Rama, Mawar, dan Hana kini sudah tiba di sebuah restoran seafood yang tidak kalah terkenal dengan restoran seafood kesukaan Hana. Di sana mereka langsung duduk di tempat yang sudah disediakan, lalu mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Hana yang kala itu tidak mendapatkan keinginannya pun memasang wajah sinis pada Rama. Ia masih kesal karena Rama hanya mendahulukan emosinya, tidak mendahulukan adiknya. “Yang penting akan seafood kesukaan kamu! Tidak peduli tempatnya di mana, sama saja!” kesal Rama. “Tidak sama!” tegas Hana. “Kalian sepertinya hobi bertengkar, ya? Aku kira kalian adalah kakak adik yang selalu akur-akur saja selama ini.” Mawar menatap Rama dan Hana dengan tatapan penasaran. “Aku akan baik ke Kak Rama jika dia baik kepadaku, jika dia sedang ngeselin seperti ini, aku pun tidak bisa berlaku baik kepadanya,” sahut Hana. Rama mengalihkan pandangan ke arah lain, tidak ingin bertatapan mata dan berdebat lagi dengan adiknya. Sepertinya ia pun tidak enak dan meras
“Sudah selesai makan, bagaimana kalau sekarang kita shopping?” tanya Hana yang langsung dibalas anggukan senang dari Hana.Mereka berdua langsung segera masuk ke mobil dan bersiap untuk pergi. Sementara Rama hanya menggeleng pelan seraya menggendong Dio.“Sepertinya jika para perempuan sudah bertemu, tidak akan ada habisnya mereka bersenang-senang, ada saja yang mereka lakukan,” gumam Rama.Rama menoleh dan menatap Dio. “Jika suatu saat kamu punya pacar, kamu harus siap-siap mengantarkan mereka ke mana pun mereka mau. Sama seperti apa yang Papah lakukan saat ini. Seolah menjadi driver untuk mereka.”Dio mengangguk, seolah mengerti dengan apa yang Rama ucapkan. Anak kecil itu kini terlihat layaknya seperti orang dewasa yang sudah bisa diajak berkomunikasi.“Rama! Cepat!” teriak Mawar.Rama langsung mempercepat langkahnya dan memasuki mobil tersebut. Di sana ia langsung melajukan mobilnya menuju sebuah mal yang terdekat dari tempat mereka berada saat itu.Sesampainya di sana, Mawar dan
Rama keluar dari toko pakaian tersebut dan mengejar Fran yang berjalan menjauh dari toko pakaian tersebut.“Fran!” panggil Rama.Ia dengan cepat menahan tangan Fran dan menatapnya dengan tatapan tajam. “Berhenti! Untuk apa kamu di sini?”Fran tersenyum sinis. “Kenapa mengejarku? Takut dengan keberadaanku saat ini?”“Untuk apa mengikutiku dan Mawar? Apa yang kamu inginkan?” tanya Rama.“Hanya ingin melihat bagaimana keadaan Mawar saat menjalani kehidupan bersamamu. Ternyata tidak seindah itu kehidupannya,” ledek Fran.“Tau apa tentang kehidupanku dan Mawar? Kamu hanya melihat sekilas dan kamu langsung menyimpulkan?” Rama tertawa pelan.“Tidak ada keromantisan di antara kalian, bahkan kalian terlihat seperti seorang teman biasa, bukan seorang pasangan suami dan istri,” ucap Fran.“Kami tidak perlu menunjukkan keromantisan kami di depan banyak orang, yang jelas kami merasakan cinta yang ada di dalam diri kami!” tegas Rama.Fram hanya tertawa sinis mendengar hal itu. Ketika itu juga Mawar
“Bagaimana keadaan Hana?” tanya Mawar yang menunggu di luar kosan Rama.“Dia sudah membaik, dia sedang istirahat,” jawab Rama. “Kamu kenapa tidak masuk? Kenapa menunggu di depan?”“Tidak apa-apa, aku hanya takut Hana menanyakan lagi tentang apa yang dia lihat di mobil tadi. Jadi, mungkin untuk beberapa saat aku akan hindari dulu Hana bertatapan dengan Dio. Aku takut Hana mengenalinya dan berakhir pada dirinya mengetahui tentang siapa Dio sebenarnya,” jelas Mawar.“Aku juga tidak menyangka bahwa Hana akan menyadari kemiripan Dio dan Fran. Sekarang lebih baik kita berhati-hati dengan ini. Jika Hana saja bisa menyadarinya, maka orang lain yang mengenal Fran pun bisa jadi menyadarinya,” ujar Rama.“Mungkin menghindari Dio dari kehidupan luar akan lebih baik sekarang. Aku akan lebih hati-hati jika ingin mengajak Dio keluar. Lebih baik dia di rumah saja selama beberapa hari, agar orang lain pun tidak mengenali wajahnya,” ucap Mawar. “Kalau begitu aku akan pulang dulu, kamu di sini saja jaga
“Dek, Kakak pergi dulu mengantar Kak Mawar ya. Di depan ada Kak Sarah, kalau kamu butuh sesuatu, panggil saja Kak Sarah,” ucap Rama pada Hana yang masih berbaring di kasurnya.“Kakak kembali lagi ke sini nanti, kan?” tanya Hana.“Ya, Kakak tidak akan lama. Kakak akan segera kembali,” jawab Rama.Hana memalingkan wajahnya ke arah Mawar yang berdiri di sebelah Rama.“Kak, untuk malam ini saja, biarkan Kak Rama full tidur di sini, ya. Aku masih sedikit takut,” ujar Hana.Mawar membelai lembut rambut Hana dan tersenyum. “Iya, malam ini kakakmu akan bersamamu di sini.”Senyum penuh ketenangan langsung tersirat di wajah Hana. Setelahnya Rama dan Mawar pun langsung pergi dari kosan tersebut.“Bagaimana nanti dengan ibumu dan yang lainnya? Mereka pasti akan bertanya-tanya mengapa aku tidak bisa ada di rumah nanti malam. Apa yang harus kita katakan kepada mereka?” tanya Rama.“Nanti biar aku saja yang jelaskan kepada mereka, kita bisa beralasan kalau kamu ada pertemuan dengan klien di luar kot
“Kek, kenapa Kakek mengatakan seperti itu kepada Rama? Dia benar-benar pergi untuk mengurus sesuatu yang berkaitan dengan perusahaan, dia tidak seperti apa yang Kakek curigai.” Mawar menatap kakeknya dengan tatapan tidak senang.“Kakek hanya waspada kepadanya, biar bagaimanapun dia masih muda, bisa saja dia melakukan sesuatu seperti itu. Kita tidak bisa percaya begitu saja kepadanya,” sahut kakek Mawar.“Kek, dia sudah bersama denganku dan selama ini aku tidak pernah melihat dirinya memunculkan tanda-tanda aneh seperti apa yang Kakek tuduhkan. Jangan membuatnya semakin tidak nyaman di sini, jika dia terus mendapatkan perlakuan seperti itu, apa Kakek bisa menjamin dia juga akan nyaman dan terus bersama denganku?” tanya Mawar.“Biarkan saja, jika dia sudah tidak nyaman dan mau berpisah denganmu, lakukan saja! Kakek bisa mencarikan laki-laki yang lebih pantas untukmu!” tegas kakek Mawar.“Kek, aoa salah Rama pada Kakek? Apa kurangnya dia sampai Kakek masih bersikap seperti ini kepadanya?
“Cepatlah pulih dari keadaan ini, Kakak akan berikan hadiah yang kamu sukai jika kamu bisa sembuh dari traumamu,” ucap Rama.Hana yang saat itu sedang merapikan alat makannya setelah makan malam bersama dengan Rama langsung menatap Rama dengan tatapan bingung.“Hadiah apa?” tanya Hana.“Apa keinginan terbesarmu yang tidak pernah Kakak turuti sampai saat ini?” Rama berbalik tanya pada Hana.Hana berpikir sejenak, mengingat apa yang sedang ia inginkan. Beberapa detik setelahnya ia tersenyum dan menatap Rama dengan tatapan penuh harap. “Bertemu Papah?”Selama ini, keinginannya selalu dipenuhi oleh Rama. Sesulit apa pun keinginan itu, Rama akan selalu memenuhinya, tidak peduli serumit apa pun jalan untuk memenuhi keinginan adiknya.“Kakak serius? Kakak akan membawaku bertemu dengan Papah jika aku sudah sembuh dari trauma itu?” tanya Hana memastikan.“Iya, maka sembuhlah!” suruh Rama.Hana dengan semangat langsung mengangguk. Akhirnya ada sedikit tanda cahaya untuk dirinya bisa bertemu den
“Mas, kamu sedang apa?” Dewi menghampiri Reynald yang masih berada di ruang kerjanya. “Sudah malam, mari tidur!”“Iya, sebentar lagi aku menyusul. Aku sedang mengecek beberapa email masuk dulu,” jawab Reynald. “Bagaimana keadaan Fran?”“Dia sudah aku obati, sudah aku suruh istirahat juga. Lukanya memang tidak parah, tapi aku akan mengajaknya ke rumah sakit jika besok lukanya tidak membaik,” jawab Dewi.“Ke rumah sakit? Apa tidak berlebihan, dia hanya luka biasa. Dia laki-laki, biarkan dia bertanggung jawab atas perlakuannya sendiri,” ujar Reynald.“Aku menyayanginya dan aku akan mengajaknya ke rumah sakit, aku tidak mau anakku sampai kenapa-napa. Mungkin memang lukanya terlihat ringan, tetapi itu bisa saja berbahaya untuk dirinya nanti. Aku tidak ingin mengambil resiko!” tegas Dewi.Reynald menarik napas panjang, istrinya memang selalu memanjakan Fran. Hal itu sedikit bertentangan dengan dirinya yang selalu ingin memperlakukan anak laki-laki dengan tegas dan penuh tanggung jawab.“Mas