“Galih! Tolong lebih cepat bawa mobilnya!” teriak Mawar.Saat ini ia benar-benar khawatir dengan keadaan Rama. Wajah Rama terlihat sangat pucat, bahkan tubuhnya sangat dingin.Mawar sudah memberikan jaket dan selimut untuk Rama, tetapi Rama tetap kedinginan hingga menggigil.“Rama, bangunlah! Kamu jangan membuatku panik seperti ini,” ujar Mawar.Melihat orang yang ia sayangi sakit hingga pucat seperti itu tentu membuat Mawar merasa sangat khawatir. Apalagi sebelumnya terjadi pertengkaran kecil di antara mereka.Mawar menggenggam tangan Rama, mencoba memberikan kehangatan pada tubuh Rama yang kedinginan itu.Setelah beberapa saat perjalanan, mereka pun sampai di rumah sakit terdekat dari rumah Mawar.Di sana Galih langsung meminta bantuan perawat yang bertugas di malam itu. Mereka semua langsung membawa Rama ke ruang pemeriksaan di rumah sakit itu.Galih duduk di samping Mawar yang masih memasang raut wajah khawatir. Di sana Galih menemaninya, sedangkan Sarah ada di rumah Mawar untuk m
“Maaf jika aku terkesan keras kepadamu hari ini, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sendirian lagi di dunia ini, maaf karena aku tidak mengertimu.” Mawar menundukkan kepalanya.Di hadapan Rama yang masih menunjukkan wajah dinginnya ia meneteskan air matanya, berharap Rama akan meluluh dengan tangisannya itu.“Jangan menangis di sini, aku tidak mau melihat air mata itu,” ucap Rama. “Kamu tidak salah, jangan meminta maaf.”“Sejak kapan kamu merasakan tubuhmu tidak enak? Mungkinkah kamu mengatakannya kepadaku jika tadi aku tidak berlaku dingin kepadamu?” tanya Mawar.“Aku lebih suka menyimpan rasa sakit ini sendirian,” jawab Rama. “Jangan menangis dan pulanglah!”“Aku tidak akan pulang, aku akan di sini. Meski kamu melarangku menangis, jika kamu masih berlaku dingin kepadaku, maka aku akan tetap menangis,” jelas Mawar.Rama hanya menarik napas panjang dan menggeleng pelan, tidak mengerti dengan kelakuan istri pura-puranya itu.Saat keheningan terjadi di antara mereka, tiba-tiba pintu ka
“Pak, semalam saya mendapatkan info bahwa Mas Rama baru saja dilarikan ke rumah sakit,” ucap Agus yang baru saja menjemput Reynald untuk pergi ke kantornya. “Rama ke rumah sakit? Dia sakit apa? Bagaimana keadaannya?” Reynald memasang wajah panik. “Hasil pemeriksaannya belum keluar tadi malam, mungkin sudah keluar pagi ini. Keadaannya cukup parah karena semalam sampai dibantu oleh Pak Galih untuk pergi ke rumah sakit, sepertinya Mas Rama pingsan semalam,” jelas Agus. Reynald yang mendapati berita itu langsung merasa khawatir. Hatinya tidak tenang mendapati keadaan putranya tidak baik-baik saja. “Kalau begitu, sekarang juga kita ke rumah sakit tempat Rama dirawat, saya harus melihat keadaannya langsung,” ucap Reynald. “Tapi, bukankah hari ini Bapak ada rapat penting?” tanya Agus. “Saya bisa undur rapatnya sampai siang nanti, sekarang saya ingin melihat langsung kondisi Rama dan memastikan keadaannya kepada dokter,” jawab Reynald yang kini mengeluarkan ponselnya. Reynald langsung
“Pak!” Mawar menyapa sopan Reynald yang baru memasuki ruangan dokter yang menanganinya.Reynald yang mendapati sapaan itu langsung tersenyum, ditambah lagi ia melihat Dio yang ada di gendongan Mawar kala itu.“Akhirnya saya bisa melihat menantu dan cucu saya lebih dekat,” ujar Reynald.“Iya, Pak. Akhirnya ada waktu untuk kita bertemu seperti ini, seharusnya kemarin, tetapi sepertinya Bapak sangat sibuk untuk memenuhi keinginan Hana kemarin,” ucap Mawar.Reynald yang mendengar hal itu langsung mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan apa yang Mawar ucapkan.Saat ia sedang dalam kebingungannya, seorang dokter masuk ke ruangan tersebut dan mengalihkan perhatian mereka.“Saya mendengar bahwa ada dua orang yang ingin mengetahui kondisi pasien. Jika kalian tidak keberatan, saya akan menjelaskannya secara bersama,” ujar dokter tersebut.“Tidak masalah, Dok.” Mawar dan Reynald menjawab secara bersamaan.Dokter tersebut langsung mempersilakan Reynald dan Mawar untuk duduk untuk mendenga
“Dio, kita di sini saja ya bersantai, kita biarkan Kak Mawar dan Kak Rama berduaan di kamar. Kak Sarah bilang mereka sedikit bertengkar kemarin, maka ini saat yang tepat untuk mereka berbaikan. Jadi, kita jangan ganggu mereka, ya.” Hana membawa Dio duduk di taman rumah sakit tersebut.Di sana ia menyuapi Dio camilan bayi yang ia beli sebelumnya di kantin. Seraya menunggu kakak-kakaknya berbaikan, ia memilih untuk ngemil bersama Dio di taman.Di taman tersebut Hana mengajak main Dio sambil memakan cemilan yang sudah mereka beli. Hana yang cukup senang dengan anak kecil secara santai merawat Dio.Saat mereka sedang asik bermain di sana, tiba-tiba ada seseorang yang datang di hadapan Hana.Hana mendongak dan menatap laki-laki yang berdiri di depannya. Saat melihat wajah laki-laki itu, ia langsung menunjukkan tatapan tajam.“Hai! Adik tiriuku sudah berani menatapku dengan tajam seperti itu?” ucap laki-laki itu.“Aku akan selalu menatap Kak Fran dengan tatapan seperti ini,” sahut Hana.Sia
“Mengapa semua ini terjadi? Kenapa harus ada hal-hal seperti ini terjadi? Seharusnya aku sudah bisa berbaikan dengan Hana dan Rama kemarin,” gumam Reynald dalam hati.Ia terus termenung di saat semua orang sedang membahas hal penting tentang perusahaannya.Siang ini sesuai dengan jadwalnya ia mengadakan rapat internal di perusahaannya, tetapi sampai saat ini ia sama sekali tidak fokus dengan semua rapat yang ia jalani hari ini.Setelah mendengar penjelasan dari Tasya sebelumnya, pikirannya langsung beralih. Ia tidak bisa memikirkan tentang perusahaannya, yang ia pikirkan adalah tentang surat yang berbeda yang ia dapatkan.“Pak Reynald? Anda mendengarkan presentasi saya?” Seorang kepala staf produksi menatap Reynald dengan tatapan bertanya.Sudah sejak tadi ia melakukan presentasi, tetapi Reynald sama sekali tidak menghiraukan presentasi tersebut.Seketika pandangan semua orang langsung beralih pada Reynald yang masih menunjukkan tatapan kosongnya.Saat itu juga Tasya yang ada di dekat
“Ada papahmu di depan, dia ingin bertemu denganmu,” ucap Mawar yang baru masuk ke kamar rawat Rama.“Untuk apa dia ke sini?” tanya Rama.“Dia ingin menjelaskan apa yang terjadi kemarin sampai dia tidak bisa datang dan memenuhi keinginan Hana. Dia sudah bertemu dengan Hana dan menjelaskannya. Sekarang waktunya dia bertemu denganmu dan menjelaskan segalanya agar kamu tidak salah paham kepadanya,” jelas Mawar.Rama hanya diam, ia sendiri masih merasa kesal dengan apa yang terjadi sebelumnya.“Kamu mau kan memberikan kebahagiaan kepada Hana? Jika kamu mau melakukannya, maka jangan tutup mata dan telingamu untuk mendengar penjelasan dari papahmu. Biarkan dia menjelaskan segalanya, agar kesalahpahaman kalian tidak berlanjut dan semakin parah. Kalau kamu dan papahmu bisa bersatu kembali, itu kebahagiaan yang besar untuk Hana,” ucap Mawar.Mawar membelai lembut rambut Rama dan menatapnya dengan tatapan serius. “Tolong, ya. Biarkan papahmu menjelaskan dulu semuanya.”Rama menarik napas panjang
“Kalian sudah memastikan bahwa di rumah ini tidak ada Mawar dan orang yang memihak pada Mawar?” tanya Fran pada para pengintainya.“Sudah, Pak. Bu Mawar dan teman-temannya sedang sibuk di rumah sakit dan mengurus perusahaan mereka, sedangkan ibunya dan omnya Bu Mawar yang memihak pada Rama sedang tidak ada di rumah. Jadi, bisa dipastikan bahwa saat ini rumah ini hanya berisikan mereka yang masih meragukan Rama,” jelas salah satu mata-mata Fran.Fran tersenyum mendengar hal itu, lalu ia langsung turun dari mobil tersebut dan pergi menuju rumah Mawar.Di sana ia menekan bel dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.Beberapa saat setelahnya Tian membukakan pintu tersebut. “Anda kakaknya Rama, kan? Ada apa Anda ke sini? Rama sedang di rumah sakit.”“Saya ke sini untuk bertemu denganmu, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan mengenai Rama, dan yang pasti ini untuk nama baik keluarga kalian,” ucap Fran.Tian yang mendengar hal itu langsung berpikir, lalu ia mengajak Fran untuk m