“Kamu mau mengetahui hal itu sekarang? Memangnya kamu tidak kuliah hari ini?” tanya Mawar.
“Aku tidak akan ke kampus, aku akan di sini menjagamu,” jawab Rama.
“Hei! Aku baik-baik saja, kamu pergilah ke kampus, jangan mengotori absen hanya karena diriku. Aku bisa menjaga diriku sendiri di sini,” ucap Mawar.
“Tidak, aku akan tetap di sini. Hair ini mata kuliahnya juga tidak begitu menyenangkan, jadi lebih baik aku di sini dan bersenang-senang denganmu,” sahut Rama.
Mawar hanya menggeleng mendengar hal itu. Sepertinya sudah menjadi hal biasa seorang mahasiswa yang malas ke kampus karena tidak menyukai mata kuliahnya.
“Sekarang ceritakanlah kepadaku tentang Fran.” Rama m
“Kamu sudah boleh pulang, jika nanti ada yang dirasakan lagi bisa langsung ke sini untuk pemeriksaan kembali,” ucap seorang dokter yang baru selesai melepaskan infus dari tangan Mawar.“Apa ada penyakit bawaan dalam dirinya, Dok?” tanya Rama.“Tidak ada, hanya demam biasa saja. Saya sarankan agar Bu Mawar tidak stres dan menjaga kesehatannya agar hal seperti tadi tidak terjadi lagi,” sahut dokter tersebut.Rama dan Mawar hanya mengangguk. Setelahnya dokter tersebut pun keluar dari ruangan tersebut.Mawar langsung turun dari kasurnya dan bersiap untuk pulang. Ia sudah tidak sabar untuk pulang dan bertemu dengan putranya.“Yuk kita pulang!” ajak Mawar.
“Jadi, besok kita bisa pergi jalan-jalan?” Mawar menghampiri Rama yang sedang termenung di balkon kamar mereka.Rama yang mendengar suara itu langsung menoleh dan mengangguk. “Kamu diamlah di dalam, angin malam ini cukup dingin, nanti kamu bisa sakit lagi.”“Aku akan masuk jika kamu ikut masuk dan istirahat juga,” sahut Mawar.“Aku ingin menenangkan diri dulu di sini, aku akan tidur jika aku mengantuk nanti,” ucap Rama.“Apa yang sedang kamu pikirkan saat ini? Mau berbagi cerita denganku?” Mawar menyodorkan segelas teh hangat untuk Rama.“Menurutmu, apa aku pertemukan saja Hana dengan papahku?” tanya Rama.“Kalau memang Hana ingin bertemu dengan papahmu, biarkan saja mereka bertemu. Biar bagaimanapun Hana adalah seorang anak, pasti ada rasa rindu di hatinya. Apalagi dia adalah seorang perempuan yang dominan selalu menggunakan hati dan perasaannya untuk menanggapi suatu keadaan,” jelas Mawar.“Tapi, Hana hanya mau bertemu dengan Papah jika aku ikut bersama dengannya. Aku harus bagaiman
“Hari ini kamu ada kegiatan?” tanya Rama.Hana yang sedang menyiapkan minuman untuk kakaknya itu pun hanya menggeleng.Pagi ini ia menyempatkan untuk membuatkan minuman untuk Rama sebelum Rama kembali ke rumah Mawar untuk melanjutkan pekerjaanya.“Hari ini Kakak dan Kak Mawar ingin berjalan-jalan keluar, jika kamu tidak ada kegiatan, kamu mau ikut?” tanya Rama.Hana langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan bahagia. “Benar? Aku mau ikut! Aku ingin meminta maaf kepada Kak Mawar!”“Pulang sekolah nanti akan Kakak jemput, bersiaplah!” ucap Rama.Hana dengan wajah antusiasnya mengangguk, lalu ia menghidangkan teh hangat untuk kakaknya yang masih sibuk bergelut dengan tugas kuliahnya.“Kakak tidak tidur tadi malam?” tanya Hana.“Tidur sebentar, Kakak harus mengerjakan tugas-tugas kuliah Kakak. Sekarang Kakak sudah bekerja setiap hari, jadi Kakak harus pandai-pandai mengatur waktu Kakak,” jawab Rama.“Kakak jangan sakit. Jaga kesehatan Kakak, usahakan untuk tetap tidur di sela-sela k
“Selamat siang Bu Mawar, apa kabar?” Pegawai salon tersebut menyapa Mawar dengan sangat sopan.“Kabar baik. Sudah lama saya tidak mampir ke sini,” sahut Mawar sambil berjalan dan melihat-lihat salon itu. “Saya ingin perawatan seperti biasa, ya.”Beberapa pegawai salon tersebut langsung membawa Mawar untuk duduk di tempat yang sudah tersedia di sana.“Oh iya, ini suamiku. Mungkin dia bisa mendapatkan pijatan terbaik di sini,” ucap Mawar.Rama yang sedang menggendong Dio langsung menatap Mawar dengan tatapan bingung. “Aku juga?”“Beberapa hari belakangan ini aku lihat pekerjaanmu sangat padat, tidak hanya di kantor tetapi tugas-tugas yang lain pun kamu kerjakan. Jadi, lebih baik kamu pijat sebentar di sini untuk merilekskan dirimu,” jelas Mawar seraya menarik tangan Rama agar duduk di tempat sebelahnya.Setelah beberapa saat, para pegawai salon tersebut langsung memberikan perawatan untuk Rama dan Mawar.“Adik! Mau ikut dengan Kakak untuk bermain di sana?” Seorang pegawai salon mencoba
Mawar dan Rama kini dalam perjalanan menuju sekolah Hana untuk menjemputnya. Setelah selesai perawatan dan mengajak main Dio sebelumnya, kini mereka akan pergi untuk makan siang bersama.“Tadi di mal aku bertemu dengan Fran,” ucap Rama.Mawar yang saat itu sedang mengajak main Dio di mobil langsung menoleh dan menatap Rama dengan tatapan kaget.“Kapan? Kenapa kamu baru memberitahuku?” tanya Mawar.“Saat kamu sedang perawatan. Aku tidak ingin merusak waktu bermainmu dengan Dio tadi, maka dari itu aku baru memberitahumu sekarang,” jawab Rama.“Apa yang dia katakan? Apa dia melihat Dio?” Mawar menunjukkan tatapan khawatir.“Dia mencurigai bahwa Dio adalah putranya. Aku rasa sekarang kita harus berhati-hati, sebab dia pasti akan mencari bukti dan membongkar siapa ayah kandung Dio sebenarnya,” jawab Rama.Mawar terdiam, ia sangat terkejut dengan apa yang baru saja Rama ucapkan. “Aku tidak ingin dia mengetahui segalanya!”“Kita harus menjaga kerahasiaan tentang Dio, sebaiknya kamu lebih ber
Rama, Mawar, dan Hana kini sudah tiba di sebuah restoran seafood yang tidak kalah terkenal dengan restoran seafood kesukaan Hana. Di sana mereka langsung duduk di tempat yang sudah disediakan, lalu mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Hana yang kala itu tidak mendapatkan keinginannya pun memasang wajah sinis pada Rama. Ia masih kesal karena Rama hanya mendahulukan emosinya, tidak mendahulukan adiknya. “Yang penting akan seafood kesukaan kamu! Tidak peduli tempatnya di mana, sama saja!” kesal Rama. “Tidak sama!” tegas Hana. “Kalian sepertinya hobi bertengkar, ya? Aku kira kalian adalah kakak adik yang selalu akur-akur saja selama ini.” Mawar menatap Rama dan Hana dengan tatapan penasaran. “Aku akan baik ke Kak Rama jika dia baik kepadaku, jika dia sedang ngeselin seperti ini, aku pun tidak bisa berlaku baik kepadanya,” sahut Hana. Rama mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak ingin bertatapan mata dan berdebat lagi dengan adiknya. Sepertinya ia pun tidak enak dan meras
“Sudah selesai makan, bagaimana kalau sekarang kita shopping?” tanya Hana yang langsung dibalas anggukan senang dari Hana.Mereka berdua langsung segera masuk ke mobil dan bersiap untuk pergi. Sementara Rama hanya menggeleng pelan seraya menggendong Dio.“Sepertinya jika para perempuan sudah bertemu, tidak akan ada habisnya mereka bersenang-senang, ada saja yang mereka lakukan,” gumam Rama.Rama menoleh dan menatap Dio. “Jika suatu saat kamu punya pacar, kamu harus siap-siap mengantarkan mereka ke mana pun mereka mau. Sama seperti apa yang Papah lakukan saat ini. Seolah menjadi driver untuk mereka.”Dio mengangguk, seolah mengerti dengan apa yang Rama ucapkan. Anak kecil itu kini terlihat layaknya seperti orang dewasa yang sudah bisa diajak berkomunikasi.“Rama! Cepat!” teriak Mawar.Rama langsung mempercepat langkahnya dan memasuki mobil tersebut. Di sana ia langsung melajukan mobilnya menuju sebuah mal yang terdekat dari tempat mereka berada saat itu.Sesampainya di sana, Mawar dan
Rama keluar dari toko pakaian tersebut dan mengejar Fran yang berjalan menjauh dari toko pakaian tersebut.“Fran!” panggil Rama.Ia dengan cepat menahan tangan Fran dan menatapnya dengan tatapan tajam. “Berhenti! Untuk apa kamu di sini?”Fran tersenyum sinis. “Kenapa mengejarku? Takut dengan keberadaanku saat ini?”“Untuk apa mengikutiku dan Mawar? Apa yang kamu inginkan?” tanya Rama.“Hanya ingin melihat bagaimana keadaan Mawar saat menjalani kehidupan bersamamu. Ternyata tidak seindah itu kehidupannya,” ledek Fran.“Tau apa tentang kehidupanku dan Mawar? Kamu hanya melihat sekilas dan kamu langsung menyimpulkan?” Rama tertawa pelan.“Tidak ada keromantisan di antara kalian, bahkan kalian terlihat seperti seorang teman biasa, bukan seorang pasangan suami dan istri,” ucap Fran.“Kami tidak perlu menunjukkan keromantisan kami di depan banyak orang, yang jelas kami merasakan cinta yang ada di dalam diri kami!” tegas Rama.Fram hanya tertawa sinis mendengar hal itu. Ketika itu juga Mawar