Udah yuk, Yang, kita pergi aja dari sini. Parah banget emang Kak Vani sekarang," ajak Adel kepada Wisnu. Adel pun berjalan lebih dahulu menuju kamarnya.
"Van, kenapa Lu berubah?" tanya Wisnu lirih sambil terus menatap pintu kamar Vani. Setelah beberapa saat, barulah dia pergi menyusul Adel menuju kamarnya.***Keesokan harinya, Vani pun telah bersiap untuk pergi bekerja."Cantik banget, Dek," puji Gerry kepada istrinya itu, saat Vani mengoleskan lipstik di bibirnya."Makasih, Mas," kata Vani sambil terus merapihkan make upnya."Jangan cantik-cantik, Dek. Nanti ada yang naksir kamu lagi," kata Gerry kembali. Vani pun kemudian menghentikan aktivitasnya saat mendengar ucapan Gerry tersebut."Gak, Mas," ucap Vani lalu menghampiri Gerry. Dia pun lalu duduk dipangkuan Gerry kemudian menc*um bibirnya.Sebenarnya, Gerry ingin melakukan hal lebih dari sekedar kissing, tapi dia tak berani mel"Mas," panggil gadis itu lalu berlari menghampiri Gerry di teras dengan seyum yang sangat menawan. Lesung pipit di pipi sebelah kirinya, mampu membuat siapa saja terpana, begitu pun dengan Gerry yang ikut tersenyum melihat tingkahnya.Tak berselang lama, terparkir lagi sebuah mobil dan Fatah pun turun dari mobil itu. Dua mobil series terbaru berjejer rapi di depan pagar pintu rumah Vani."Mas, kemana aja? Kok gak pulang-pulang? Katanya cuma seminggu doang?" tanya gadis itu bertubi-tubi setelah menyalami dan memeluk Gerry sebentar. Gerry pun menyuruhnya duduk terlebih dahulu di kursi yang berada didekatnya. Setelah itu menyalami Fatah yang berada dibelakangnya lalu menyuruhnya duduk di bangku sebrangnya."Ada disini. Kamu tau dari mana rumah ini?" tanya Gerry kepada gadis itu. Pasalnya, dia tak pernah memberi tahu rumah Vani sebelumnya."Dari Mas Fatah hehe. Jawab dulu pertanyaan Mira, Mas," pinta gadis itu yang ternyata bernama Amira."Ma
"Bisa apa, Pak?" tanya Gerry yang nampak kebingungan dengan ucapan Pak Latif."Kok bisa nyampe sini, kan tadi masih diteras?" tanya Pak Latif bingung, dan Gerry pun akhirnya tertawa, dia paham apa yabg dimaksud Pak Latif."Ini kan otomatis, Pak. Ada tombolnya disini yang bisa bantu aku gerakin kursi rodanya. Jadi gak perlu didorong," jelas Gerry sambil memberi tau tombol di kursi rodanya. Pak Latif pun memperhatikan tombol-tombol itu dengan seksama."Eh iya juga ya. Bagus juga ternyata kursi rodamu, Ger," puji Pak Latif dan Gerry pun nampak tersenyumTak lama, ada yang mengucapkan salam dari luar rumah dan langsung masuk begitu saja, ternyata itu adalah Bu Rina yang baru pulang."Wah, lagi pada apa ini?" tanya Bu Rina saat menghampiri Gerry dan Pak Latif di ruang tamu."Ini Bu, tadi Mas Fatah kesini nemuin Gerry, terus sekalian bawain makan siang," jawab Pak Latif sambil menunjukkan bungkusan hitam yang tadi diberikan oleh Gerry."Alhamdulillah, ada rejeki lebih ternyata," jawab Bu Ri
"Tuman. Dikasih hati minta jantung," ucap Vani dengan sedikit ketus. Dia pun lalu mengelus kepala suaminya yang tadi sempat ditimpuknya dengan bantal."Jangan kasar-kasar napa sama suami sendiri," oceh sang suami. Vani pun nampak menghembuskan napas kasar karena ucapannya itu.Setelah itu, mereka pun lalu melaksanakan salat maghrib dan makan malam bersama.Setelah makam malam selesai, Adel pun memberikan sesuatu kepada ibunya."Bu, ini ada titipan dari Mas Wisnu," ucap Adel seraya menberikan sebuah amplop coklat yang kemungkinan berisi uang kepada ibunya itu.Bu Rina pun mengambil amplop itu dan mengeluarkannya. Pak Latif pun nampak memperhatikannya, begitupun dengan Vani dan Gerry. Vani pun memegang tangan kiri Gerry lalu meremasnya seperti menahan amarah. Mungkin dia iri atau apa. Beruntung tangan yang di remas Vani merupakan tangan yang mati rasa, sehingga Gerry tak terlalu merasakan sakitnya. Kemudian, Gerry pun na
Brak !Bunyi pintu kamar yang dibanting oleh Vani. Pak Latif yang berada diruang tamu pun, segera mematikan tv-nya dan pergi ke kamarnya. Adel yang saat itu sedang mengerjakan laporan dikamarnya pun nampak kaget karena bunyi itu."Kakak kenapa, Yang?" tanya Adel sambil mengernyitkan dahinya kepada Wisnu yang baru saja masuk."Gak tau. Marah-marah gak jelas," ucap Wisnu berbohong. Adel pun segera membereskan laporannya dan berlalu menuju tempat tidurnya bersama Wisnu.Sementara itu di kamar Vani."Dek ... ," ucap Gerry dengan nada yang lembut. Dia tak berani menatap wajah Vani yang nampak merah padam menahan amarah. Dia pun hanya bisa tertunduk."Mas gak papa?" tanya Vani sambil melihat wajah suaminya. Diangkatnya wajah itu agar matanya bersitatap dengannya."Mas gak papa ko. Kamu kenapa marah-marah,Dek?" tanya Gerry penasaran lalu membelai rambut panjang Vani."Kamu beneran gak
"Li -- lima juta? Yang bener aja? Cincin sekecil ini bisa semahal itu?" tanya Vani kembali dengan nada tak percaya."Emang kecil keliatannya. Tapi liat lebih jeli dong, ini tuh berlian ya. Udah deh, kalo lu masih tetep gak percaya, ayo ikut gua ke toko emas langganan gua. Biar lu tanya langsung," ajak Gita kemudian."Boleh. Balik gawe gimana?" tanya Vani dan diangguki oleh Gita.Vani pun masih terus memikirkan ucapan Gita barusan, 'apa iya ini berlian asli? Jika iya, pantes aja waktu itu dia semper nahan biar gak dilepas,' batin Vani***Sepulang dari kantor, sesuai kesepakatan tadi, akhirnya Vani dan Gita pun menuju toko emas langganan Gita di salah satu mall yang ada di daerah Fatmawati.Sesampainya di toko emas itu, sang pemilik pun lalu bertanya."Oi Neng Gita, kemana aja baru keliatan? Mau borong kah?" tanya si Kokoh dengan logat aksen cindo."Ada, Koh. Ngga, Koh, aku mau nanya
Sebuah kecupan lembut mendarat begitu saja di bibir Gerry. Gerry pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu, untuk terus memainkan bibir istrinya. Kecupan panas pun terjadi diantara keduanya, tangan Gerry pun segera meraba tubuh istrinya itu, namun segera dihentikan Gerry karena dia takut meminta terlalu jauh.Setelah melepaskan bibirnya dari Gerry, Vani pun kembali memeluk tubuh sang suami."Terimakasih udah berusaha ngebahagiain aku dengan cara mu sendiri, Mas," ucap Vani di pelukannya."Sama-sama," ucap Gerry sambil mengelus lembut kepala sang istri dan mengecup pucuk kepalanya."Dek, poto nikahan kita mau dipajang atau ngga?" tanya Gerry kemudian."Emang udah ada, Mas?" tanya Vani balik. Gerry pun lalu menyuruh Vani untuk membuka paket yang berada di meja riasnya.Setelah membukanya, Vani pun dibuat takjub dengan hasil poto kemaren. Bahkan hasilnya jauh lebih bagus dibanding saat melihatnya di IG milik Nugea tadi."Nanti aja pajangnya, nunggu punya Adel sama Wisnu ada dulu," ucap Vani
Keesokan harinya, saat Vani bekerja, dia pun bertanya kepada Ujang salah satu staff yang berada dikantornya itu."Mang Ujang," panggil Vani kepadanya."Naon Neng geulis?" tanya Mang Ujang dengan nada sundanya."Anu, Mang. Waktu itu kan pernah jatoh yak, terus gak bisa jalan kan? Itu berobat dimana, Mang?" tanya Vani to the point. Vani bukan lah tipe orang yang suka berbasa basi."Di Garut, Neng. Emang buat siapa, Neng? Buat suaminya ya?" tanya Mang Ujang penasaran."Kok Mamang tau si? Iya Mang, buat suami saya," jawab Vani tak kalah penasaran."Tau lah, Neng. Sekantor sini juga tau kalau suaminya Neng Vani mah orang cacat, orang lumpuh gak bisa jalan. Maaf ya, Neng, kalo tersinggung," ujar Mang Ujang sambil merasa bersalah. Vani pun tersenyum kecut mendengar ucapan Mang Ujang."Iya Mang. Tapi katanya mah masih bisa sembuh kalo di terapi, makanya nanya tempat Mang Ujang kemaren," ujar Vani."Ada Neng di Garut, kalau mau nanti Mamang anterin kesana, cuma ya paling Neng Vani harus libur
Gerry pun nampak merutuki kebodohannya itu. Tanpa memperdulikan Adel, dia pun bergegas menjalankan kursinya menuju kamarnya.Dia pun mengecek kembali laporan milik Amira K saat ini."Kenapa gak pernah ada proyek kecil ya disini? Selalu aja proyek besar, kaya ada yang janggal," guman Gerry pelan sambil matanya memindai setiap angka yang terdapat di layar tab-nya itu."Bismillah, semoga Vani bisa cerita semua kejadian di kantor tanpa ada yang ditutup-tutupi," ucap Gerry berharap.Harapan Gerry saat ini hanya ada pada Vani. Dia berharap, Vani bisa menceritakan semua kejadian yang ada di kantornya karena jika menunggu Dimas akan sulit. Apalagi posisi Dimas sebagai direktur disana yang memungkinkan semua karyawan akan berlaku baik padanya. Berbeda dengan Vani yang hanya karyawan biasa, setidaknya Vani bisa lebih mengetahui banyak hal yang berada disekitarnya.***Setelah mendapat persetujuan dari Gerry, Dimas
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk