Gerry pun nampak merutuki kebodohannya itu. Tanpa memperdulikan Adel, dia pun bergegas menjalankan kursinya menuju kamarnya.
Dia pun mengecek kembali laporan milik Amira K saat ini."Kenapa gak pernah ada proyek kecil ya disini? Selalu aja proyek besar, kaya ada yang janggal," guman Gerry pelan sambil matanya memindai setiap angka yang terdapat di layar tab-nya itu."Bismillah, semoga Vani bisa cerita semua kejadian di kantor tanpa ada yang ditutup-tutupi," ucap Gerry berharap.Harapan Gerry saat ini hanya ada pada Vani. Dia berharap, Vani bisa menceritakan semua kejadian yang ada di kantornya karena jika menunggu Dimas akan sulit. Apalagi posisi Dimas sebagai direktur disana yang memungkinkan semua karyawan akan berlaku baik padanya. Berbeda dengan Vani yang hanya karyawan biasa, setidaknya Vani bisa lebih mengetahui banyak hal yang berada disekitarnya.***Setelah mendapat persetujuan dari Gerry, Dimas"Iya, Mas, jadi sebenernya tuh, kita ada proyek kecil yang dijalanin ada sekitar 4 apa 5 itu ya tapi yang dilaporin ke kantor tuh cuma 2, sisanya gak mereka laporin sama sekali," jelas Vani.Gerry pun nampak kaget dan mendelikkan matanya tak percaya."Kok bisa, Dek?" tanya Gerry penasaran."Bisa, karena ada kerjasama antara gudang, manager sama keuangan juga," jawab Vani."Berarti kamu termasuk maen curang juga dong, Dek?" Nada suara Gerry sedikit lebih meninggi dari sebelumnya karena menahan kemarahan yang ada."Ngga! Aku gak ikutan, aku cuma disuru ngerjain laporannya aja yang bener. Aku sama Gita sama sekali gak boleh ikut terjun kesana. Cuma disuru bikin laporan keuangan sesuai yang disetorin aja." Vani menggeleng dengan cepat saat Gerry menuduhnya bermain curang juga.Gerry pun lalu mengusap keningnya tanda marah dan menggertakkan kedua giginya bersamaan."Mas kenapa marah banget?" tanya Vani tak paham dengan sikap suaminya yang tiba-tiba marah setelah dia bercerita tentang tempa
Vani dan Gerry pun memutuskan untuk kembali ke dalam kamar karena melihat situasi yang sudah tak mengenakkan lagi."Duh, Mas, kamu tuh ya, kenapa si sama Adel keknya gak suka banget," ucap Vani ketika mereka sudah berada di dalam kamar."Entah lah, gak suka aja," ujar Gerry menimpali.***Keesokan harinya, saat jam makan siang, Vani pun meminta Gita untuk menenaninya melihat kontrakannya kembali.Setelah tiba disana, kontrakan itu sudah nampak lebih rapih dibanding sebelumnya dan sudah siap untuk terisi."Mau ditempatin kapan, Neng?" tanya Ibu pemilik kontrakan."Kalau gak sabtu, minggu, Bu. Bu, aku nanti mau beli kasur, nanti langsung ku taruh sini aja boleh gak?" tanya Vani memastikan."Boleh, Neng," jawab si ibu pemilik kontrakan.***3 hari berikutnya adalah hari yang lumayan sibuk untuk Vani dan Gerry.Gerry pun mulai berkutat kemb
Sesampainya dirumah, Vani melihat Gerry masih nampak sibuk dengan tab-nya."Mas," tegur Vani saat tiba di tepi ranjangnya dan menepuk sebelah lenganya."Eh, Dek, udah pulang? Maaf Mas gak liat," ucap Gerry lalu menaruh tab-nya disampingnya. Gerry pun menggeser tubuhnya kesamping, agar Vani bisa duduk disebelahnya."Udah. Mas masih sibuk, ya?" tanya Vani kembali."Ngga kok. Tadi lagi liat laporan keuangan perusahaan Dendarta dulu, tapi nanti aja di periksanya," jawab Gerry."Dendarta bukannya perusahaan punya Wisnu?" tanya Vani memastikan."Hu'um. Aku cuma bantuin ngecek laporan keuangannya aja sama kaya Amira Corp. Oh iya, coba cek atm mu, katanya Wisnu udah transfer sebagian uang kemaren," ujar Gerry kepada Vani.Vani pun lalu membuka hpnya dan mengecek m-banking-nya dan ternyata ada uang masuk sebesar 20juta rupiah dari rekening Wisnu. Dulu, saat masih berpacaran dengan Wisnu, Wisnu pun su
"Siapa Mas yang udah tua?" tanya Vani penasaran dengan ucapan sang suami."Fatah, Dek. Alhamdulillah kalau dia udah ada niatan mau deket sama cewek," jawab Gerry dengN bersyukur."Emang Mas Fatah gak pernah pacaran, Mas?" tanya Vani makin penasaran"Pernah dulu tapi ditinggal nikah, karena ternyata cewenya hamil sama mantannya. Nyesek, stress, hampir gila malah, orang udah abis-abisan juga buat itu cewe eh malah gagal. Pernah beberapa kali juga deket sama cewe tapi gagal terus," jawab Gerry sambil mengenang masa lalu mereka.Gerry, Fatah dan 'dia' adalah sahabat semasa kuliah. Sejak Gerry kembali bertemu dengan 'dia' kehidupannya benar-benar berubah drastis. Gerry beruntung bertemu dengan 'dia' sampai akhirnya kejadian yang mengerikan itu terjadi. Dimana, Gerry harus kehilangan 'dia', ibunya dan juga 'wanita itu'. Saat ini, 'wanita itu' telah berada di tangan orang yang tepat, begitupun dengan Gerry yang merasa Vani adalah orang yang tepat bersama
Yang menelpon Fatah ternyata adalah Gerry. Fatah pun mengankat telpon Gerry dengan perasaan yang sangat kesal."Huh, Elu! Gak bisa dukung temen banget sih," gerutu Fatah saat menerima panggilan dari Gerry."Apaan si Lu?! maen ngomel aja gua telpon," ucap Gerry nampak tak terima."Bini lu dah bilang tadi kalau lu mau berobat hari sabtu. Padahal sabtu itu gua mau ngajak jalan-jalan Gita eh malah suru nganterin lu," gerutu Fatah kembali.Gerry pun nampak paham kenapa Fatah marah-marah saat menerima telponnya."Yailah, itu mobil gede kali. Lu angkut Gita juga muat, taro aja di depan ama anaknya. Ntar gua ama Vani di tengah, terus Nata ama keluarganya di belakang. Vani bilang, Nata juga ajak keluarganya. Ntar baliknya mampir Cibodas dulu," ucap Gerry memberi solusi."Beneran boleh ajak Gita?" tanya Fatah tak percaya."Ya!" ucap Gerry singkat."Oke", jawab Fatah lalu mematikan telponnya secara sepihak.Kini,
Waktu magrib pun akhirnya tiba. Setrlah berkordinasi dengan Nata bahwa perjalanan masih butuh kurang lebih 1 jam lagi, Gerry memutuskan untuk mencari masjid terlebih dahulu untuk melaksanakan solat Magrib dan makan malam.Fatah pun berhenti disalah satu rumah makan yang berada disana.Sebuah rumah makan dengan nuansa angkringan dan sebuah kolam ikan ditengah,-tengah gazebo yang mengelilinginya."Kaya kenal suansana ini," ucap Gerry setelah mereka tiba disalah satu gazebo dan memesan menu spesial yang berada di sana."Cabang ke 4. Tapi ya gitu, bukan dia yang ngelola sekarang, tapi adek sama kakaknya. Dia sekarang masih berjuang buat sembuh," ucap Fatah menimpali ucapan Gerry. Gerry pun mengangguk paham karenanya.Fatah ingat bahwa dia tadi akan menelpon balik Amira. Karena itu, setelah memesan makanan, dia pun segera menghindar terlebih dahulu untuk menelpon Amira."Cewe tadi siapa?" tanya Vani mengintrogasi Gerry."Bukan siapa-siapa," jawab Gerry singkat."Kalau bukan siapa-siapa, ke
Keesokan harinya, Gerry pun mulai dipijat pelan oleh Sang Kyai. Tak ada rasa sakit yang Gerry rasa karena mungkin sarafnya yang masih pada mati rasa. Setelah 1 jam, Kyai pun berhenti memijatnya dan menyuruh mereka semua untuk sarapan lebih dahulu dulu dan akan dilanjutkan kembali nanti. Mereka oun akhirjya sarapan lebih dulu dengan nasi dan ikan asin serta sambal dan lalapan mentimun. Menu sederhana, namun terasa sangat nikmat. Apalagi cuaca teduh dan semilir angin yang masuk melalui celah-celah anyaman bambu mampu menyejukkan suasana saat ini. Setelah selesak sarapan semua dan sambil menunggu waktu, Nata serta keluarga dan juga Gerry nampak berkeliling di sekitar rumah Kyai.Tak jauh dari rumah Kyai itu, terdapat hamparan sawah yang menghijau serta barisan pepohonan di kaki Gunung Gede membuat mata siapa saja yang memandangnya nampak teduh.Beberapa petani nampak sedang menaburkan pupuk ditengah-tengahnya. Sebentar lagi, musim panen akan tiba."
Keesokan paginya, sekitar pukul 09.30 WIB, Gerry pun menelpon Dimas dan menanyakan kebenaran soal kasbon yang dilakukan Vani itu."Heh, kamv*ret! Bisa-bisanya lu nerapin bunga di kantor gua! Mana bunganya gak ngotak pula," gerutu Gerry kesal saat telponnya sudah tersambung dengan Dimas."Orang tuh ucap salam dulu, jangan asal nyerocos bae. Lah, kan emang perusahaan nerapin bunga 10%, terus salah gua dimana?" tanya Dimas tak paham."Lu kasbonin bini gua sepuluh juta dan disuru balikin tujuh belas juta, apa gak gila?!" tanya Gerry dengan nada sedikit membentak."Deh? Emang sepuluh? Lah bukannya lima belas? Bentar gua cek lagi nanti," ucap Dimas dengan tergagap."Kalaupun lima belas harusnya kan cuma enam belas setengah," gerutu Gerry kembali."Hehehe maap," kekeh Dimas disebrang sana."Ya dah, urusin nanti, lagi juga kan Vani gak bener-bener kasbon, tapi duit dari gua langsung. Awas kalo lu tilep lagi," ancam Gerry kemudian."Sans. Eh, bini lu kesini, ntar gua telpon lagi," ucap Dimas l
Teriakan Vani dan juga Rere membuat beberapa orang nampak terkejut tak terkecuali Gerry dan Wisnu yang berada di ruang tamu.Keduanya pun segera mencari sang mamah dengan wajah panik ke dalam rumahnya."Kamu kenapa sih, Dek? Teriak-teriak aja!" tegur Gerry kepada sang istri."Mama mana?" tanya Vani."Kamar," ucap Wisnu singkat.Vani dan Rere pun segera berlari kembali menuju kamar mamahnya.Gerry dan Wisnu yang nampak heran pun segera menyusul kedua wanita itu ke kamar mamahnya."Mamah," panggil Vani lalu segera berlari menuju Bu Wiwik yang tengah tertidur."Dek ngapain sih? Orang Mamah tidur juga!" seru Gerry sedikit kesal kepada sang istri."Sstt," ucap Rere menyuruhnya diam.Tanpa memperdulikan Gerry, Vani pun lalu mengecek denyut nadi dan juga napas Bu Wiwik kemudian ia menggeleng."Mbak jangan becanda!" Kali ini Rere yang berseru dan Vani tetap menggeleng.Gerry pun segera menghampiri sang istri dan melakukan hal yang sama namun nihil, Bu Wiwik pun sama telah berpulang.Wisnu yan
"Ma -- maksud Mamah gimana?" tanya Gerry sedikit tak paham."Gak jauh dari makam Mamah mu ada lahan kosong, itu buat makam Mamah nantinya. Mamah udah pesan sama penjaga makam sana waktu itu, tapi keknya mungkin dah disiapin juga sih, soalnya Mamah waktu itu bilang. 'Pas nanti anak saya minta makam ini di bongkar, nanti tolong gali di tempat ini juga. Ini punya saya, dan disana itu nanti timpa suami saya,'" ucap Bu Wiwik kemudian."Mamah kok bilang gitu sih, Mah? Mah, tolong lah jangan bikin Wisnu takut," gerutu Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry dan juga kedua istri mereka.Namun Bu Wiwik hanya menanggapi gerutuan itu dengan senyuman. Sebuah senyuman yang berbeda dari biasanya.Kini, jam pun telah menunjukkan pukul 08.30 WIB yang berarti sudah waktunya untuk jenazah Pak Leon di mandikan.Pekarangan yang tadinya berisi bunga-bunga pun di babat separuhnya dan diubah sebagai tempat pemandian terakhir sang Papah."Dek, kamu mau disini atau gimana?" tanya Gerry kepada sang istri saat m
"Dek, kamu mah ih, marah sama Adel malah aku yang kamu jambak," gerutu Gerry sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit."Maaf," ucap Vani ketus.["Kakak ada apaan?! Kalau gak gua matiin nih telponnya!"]"Papah Leon meninggal," ucap Vani singkat.[Oh, APA? Papa meninggal? Becanda lu gak lucu Vania!"]"Apa gua bakal becanda kalau urusan kek gini?" tanya Vani balik dengan dingin.["Ng -- ya udah, nanti gua suru Mas Arkan kesana"]"Ya," ucap Vani singkat lalu segera menutup telponnya."Sabar, Dek," ucap Gerry sambil membelai lembut tangan sang istri dan mendapat anggukan dari Vani."Key, bobok dulu yuk, udah malem, mau Ayah gendong?" tanya Gerry kepada sang anak dan mendapat anggukan darinya."Cu cu," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry."Dek, tolong bantuin aku ya. Aku harap kamu tetep kek gini, tetep tenang sampe aku kelar nidurin Key," ucap Gerry kepada sang istri."Iya, Mas. Aku titip Key ya, tata hati kamu dulu agar baik-baik aja, aku yakin kamu syok juga pasti," ucap Vani s
Hanya selang satu jam setelah Pak Leon masuk kedalam kamarnya, tiba-tiba Bu Wiwik pun berteriak histeris. Beruntung, Gerry dan Wisnu masih ada di ruang tamu sambil menonton tayangan bola."Wisnu, Gerry ...," pekik Bu Wiwik dengan histeris memanggil kedua anaknya itu.Mendengar sayup-sayup ada yang memanggil mereka, Wisnu dan Gerry pun lalu menghentikan aktivitasnya dan saling berpandangan satu sama lain."Mas, kok perasaan aku gak enak ya?" tanya Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry."Sama, Nu, perasaan Mas juga gak enak banget ini, samperin ayo, keknya ada sesuatu di kamar Papah sama Mamah," ajak Gerry dan mendapat anggukan dari Wisnu.Keduanya pun segera bangkit dari duduknya dan melangkah tergesa menuju kamar Bu Wiwik.Tok! Tok! Tok!Gerry mengetuk pintu kamar yang tertutup itu namun tak ada sahutan, hanya sayup-sayup terdengar Bu Wiwik yang menangis."Mas, bangun, Mas," ucap Bu Wiwik saat itu yang sayup-sayup terdengar."Mas ayo buka," ucap Wisnu dan mendapat anggukan dari Gerry
"Mamah sama Papah kok ngomong begitu sih? Kek mau pergi ninggalin kita aja," ucap Vani yang berada tak jauh dari mereka.Saat itu, mereka semua tengah bersantai bersama di ruang tamu. Vani dan Rere nampak sedang bermain dengan Key dan juga Revan, sedangkan Gerry dan juga Wisnu ada di sofa tak jauh dari mereka."Iya nih. Bikin Rere parno aja, Rere kan pingin ngerasain punya mertua kek di cerita-cerita gitu," timpal Rere kemudian."Kamu telat, Re gabungnya kalau sekarang mah kamu gak akan nemuin itu mertua jahat, coba dulu, pas masih awal kek aku, beuhh gak tahan, yakin dah seribu persen rasanya mending kaga usah punya mertua deh haha," ucap Vani sambil terkekeh dan menggidikkan bahunya.Mendengar ucapan Vani sontak Pak Leon dan Bu Wiwik pun mengalihkan pandangannya kearah mereka dengan wajah yang sedikit masam."Eh, aku salah ngomong kah?" tanya Vani pura-pura bingung saat melihat mereka berempat nampak memandanginya."Nggak! Tapi jangan terlalu jujur juga, Vania haha," ucap Bu Wiwik s
"Key di umah aja, Yah," ucap Key dan mendapat anggukan dari Gerry.Gerry pun segera mendorong kursi roda Vani menuju mobilnya dan tak lama mobil pun meluncur menuju rumah sakit tempat Vani kemarin di rawat."Dek, aku mau renov rumah yang ini boleh gak?" tanya Gerry kepada sang istri didalam mobilnya sambil memecah keheningan yang ada diantara mereka."Renov apanya, Mas?" tanya Vani sedikit penasaran."Ku bagi jadi dua, Dek," ucap Gerry.Gerry pun lalu menjelaskan perbincangannya semalam bersama kedua orangtuanya dan Gerry pun sudah memikirkan semuanya dengan baik.Namun, karena hal ini sedikit sensitif untuk dibahas semalam, karena itu Gerry pun meminta Vani untuk melayaninya dahulu agar bisa rileks namun nyatanya, Gerry pun baru bisa berterus-terang saat ini."Emm, iya juga sih, Mas, emang gak bebas kalau bareng-bareng mah, apalagi Wisnu kan mau nikah juga. Inget gak dulu pas kita juga pindah ke kontrakan? Keknya lebih nyaman aja kan meskipun emang kecil?" tanya Vani dan mendapat ang
Keempatnya pun lalu tertawa kembali."Udah, udah, yuk masuk, kasian yang punya istri sama anak di tinggalin. Kemaren aja nunggunya hampir mau dua tahun dan tiap malem ditangisin, giliran ada malah ditinggalin," kekeh Bu Wiwik meledek dan mendapat senyuman dari Gerry.Gerry pun nampak menggaruk sedikit tengkuknya yang tak gatal lalu segera beranjak bangun. Begitupun dengan Wisnu dan kedua orangtuanya.Mereka pun berjalan beriringan menuju rumah mereka dan mulai berpencar saat memasuki rumah.Gerry pun segera menuju kamarnya dilantai bawah, sedangkan Wisnu langsung berlari menuju kamarnya di lantai atas.Saat Gerry membuka pintu kamarnya, nampak Vani yang masih duduk di tepi ranjang sambil memainkan hpnya."Dek belum tidur?" tanya Gerry kepada sang istri.Vani yang saat itu tertunduk pun langsung menengadahkan kepalanya menengok ke arah sumber suara lalu menggeleng.Gerry pun langsung masuk menuju kamar mandinya untuk cuci tangan dan melepas bajunya yang terkena asap rokok itu.Tak lama
Wisnu yang baru pulang mengantar Rere itu tak sengaja melihat Sang Papa dan Masnya saling berpelukan satu sama lain disana.Ia pun merasa tak enak hati karena sudah mengganggu kedamaian antar dua lelaki itu. Kepalang malu, Wisnu pun segera menghampiri mereka berdua."Assalamu'alaikum," salam Wisnu lalu segera menyalami mereka berdua."Wa'alaikumsalam," jawab keduanya serempak."Baru pulang, Nu?" tanya Gerry ramah sambil tersenyum simpul.Wisnu pun melihat setitik embun yang berada di bawah mata Gerry saat itu.'Apa barusan Mas nangis ya? Tapi kenapa? Duh, bego banget sih gua, pake segala pulang cepet, jadi ganggu mereka berdua kan,' gerutu Wisnu didalam hatinya."Iya nih, Mas. Kok tumben kalian belum tidur Mas, Pah? Maaf ya, kalau kehadiran aku ganggu kegiatan kalian, aku bener-bener gak sengaja," ucap Wisnu dengan perasaan yang sedikit menyesal dan kikuk."Gak papa, kok, Nu, santai aja, lagi kita juga cuma ngobrol biasa," ucap Pak Leon sambil mengusap kasar matanya yang juga sedikit
"Papa sama Mamah tuh ngomong apa sih? Kok bisa-bisanya ngomong kaya gitu? kek mau meninggal aja," tanya Vani sedikit ketus."Dek," ucap Gerry sambil menyenggol lengan sang istri yang terlalu blak-blakan."Ya gak gimana-gimana. Lagi pula, Papah sama Mamah kan udah tua dan umur gak ada yang tau. Kita berharap agar bisa panjang umur, tapi kan kita gak tau nantinya gimana. Karena itu, sebelum kita nyesel karena gak bisa main bareng sama cucu, jadi mending kita main aja gitu. Bosen juga kan dirumah cuma berdua-dua doang, kalau ada Revan dan Key kan ada temen becandanya. Terserah deh, kamu sama Gerry mau kemana, mungkin mau bulan madu lagi gitu nikmatin waktu yang kemaren sempet hilang," ucap Pak Leon mengalihkan pembicaraannya.Semua orang yang ada disana pun nampak diam membeku. Tak ada yang bersuara lagi, semua kalut dengan pikirannya masing-masing."Hm, aku bilang Adel dulu ya, Pah, semoga aja Adel ijinin aku bawa Revan untuk tinggal disini," ucap Wisnu pada akhirnya dan mendapat angguk