“Kalian sudah memastikan bahwa di rumah ini tidak ada Mawar dan orang yang memihak pada Mawar?” tanya Fran pada para pengintainya.“Sudah, Pak. Bu Mawar dan teman-temannya sedang sibuk di rumah sakit dan mengurus perusahaan mereka, sedangkan ibunya dan omnya Bu Mawar yang memihak pada Rama sedang tidak ada di rumah. Jadi, bisa dipastikan bahwa saat ini rumah ini hanya berisikan mereka yang masih meragukan Rama,” jelas salah satu mata-mata Fran.Fran tersenyum mendengar hal itu, lalu ia langsung turun dari mobil tersebut dan pergi menuju rumah Mawar.Di sana ia menekan bel dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.Beberapa saat setelahnya Tian membukakan pintu tersebut. “Anda kakaknya Rama, kan? Ada apa Anda ke sini? Rama sedang di rumah sakit.”“Saya ke sini untuk bertemu denganmu, ada beberapa hal yang harus kita bicarakan mengenai Rama, dan yang pasti ini untuk nama baik keluarga kalian,” ucap Fran.Tian yang mendengar hal itu langsung berpikir, lalu ia mengajak Fran untuk m
“Om, tidak bisakah Om langsung ada di pihak saya saat ini?” tanya Fran saat dirinya sedang berduaan dengan Tian di depan rumah tersebut.Setelah berbicara dengan kakek Mawar dan Tian, Fran kini sudah berpamitan untuk pulang. Namun, ia kembali memulai pembicaraan saat Tian mengantarkannya ke depan rumah tersebut.“Saya tidak bisa langsung percaya denganmu. Biar bagaimanapun kamu sudah merenggut kesucian keponakan saya dan saya tidak terima dengan perlakuanmu,” jawab Tian.“Kenapa Om terlihat begitu suci? Padahal Om sendiri tidak sedemikian,” gumam Fran. “Saya mengetahui beberapa hal tentang Om, salah satunya adalah rahasia yang selama ini Om sembunyikan.”Tian yang mendengar hal itu langsung menoleh untuk memastikan tidak ada yang mendengar ucapan Fran saat itu.“Apa yang kamu tau?” Tian mendekat dan menatap Fran dengan tatapan tajam.“Om pernah melakukan hal yang sama kan dengan perempuan lain? Om pernah bersenang-senang dengan seorang perempuan, padahal Om tau bahwa keluarga Om tidak
“Kamu diminta untuk istirahat, bukannya bekerja,” omel Mawar yang baru saja memasuki kamar rawat Rama.Malam ini, ia baru selesai makan malam di kantin rumah sakit tersebut, dan saat ia kembali ia malah melihat Rama sedang bergelut dengan laptop dan berkas-berkas pekerjaannya.Rama menoleh dan tersenyum mendengar hal itu. “Aku sudah bilang bahwa aku baik-baik saja, jadi aku bisa bekerja.”“Dokter bahkan tidak mengatakan hal itu, kamu saja masih harus dirawat dan diinfus, itu berarti kamu sakit,” sinis Mawar. “Siapa juga yang memberikan barang-barang ini kepadamu?”Bertepatan dengan hal itu, Galih keluar dari toilet kamar tersebut dan langsung menatapkan tatapan tajam dari Mawar.Galih yang tidak mengerti dengan keadaan itu hanya bisa menunjukkan wajah bingung, sedangkan Mawar kini langsung mendekat dan menjewer telinga Galih.“Untuk apa kamu kasih laptop dan berkas-berkas itu ke Rama? Kamu mau membuatnya tambah sakit?” tanya Mawar.“Aku hanya disuruh oleh Rama, dia yang memintaku memb
“Kamu mau ke mana?” tanya Reynald saat melihat istrinya sedang merapikan koper.“Aku sudah janji untuk liburan bersama dengan teman-temanku, besok pagi aku berangkat, maka hari ini aku harus merapikan barang-barangku,” jawab Dewi.“Kamu mau ke mana lagi? Belum lama kamu sudah menghabiskan waktu ke Jepang bersama dengan teman-temanmu. Lalu sekarang kalian mau pergi lagi? Kalian itu ibu rumah tangga, kalian harusnya di rumah,” ujar Reynald.Dewi menarik napas panjang dan menatap Reynald dengan tatapan serius. “Seorang ibu rumah tangga juga perlu liburan. Kita akan bosan jika terus-terusan di rumah, maka kita harus pergi jalan-jalan. Sebagai seorang suami, sudah sepantasnya kamu memberikan kebahagiaan untuk istrimu dengan memanjakan dia.”“Aku tau kewajibanku, tetapi kamu juga harus kewajibanmu. Kamu harus melayaniku, bukannya pergi-pergian dari rumah dan sering berlibur seperti ini,” ujar Reynald.“Aku harus melayanimu? Kamu saja sudah jarang ada di rumah setelah bertemu dengan anak-ana
“Bapak sudah cukup lama di luar, sebaiknya Bapak masuk dan istirahat, Bapak jangan sampai sakit juga seperti Mas Rama,” ujar Agus.“Saya belum merasa tenang, saya akan masuk setelah Dewi tidur saja. Saya tidak mau berdebat dengannya,” sahut Reynald yang masih dengan santai bersandar di kursi taman tersebut.Matanya masih memperhatikan pemandangan langit malam itu, pikirannya dipenuhi dengan berbagai masalah yang datang dalam kehidupannya.Sesaat setelah itu ia mendapati ponselnya berbunyi. Saat itu juga ia langsung mengeluarkan ponselnya dan melihat pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.Ia membuka pesan tersebut dan membaca isinya, setelahnya ia memperlihatkan pesan tersebut kepada Agus.“Orang itu kembali berulah,” ujar Reynald.Agus melihat pesan tersebut dan membacanya dengan seksama. “Dia mengirimkan laporan lainnya yang janggal dalam perusahaan kita, sepertinya dia memiliki banyak bukti tentang hal itu. Bagaimana jika semua ini benar dan ada yang mengetahuinya? Perusahaan kita
Mawar bangun dari tidurnya, ia melepaskan pelukannya dengan Rama, lalu ia turun dari kasur tersebut. Ia beranjak ke tempat tidur Dio yang ada di sebelahnya.“Sayang, kamu sudah bangun?” Mawar membuka selimut yang menutupi tubuh Dio. Saat ia membuka selimut tersebut, ia langsung membelalakan matanya. Ia terkejut saat mengetahui putranya tidak ada di tempat tidur tersebut. Semalam, sebelum ia tidur dengan Rama di ranjang rawat tersebut, ia sudah memastikan putranya tertidur di tempat tidur yang disediakan di sebelah tempat tidur Rama. “Rama! Dio tidak ada di tempatnya!” ucapnya panik. Rama yang sudah setengah sadar dari tidurnya pun langsung tersentak dan bangun dengan wajah panik. “Semalam dia di sini, tapi sekarang tidak ada,” ujar Mawar panik. “Dia tidak mungkin turun sendiri, dia belum bisa turun dari tempat tidur yang cukup tinggi seperti ini.” Mawar yang memiliki pikiran negatif pun langsung bergegas memeriksa ke seluruh ruangan tersebut untuk mencari Dio. Termasuk Rama yang
“Kapan kalian kembali?” tanya kakek Mawar pada Wira dan Eva yang sudah ada di meja makan pagi ini. “Kami sampai tadi malam saat kalian sudah tidur, jadi kami tidak membangunkan kalian,” jawab Wira. Kakek Mawar hanya mengangguk, lalu ia duduk bersama yang lain yang saat itu sudah ada di meja makan tersebut. “Tian, selama Kakak pergi, apa yang kamu lakukan? Kakak lihat kerjasama kita banyak yang sudah terjalin dengan perusahaan besar, bahkan kita mendapatkan modal yang cukup untuk proyek kita selanjutnya. Apa yang terjadi?” Wira menatap Tian dengan tatapan bertanya. Tian yang belum mengetahui hal itu langsung membelalakan matanya, ia pun kaget mendapati semua hal itu sudah terjadi. “Kamu tidak tau tentang hal ini?” tanya Wira. “Em... aku kemarin sempat mengirim proposal ke perusahaan-perusahaan itu, tapi aku belum tau jika semua proposal tersebut sudah disetujui,” jawab Tian dengan terbata-bata. “Bagus deh, jika proposal itu sudah disetujui. Sekarang, kita hanya perlu bekerja leb
“Ibu! Om! Kalian sudah sampai!” Mawar berlari menghampiri ibunya yang baru saja sampai di depan kamar Rama.Eva memeluk putrinya dan membelai rambutnya lembut. “Bagaimana keadaan Rama? Dia sudah membaik?”“Iya, dia sudah lebih baik, kemungkinan juga hari ini atau malam nanti dia sudah bisa pulang ke rumah,” jawab Mawar.“Syukurlah jika Rama sudah membaik. Kita sempat khawatir karena menerima kabar dia sakit kemarin,” ujar Wira.“Bukan hanya kalian, bahkan aku pun sangat khawatir kepadanya kemarin. Tapi, syukurnya keadaannya pulih dengan baik, jadi aku bisa lebih bernapas lega,” jelas Mawar.“Kamu mau ke mana? Dan di mana Rama? Kita ingin bertemu dengannya.” Eva menatap Mawar penuh tanya.“Aku baru saja dari kantin untuk beli minuman,” sahut Mawar. “Ayo masuk! Rama ada di dalam dengan Dio!”Mawar langsung masuk ke kamar tersebut dengan diikuti oleh Eva dan Wira.Di dalam sana mereka bisa langsung melihat Rama yang sedang mengajak main Dio dengan mainan-mainan yang ada di kasur tersebut
Sore ini Rama dan Reynald sudah kembali ke apartemen mereka setelah melewati hari panjang dan penuh dengan penyelesaiaan masalah ini.Mereka berdua langsung duduk di ruang tengah untuk bersantai sejenak dan mengistirahatkan tubuhnya.Saat mereka sedang duduk bersama di sana, Rama bergeser ke sebelah Reynald dan memeluknya dengan erat.“Pah, terima kasih atas segalanya,” ujar Rama.Reynald yang mendapati hal itu pun langsung menatap putranya dengan tatapan bingung.“Selama ini Papah selalu sabar menghadapiku, Papah tidak pernah marah kepadaku, meski perlakuanku kepada Papah sangatlah tidak pantas. Papah tetap berjuang untuk hubungan kita, Papah tidak pernah menyerah menghadapiku. Bahkan, di saat aku berlaku kasar kepada Papah dan menyakiti Papah dalam keadaan tidak sadar, Papah menerimanya dan malah menyayangiku lebih dari sebelumnya,” jelas Rama.“Kamu anak Papah, sudah sepatutnya Papah menyayangimu. Kamu tidak pernah menyakiti Papah,” ucap Reynald.Rama mendongak dan tersenyum kepada
Saat ini Rama dan Reynald sudah berkumpul dengan beberapa klien yang bekerja sama dengan perusahaannya. Mereka semua melakukan rapat tertutup di kantor mereka agar tidak ada orang yang tidak diizinkan masuk ikut dalam rapat tersebut.“Terima kasih karena Bapak-Bapak semua sudah berkumpul dan menyempatkan waktu untuk hadir dalam rapat kali ini. Sebelumnya saya meminta maaf karena mengundang kalian secara dadakan pada rapat kali, sebab ada beberapa hal penting yang harus kita bicarakan,” ujar Reynald langsung membuka pembicaraan.“Pak Reynald tidak akan mengadakan rapat dadakan seperti ini jika keadaannya tidak begitu genting. Untuk itu, Bapak bisa langsung jelaskan saja apa yang sebenarnya terjadi?” Salah satu kliennya menatap penuh tanya.Saat ini semua orang di ruangan itu memasang wajah penasaran dan penuh ketegangan. Pasalnya, rapat tersebut tidak akan diadakan tanpa keadaan mendesak.“Ada berita buruk dari perusahaan kami, salah pimpinan di perusahaan kami, Fran telah melakukan su
Saat ini Rama dan Mawar sedang dalam perjalanan menuju Bandung. Sebentar lagi mereka akan masuk tol untuk pergi keluar kota dan menuju Bandung.Selama perjalanan itu Rama hanya diam dengan tatapan kosong ke depan, sedangkan Mawar fokus menyetir mobil tersebut.Beberapa saat setelahnya tiba-tiba Rama memegang tangan Mawar. “Kita putar balik.”Mawar yang mendengar hal itu tentu langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Ada masalah apa?” tanya Mawar.“Ada hal yang harus kita selesaikan,” jawab Rama.Mawar yang masih tidak mengerti dengan ucapan Rama pun mengerutkan keningnya dan menatap Rama dengan tatapan bingung.“Di depan kita putar balik saja!” suruh Rama.Mawar yang masih dalam keadaan bingung hanya bisa mengangguk. Ia masih melajukan mobilnya dan saat bertemu dengan tempat putar balik, ia langsung memutar balikan mobilnya dan melajukan kembali mobil tersebut ke arah apartemen tempat Rama tinggal.Saat ini yang bisa Mawar lakukan hanya mengikuti perintah Rama. Ia ti
“Om! Rama ingin tetap pergi untuk menenangkan diri, tetapi Om tenang saja karena aku akan pergi bersama dengannya. Rama sudah berjanji denganku kalau dia mau pergi denganku dan dia akan kembali nantinya jika dia sudah lebih baik,” ujar Mawar.Reynald yang mendapatkan berita baik itu pun langsung tersenyum senang. Akhirnya ada cara untuk membuat putranya kembali memiliki keinginan untuk bertahan.“Om ada sebuah vila di Bandung, kalian bisa pergi ke sana untuk menenangkan diri. Vila itu terletak di desa, jadi suasananya akan jauh lebih tenang dan segar untuk kalian menjernihkan pikiran,” sahut Reynald.“Baiklah, Om. Aku akan membawa Rama ke sana, mungkin aku perlu waktu beberapa hari untuk menenangkan Rama di sana dan nantinya kami akan kembali dan melanjutkan rencana yang sudah kita buat sebelumnya,” ucap Mawar.“Tolong jaga Rama, saat ini hanya kamu yang bisa dekat dan berbicara baik-baik kepadanya. Jadi, bantu Om untuk membuatnya memiliki ambisi untuk hidup dan membuatnya kembali sep
“Rama! Kamu sudah bangun?” Wulan mengetuk-ngetuk pintu kamar Rama.Tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut, sehingga Wulan langsung langsung saja masuk ke dalam kamar tersebut.Wulan masuk ke kamar tersebut dan langsung melihat Rama yang sudah menggunakan pakaian rapi dan membawa tas juga kopernya.“Rama kamu mau ke mana?” Wulan menghampirinya dengan tatapan khawatir.Rama hanya diam, tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. Ia hanya fokus membereskan barang-barangnya yang masih tersisa di meja kamar tersebut.“Rama, kamu yakin mau pergi? Kamu yakin mau meninggalkan keluargamu ini?” tanya Wulan.Rama masih tidak menjawab, sehingga Wulan langsung memegang tangan Rama dan menahan dirinya untuk berhenti membereskan barang-barang tersebut.“Rama, Tante sudah bilang jika kita harus membicarakan hal ini dulu, kamu tidak boleh langsung pergi seperti ini. Kamu akan membuat papahmu dan semua orang yang dekat denganmu khawatir jika kamu pergi seperti ini,” ujar Wulan.“Aku baik-baik saja,
“Wulan, bagaimana keadaan Rama setelah kamu lakukan pemeriksaan tadi?” tanya Reynald. “Keadaannya cukup parah, sama seperti keadaannya satu tahun lalu,” jawab Wulan. “Tapi, aku menemukan fakta bahwa dia masih memiliki kelemahan untuk kita gunakan agar dia tidak membahayakan dirinya sendiri.”Reynald yang mendengar hal itu langsung menatap Wulan dengan tatapan bertanya. Ia sangat penasaran dengan kelemahan Rama itu.“Dia masih memikirkan kalian, saat aku membahas tentang bagaimana kalian ketika dia pergi, dia terdiam, seolah berpikir mengenai apa yang aku tanyakan. Semua itu menunjukkan bahwa dia masih peduli kepada kalian dan ini kesempatan kita untuk tetap mempertahankannya,” jelas Wulan.“Selanjutnya, langkah apa yang harus aku ambil untuk menangani masalah ini?” tanya Reynald.“Saat ini kita bisa menahan Rama dengan cara kalian yang kembali bergantung kepadanya. Semakin dia merasa dibutuhkan, maka ada kemungkinan dia akan bertahan dan kembali seperti semula,” jelas Wulan. “Yang pa
“Mawar, kamu sudah lama menunggu?” Tasya datang menghampiri Mawar yang sudah menunggunya di sebuah kafe dekat tempat tinggal mereka.“Belum, aku juga baru datang beberapa menit lalu,” jawab Mawar. “Duduklah!”Tasya duduk di sana, lalu ia menatap Mawar dengan tatapan bertanya. Sepertinya ada hal penting yang ingin Mawar bicarakan, sampai ia mengajaknya bertemu.“Kamu tau tentang penyakit mental Rama sebelumnya?” tanya Mawar.“Aku tau, sebab pada saat itu aku sudah ikut dan dekat dengan Pak Reynald,” jawab Tasya.“Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rama saat itu? Apa Rama tidak mengingat sedikitpun kejadian tentang hari itu?” tanya Mawar.
“Rama sudah lebih tenang sekarang, Dokter bisa masuk untuk menemuinya,” ujar Edo. “Saya akan berjaga di sini. Panggil saja jika terjadi sesuatu.”“Saya hanya akan mengajak Rama mengobrol baik-baik saja, kalian tenanglah dan jangan masuk dulu sebelum saya izinkan, takutnya itu mengganggu emosi Rama,” ujar seorang dokter perempuan yang merupakan seorang psikiater Rama.“Wulan, saya mohon sembuhkan Rama seperti dulu, saya menaruh harapan besar padamu,” ujar Reynald.“Kamu tenang saja, saya sudah menghadapi Rama sejak dia masih kecil, saya akan coba untuk menyembuhkannya kembali kali ini,” ujar dokter perempuan itu.Reynald mengangguk, lalu ia membiarkan Wulan masuk ke kamar tempat Rama berada.Di dalam sana ia langsung mendekat ke arah Rama yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.“Rama, kamu ingat dengan Tante?” tanya Wulan.Rama menatap Wulan dengan lamat, mencoba mengenalinya, tetapi ia tidak bisa mengingat wajah perempuan yang ada di depannya itu.“Tante temannya ibumu, orang yang
“Mawar, saat ini Om benar-benar takut akan keadaannya. Saat melihatnya menangis dengan wajah yang menunjukkan raut kekacauan, Om takut jika Rama kembali seperti dulu,” ujar Reynald.“Rama pasti akan baik-baik saja, Om, aku yakin. Saat ini dia hanya sedang stres karena terlalu banyak berpikir, jika Om bisa memberikan pengertian kepadanya tentang apa yang ia kira buruk tentang dirinya, aku yakin dia akan perlahan-lahan mengerti dan kembali lagi seperti biasanya,” jelas Mawar.Reynald menarik napas panjang dan tersenyum tipis. “Om mengerti apa yang Rama pikirkan. Selama ini dia menganggap dirinya sudah sangat sempurna dengan semua hal yang dia usahakan untuk adiknya dan untuk dirinya sendiri. Namun, kenyataan bahwa segalanya tidak sesuai sangat menghantam dirinya dan membuatnya kecewa dengan dirinya sendiri.”“Saat ini Rama hanya perlu dukungan dan pengertian, dia yang merasa tidak berguna harus mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dirinya sudah hebat karena bertahan sejauh ini. Dan, p