih menyedihkan dibanding hidup Zha. Mereka akan mendengar jika lahir dari seorang wanita pembunuh dan kini ibunya mendekam di penjara.
Halilintar masih seperti tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Zha! Benarkah ini kamu? Atau aku hanya sedang bermimpi?" Halilintar merasa jika ini mungkin hanyalah mimpi karena dia terlalu memikirkan Zha seharian ini. Tapi dia tersentak dan sadar ketika Zha menyentuh pipinya dan bersuara."Hall! Ini aku. Aku telah kembali untuk kalian." Zha mengusap air mata pria itu yang masih membekas di sana.Halilintar tercengang lalu segera berteriak,"Zha.." Halilintar menarik kasar tubuh Zha dan memeluknya dengan begitu erat."Kamu kembali untuk kami? Benarkah ini?" tanya Halilintar di sela isakannya seperti tidak percaya dengan semua ini."Maafkan aku yang sudah berniat meninggalkan kalian. Aku tidak akan pergi lagi Hall. Mulai sekarang aku akan disisi kalian." jawab Zha juga ikut terisak di pelukan suaminya.Halilintar menarik tubuh Zha yang tampak lemas kedalam kamar. Lalu membawanya duduk di sofa. Berkali kali mengusap wajah istrinya dan menghujaninya dengan kecupan hangat."Ceritakan p
Tidak ada yang tidak terkejut dengan ucapan Aisyah barusan saat dia memerintah Elang untuk mengumpulkan anak buah Zha dari Poison Of Death dan dari anak buah klan Selatan milik almarhum Ardogama dulu.Semua orang terkejut, terlebih lagi Elang. Dia tidak menyangka jika Ibunya akan berkata demikian dan bahkan berpikir hingga sejauh itu.Elang masih merasa tak percaya dan langsung mengguncang bahu ibunya."Ibu, apa yang kamu bicarakan? Ibu tidak boleh melakukan itu. Kita tidak boleh membangun kembali Klan Jangkar Perak. Aku juga tidak mau mengingkari janjiku pada Ayah!" ucap Elang."Tapi keadaan ini terdesak Elang. Kita harus menyelamatkan adikmu. Apa kamu mau adik kamu Zha membusuk di penjara?" tegas Aisyah.Elang menggelengkan kepala, "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Aku akan mengeluarkan Zha dari penjara Bu, percayalah. Tapi jika untuk membangun Klan Jangkar Perak kembali, aku tidak setuju. Zha juga pasti akan kecewa pada kita, jika kita melakukan itu." balas Elang. Saat ini,
Kedua pria bapak beranak itu telah melangkah meskipun dengan perasaan yang mulai tidak tenang dengan kedatangan Victor kali ini.Aaron maupun Halilintar sama sama menatap Victor yang sudah berdiri di depan pintu, dan yang membuat mereka semakin tidak tenang adalah kali ini Victor datang tidak sendiri melainkan ada tiga polisi di belakang Victor.Victor memberi salam, mengangguk hormat dan melangkah, "Selamat siang Tuan Aaron Albarez dan Halilintar. Maaf jika kami mengganggu waktu kalian." ucap Victor."Selamat siang juga detektif Victor. Silahkan masuk." sahut Aaron. Meskipun Victor adalah anak dari Kim, tetapi Aaron sangat menghormati karena pria muda yang berdiri di hadapannya itu adalah Seorang Detektif. Victor juga sangat menghormati keluarga ini, mungkin jika bukan karena tugas dan bukan karena tanggung jawabnya mungkin saat ini Victor pun tidak akan ada disini dengan membawa Sebuah kepentingan seperti ini. Sebelum datang kemari hari ini, Victor juga sempat Dilema. Tetapi ini
Setelah beberapa saat Halilintar berbicara pada Zha, Dokter meminta izin untuk memeriksa keadaan Zha kembali guna memastikan keadaan Zha.Mereka menyingkir, memberi ruang untuk dokter dan Tim. Zha diperiksa kembali, pemeriksaan yang sangat teliti. Dan Dokter tidak menemukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi. Keadaan kondisi Zha dinyatakan telah membaik.Semua orang bernafas lega sekarang. Dokter juga bernafas lega. Dia merasa seperti telah terlepas dari rantai besi yang membelenggu lehernya. Segera memberi perintah pada tim untuk memindahkan Zha ke ruangan rawat inap.Setelah Zha sudah dipindahkan, Dokter berpamitan. "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi pada keadaan Nona Zha. Jadi kalau begitu, saya akan permisi. Saya akan tetap kembali lagi secara rutin untuk memeriksa kembali perkembangan kesehatan Nona Zha dengan berkala." dokter berkata pada mereka khususnya pada Halilintar.Halilintar mengangguk, "Terima kasih Dokter, atas semua usaha kalian. Benar benar terima kasih."Dok
"Dokter..! Dokter.! Apa yang terjadi pada istri ku? Buka .!!!" Halilintar menggedor gedor pintu.Tidak ada yang mempedulikan Halilintar meskipun dia sudah berteriak kencang dan menggedor gedor pintu. Tim Dokter didalam sana sedang bekerja seoptimal mungkin untuk melakukan transfusi darah pada Zha dengan memburu waktu yang tersisa."Hall, tenanglah. Mereka sedang berusaha. Jangan mengganggu konsentrasinya tim dokter. Istrimu pasti baik baik saja. Ayo kembali." Aaron lagi lagi berusaha untuk menenangkan hati Putranya, kemudian menarik tangan Halilintar kembali ke bangku panjang."Pa, pasti terjadi sesuatu pada Zha Pa.! Mereka semua terlihat panik!" kata Halilintar."Tidak Hall, mereka sedang mengejar sisa waktu yang dimiliki Zha. Bisakah kau berpikir jernih dulu dan jangan selalu berprasangka buruk?!!" tegas Aaron, membuat Halilintar mendongak menatap wajah Ayahnya."Maafkan aku Pa, aku sungguh panik." jawab Halilintar mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.Aaron tahu jika H